BONUS MENARIK LEXABET : Bonus extra deposit member 10% | Bonus Unlimited Cashback setiap minggu | Bonus NEW MEMBER 20k | Info lebih lanjut silahkan hubungi CS 24jam kami di BBM E3A4A978 , WHATSAPP +855975219067 atau Livechat LEXABET.COM Agen poker Agen Bola
Nama Situs Games Bank Support Minimal Deposit Pendaftaran
LEXABET SPORTBOOK - LIVECASINO - SLOTS - LIVEGAMES - POKER BCA - BNI - BRI - MANDIRI 25.000
Agen Bola
KENZO POKER POKER ONLINE - DOMINO QQ BANDAR CEME - CEME KELILING CAPSA SUSUN - LIVEPOKER BCA - BNI - BRI MANDIRI 10.000
VILA POKER POKER ONLINE - DOMINO QQ BANDAR CEME - CEME KELILING CAPSA SUSUN - LIVEPOKER BCA - BNI - BRI - MANDIRI 20.000
Agen poker

MEMBERIKAN KENIKMATAN ML DI VAGINA BIBI DAN PEMBANTU

Cerita Sex Dewasa, Cerita Dewasa 18+, Cerita Ngewe Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum aku memberikan kenikmatan ngesex dengan bibi dan pembantuku Dengan Judul ” Memberikan Kenikmatan ML Di Vagina Bibi Dan Pembantu ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks anda, selamat menikmati.

MEMBERIKAN KENIKMATAN ML DI VAGINA BIBI DAN PEMBANTU
Kenzopoker.org - Agen QQ Poker Online - BandarQ Online - Domino99
CERITA DEWASA 18+Saat itu aku baru lulus SMA, aku melanjutkan kuliah di Bandung. Di sana aku tinggal di rumah pamanku. Paman dan bibi dengan senang hati menerimaku tinggal di rumah mereka, karena paman dan bibiku yang sudah 4 tahun menikah belum juga punya anak sampai saat itu, jadi kata mereka biar suasana rumahnya tambah ramai dengan kehadiranku.


Pamanku ini adalah adik ibuku paling kecil, saat itu dia baru berumur 35 tahun. Rumah pamanku sangat luas, di sana ada kolam renangnya dan juga ada lapangan tenisnya, maklum pamanku adalah seorang pengusaha sukses yang kaya. Selain bibiku dan pamanku, di rumah itu juga ada 3 orang pembantu, 2 cewek dan seorang bapak tua berusia setengah umur, yang bertugas sebagai tukang kebun.

Bibiku baru berumur 31 tahun, orangnya sangat cantik dengan badannya yang termasuk kecil mungil akan tetapi padat berisi, sangat serasi berbentuknya seperti gitar spanyol, badannya tidak terlalu tinggi kurang lebih 155 cm. Dadanya yang kecil terlihat padat kencang dan agak menantang. Pinggangnya sangat langsing dengan perutnya yang rata, akan tetapi kedua bongkahan pantatnya sangat padat menantang. Wajahnya yang sangat ayu itu, manis benar untuk dipandang. Kulitnya kuning langsat, sangat mulus.

Kedua pembantu cewek tersebut, yang satu adalah janda berumur 27 tahun bernama Trisni dan yang satu lagi lebih muda, baru berumur 18 tahun bernama Erni. Si Erni ini, biarpun masih berumur begitu muda, tapi sudah bersuami dan suaminya tinggal di kampung, bertani katanya.

Suatu hari ketika kuliahku sedang libur dan paman dan bibiku sedang keluar kota, aku bangun agak kesiangan dan sambil masih tidur-tiduran di tempat tidur aku mendengar lagu dari radio.
Tiba-tiba terdengar ketukan pada pintu kamarku, lalu terdengar suara, “Den Eric.., apa sudah bangun..?” terdengar suara Trisni.
“Yaa.. ada apa..?” jawabku.
“Ini Den. Saya bawakan kopi buat Aden..!” katanya lagi.
“Oh.. yaa. Bawa masuk saja..!” jawabku lagi.

Kemudian pintu dibuka, dan terlihat Trisni masuk sambil tangannya membawa nampan yang di atasnya terdapat secangkir kopi panas dan pisang goreng. Ketika dia sedang meletakkan kopi dan pisang goreng di meja di samping tempat tidurku, badannya agak merapat di pinggir tempat tidur dan dalam posisi setengah membungkuk, terlihat dengan jelas bongkahan pantatnya yang montok dengan pinggang yang cukup langsing ditutupi kain yang dipakainya. Melihat pemandangan yang menarik itu dengan cepat rasa isengku bangkit, apalagi ditunjang juga dengan keadaan rumah yang sepi, maka dengan cepat tanganku bergerak ke obyek yang menarik itu dan segera mengelusnya.

Trisni terkejut dan dengan segera menghindar sambil berkata, “Iihh.., ternyata Den Eric jail juga yaa..!”
Melihat wajah Trisni yang masem-masem itu tanpa memperlihatkan ekspresi marah, maka dengan cepat aku bangkit dari tempat tidur dan segera menangkap kedua tangannya.
“Aahh.. jangaann Deenn, nanti terlihat sama si Erni, kan malu atuu..!”
Tapi tanpa memperdulikan protesnya, dengan cepat kutarik badannya ke arahku dan sambil mendekapnya dengan cepat bibirku menyergap bibirnya yang karena terkejut menjadi agak terbuka, sehingga memudahkan lidahku menerobos masuk ke dalam mulutnya.

Dengan segera kusedot bibirnya, dan lidahku kumain-mainkan dalam mulutnya, memelintir lidahnya dan mengelus-elus bagian langit-langit mulutnya. Dengan cepat terdengar suara dengusan keluar dari mulutnya dan kedua matanya membelalak memandangku. Dadanya yang montok itu bergerak naik turun dengan cepat, membuat nafsu birahiku semakin meningkat. Tangan kiriku dengan cepat mulai bergerilya pada bagian dadanya yang menonjol serta merangsang itu, mengelus-elus kedua bukit kembar itu disertai ramasan-ramasan gemas, yang dengan segera membangkitkan nafsu Trisni juga. Hal itu terlihat dari wajahnya yang semakin memerah dan nafasnya yang semakin ngos-ngosan.

Tiba-tiba terdengar suara dari arah dapur dan dengan cepat aku segera melepaskannya, Trisni juga segera membereskan rambut dan bajunya yang agak acak-acakan akibat seranganku tadi.
Sambil menjauh dariku, dia berkata dengan pelan, “Tuhkan.., apa yang Trisni katakan tadi, hampir saja kepergok, Adeen genit siih..!”
Sebelum dia keluar dari kamarku, kubisikan padanya, “Triis, ntar malam kalau semua sudah pada tidur kita teruskan yah..?”
“Entar nanti ajalah..!” katanya dengan melempar seulas senyum manis sambil keluar kamarku.

Malamnya sekitar jam 21.00, setelah semua tidur, Trisni datang ke ruang tengah, dia hanya memakai pakaian tidur yang tipis, sehingga kelihatan CD dan BH-nya.
“Eeh, apa semua sudah tidur..?” tanyaku.
“Sudah Den..!” jawabnya.
Untuk lebih membuat suasana makin panas, aku telah menyiapkan film BF yang kebetulan dapat pinjam dari teman. Lalu aku mulai menyetel film itu dan ternyata pemainnya antara seorang pria Negro dan wanita Asia.

Terlihat adegan demi adegan melintas pada layar TV, makin lama makin ‘hot’ saja, akhirnya sampai pada adegan dimana keduanya telah telanjang bulat. Si pria Negro dengan tubuhnya tinggi besar, hitam mengkilat apalagi penisnya yang telah tegang itu, benar-benar dasyat, panjang, besar, hitam mengkilat kecoklat-coklatan, sedangkan ceweknya yang kelihatan orang Jepang atau orang Cina, dengan badannya kecil mungil tapi padat, kulitnya putih bersih benar-benar sangat kontras dengan pria Negro tersebut.

Dengan sigap si Negro terlihat mengangkat cewek tersebut dan menekan ke tembok. Terlihat dari samping penisnya yang panjang hitam itu ditempatkan pada belahan bibir kemaluan cewe yang putih kemerah-merahan. Secara perlahan-lahan mulai ditekan masuk, dari mulut cewe tersebut terdengar keluhan panjang dan kedua kakinya menggelepar-gelepar, serta kedua bolah matanya terputar-putar sehingga lebih banyak kelihatan putihnya. Sementara penis hitam si Negro terlihat makin terbenam ke dalam kemaluan cewenya, benar-benar suatu adegan yang sangat merangsang. Selang sejenak terlihat pantat si Negro mulai memompa, makin lama makin cepat, sementara cewe itu menggeliat-geliat sambil setengah menjerit-jerit.

“Aduuh.., Den. Kasian tu cewe, Negronya kok sadis benar yaah..? Iihh.., ngilu rasanya melihat barang segede itu..!” guman Trisni setengah berbisik sambil kedua bahunya agak menggigil, sedangkan wajahnya tampak mulai memerah dan nafasnya agak tersengal-sengal.
“Wah.., Tris kan yang gede itu enak rasanya. Coba bayangkan kalau barangnya si Negro itu mengaduk-aduk itunya Trisni. Bagaimana rasanya..?” sahutku.
“Iih.., Aden jorok aahh..!” sahut Trisni disertai bahunya yang menggigil, tapi matanya tetap terpaku pada adegan demi adegan yang makin seru saja yang sedang berlangsung di layar TV.

Melihat keadaan Trisni itu, dengan diam-diam aku meluncurkan celana pendek yang kukenakan sekalian dengan CD, sehingga senjataku yang memang sudah sangat tegang itu meloncat sambil mengangguk-anguk dengan bebas. Melihat penisku yang tidak kalah besarnya dengan si Negro itu terpampang di hadapannya, kedua tangannya secara refleks menutup mulutnya, dan terdengar jeritan tertahan dari mulutnya.

Kemudian penisku itu kudekatkan ke wajahnya, karena memang posisi kami pada waktu itu adalah aku duduk di atas sofa, sedangkan Trisni duduk melonjor di lantai sambil bersandar pada sofa tempat kududuk, sehingga posisi barangku itu sejajar dengan kepalanya. Segera kupegang kepala Trisni dan kutarik mendekat ke arahku, sehingga badan Trisni agak merangkak di antara kedua kakiku. Kepalanya kutarik mendekat pada kemaluanku, dan aku berusaha memasukkan penisku ke mulutnya. Akan tetapi dia hanya mau menciuminya saja, lidahnya bermain-main di kepala dan di sekitar batang penisku. Lalu dia mulai menjilati kedua buah pelirku, waahh.., geli banget rasanya.

Akhirnya kelihatan dia mulai meningkatkan permainannya dan dia mulai menghisap penisku pelan-pelan. Ketika sedang asyik-asyiknya aku merasakan hisapan Trisni itu, tiba-tiba si Erni pembantu yang satunya masuk ke ruang tengah, dan dia terkejut ketika melihat adegan kami. Kami berdua juga sangat kaget, sehingga aktivitas kami jadi terhenti dengan mendadak.

“Ehh.., Erni kamu jangan lapor ke Paman atau Bibi ya..! Awas kalau lapor..!” ancamku.
“Ii.. ii.. iyaa.. Deen..!” jawabnya terbata-bata sambil matanya setengah terbelalak melihat kemaluanku yang besar itu tidak tertutup dan masih tegak berdiri.
“Kamu duduk di sini aja sambil nonton film itu..!” sahutkku.
Dengan diam-diam dia segera duduk di lantai sambil matanya tertuju ke layar TV.

Aku kemudian melanjutkan aktivitasku terhadap Trisni, dengan melucuti semua baju Trisni. Trisni terlihat agak kikuk juga terhadap Erni, akan tetapi melihat Erni yang sedang asyik menonton adegan yang berlasung di layar TV itu, akhirnya diam saja membiarkanku melanjutkan aktivitasku itu.

Setelah bajunya kulepaskan sampai dia telanjang bulat, kutarik badannya ke arahku, lalu dia kurebahkan di sofa panjang. Kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, hanya bagian pantatnya ke atas yang tergeletak di sofa. Sambil membuka bajuku, kedua kakinya segera kukangkangi dan aku berlutut di antara kedua pahanya. Kedua tanganku kuletakkan di atas pinggulnya dan jari-jari jempolku menekan pada bibir kemaluannya, sehingga kedua bibir kemaluannya agak terbuka dan aku mulai menjilati permukaan kemaluannya, ternyata kemaluannya sudah sangat basah.
“Deen.., oh Deen..! Uuenaak..!” rintihnya tanpa sadar.

Sambil terus menjilati kemaluannya Trisni, aku melirik si Erni, tapi dia pura-pura tidak melihat apa yang kami lakukan, akan tetapi dadanya terlihat naik turun dan wajahnya terlihat memerah. Tidak berselang lama kemudian badannya Trisni bergetar dengan hebat dan pantatnya terangkat ke atas dan dari mulutnya terdengar desahan panjang. Rupanya dia telah mengalami orgasme. Setelah itu badannya terkulai lemas di atas sofa, dengan kedua kakinya tetap terjulur ke lantai, matanya terpejam dan dari wajahnya terpancar suatu kepuasan, pada dahinya terlihat bitik-bintik keringat.

Aku lalu berjongkok di antara kedua pahanya yang masih terkangkang itu dan kedua jari jempol dan telunjuk tangan kiriku kuletakkan pada bibir kemaluannya dan kutekan supaya agak membuka, sedang tangan kananku kupegang batang penisku yang telah sangat tegang itu yang berukuran 19 cm, sambil kugesek-gesek kepala penisku ke bibir vagina Trisni. Akhirnya kutempatkan kepala penisku pada bibir kemaluan Trisni, yang telah terbuka oleh kedua jari tangan kiriku dan kutekan penisku pelan-pelan. Bles..! mulai kepalanya menghilang pelan-pelan ke dalam vagina Trisni diikuti patang penisku, centi demi centi menerobos ke dalam liang vaginanya.

Sampai akhirnya amblas semua batang penisku, sementara Trisni mengerang-erang keenakan.
“Aduhh.. eennaak.., ennkk Deen. Eenak..!”
Aku menggerakan pinggulku maju mundur pelan-pelan, sehingga penisku keluar masuk ke dalam vagina Trisni. Terasa masih sempit liang vagina Trisni, kepala dan batang penisku serasa dijepit dan diurut-urut di dalamnya. Amat nikmat rasanya penisku menerobos sesuatu yang kenyal, licin dan sempit. Rangsangan itu sampai terasa pada seluruh badanku sampai ke ujung rambutku.

Aku melirik ke arah Erni, yang sekarang secara terang-terangan telah memandang langsung ke arah kami dan melihat apa yang sedang kami lakukan itu.
“Sini..! Daripada bengong aja mendingan kamu ikut.., ayo sini..!” kataku pada Erni.
Lalu dengan masih malu-malu Erni menghampiri kami berdua. Aku ganti posisi, Trisni kusuruh menungging, telungkup di sofa. Sekarang dia berlutut di lantai, dimana perutnya terletak di sofa. Aku berlutut di belakangnya dan kedua pahanya kutarik melebar dan kumasukkan penisku dari belakang menerobos ke dalam vaginanya. Kugarap dia dari belakang sambil kedua tanganku bergerilya di tubuh Erni.
Kuelus-elus dadanya yang masih terbungkus dengan baju, kuusap-usap perutnya. Ketika tanganku sampai di celana dalamnya, ternyata bagian bawah CD-nya sudah basah, aku mencium mulutnya lalu kusuruh dia meloloskan blouse dan BH-nya. Setelah itu aku menghisap putingnya berganti-ganti, dia kelihatan sudah sangat terangsang. Kusuruh dia melepaskan semua sisa pakaiannya, sementara pada saat bersamaan aku merasakan penisku yang berada di dalam vagina Trisni tersiram oleh cairan hangat dan badan Trisni terlonjak-lonjak, sedangkan pantatnya bergetar. Oohhh.., rupanya Trisni mengalami orgasme lagi pikirku. Setelah badannya bergetar dengan hebat, Trisni pun terkulai lemas sambil telungkup di sofa.

Lalu kucabut penisku dan kumasukkan pelan-pelan ke vagina si Erni yang telah kusuruh tidur telentang di lantai. Ternyata kemaluan Erni lebih enak dan terasa lubangnya lebih sempit dibandingkan dengan kemaluan Trisni. Mungkin karena Erni masih lebih muda dan jarang ketemu dengan suaminya pikirku.

Setelah masuk semua aku baru merasakan bahwa vagina si Erni itu dapat mengempot-empot, penisku seperti diremas-remas dan dihisap-hisap rasanya.
“Uh enak banget memekmu Errr. Kamu apain itu memekmu heh..?” kataku dan si Erni hanya senyum-senyum saja, lalu kupompa dengan lebih semangat.
“Den.., ayoo lebih cepat..! Deen.. lebih cepat. Iiih..!” dan kelihatan bahwa si Erni pun akan mencapai klimaks.
“Iihh.. iihh.. iihh.. hmm.. oohh.. Denn.. enaakk Deen..!” rintihnya terputus-putus sambil badannya mengejang-ngejang.

Aku mendiamkan gerakan penisku di dalam lubang vagina Erni sambil merasakan ramasan dan empotan vagina Erni yang lain dari pada lain itu. Kemudian kucabut penisku dari kemaluan Erni, Trisni langsung mendekat dan dikocoknya penisku dengan tangannya sambil dihisap ujungnya. Kemudian gantian Erni yang melakukannya. Kedua cewek tersebut jongkok di depanku dan bergantian menghisap-hisap dan mengocok-ngocok penisku.

Tidak lama kemudian aku merasakan penisku mulai berdenyut-denyut dengan keras dan badanku mulai bergetar dengan hebat. Sesuatu dari dalam penisku serasa akan menerobos keluar, air maniku sudah mendesak keluar.
“Akuu ngak tahan niihh.., mauu.. keluaar..!” mulutku mengguman, sementara tangan Erni terus mengocok dengan cepat batang penisku.
Dan beberapa detik kemudian, “Crot.. croot.. croot.. crot..!” air maniku memancar dengan kencang yang segera ditampung oleh mulut Erni dan Trisni.
Empat kali semprotan yang kurasakan, dan kelihatannya dibagi rata oleh Erni dan Trisni. Aku pun terkulai lemas sambil telentang di atas sofa.

Selama sebulan lebih aku bergantian mengerjai keduanya, kadang-kadang barengan juga.
Pada suatu hari paman memanggilku, “Ric Paman mau ke Singapore ada keperluan kurang lebih dua minggu, kamu jaga rumah yaaa..! Nemenin Bibi kamu ya..!” kata pamanku.
“Iya deeh. Aku nggak akan dolan-dolan..!” jawabku.
Dalam hatiku, “Kesempatan datang niihh..!”
Bibi tersenyum manis padaku, kelihatan senyumnya itu sangat polos.
“Hhmm.., tak tau dia bahaya sedang mengincarnya..” gumanku dalam hati.
Niatku ingin merasakan tubuh bibi sebentar lagi pasti akan kesampaian.
“Sekarang nih pasti akan dapat kunikmati tubuh Bibi yang bahenol..!” pikirku dalam hati.

Setelah keberangkatan paman, malam harinya selesai makan malam dengan bibi, aku nonton Seputar Indonesia di ruang tengah.
Bibi menghampiriku sambil berkata, “Ric, badan Bibi agak cape hari ini, Bibi mau tidur duluan yaa..!” sambil berjalan masuk ke kamarnya.
Tadinya aku mau melampiaskan niat malam ini, tapi karena badan bibi kelihatan agak tidak fit, maka kubatalkan niatku itu. Kasihan juga ngerjain bibi dalam keadaan kurang fit dan lagian rasanya kurang seru kalau nanti belum apa-apa bibi sudah lemas. Tapi dalam hatiku aku bertekad untuk dapat menaklukkan bibi pada malam berikutnya.

Malam itu memang tidak terjadi apa-apa, tapi aku menyusun rencana untuk dapat menaklukkan bibi. Pada malam berikutnya, setelah selesai makan malam bibi langsung masuk ke dalam kamarnya. Selang sejenak dengan diam-diam aku menyusulnya. Pelan-pelan kubuka pintu kamarnya yang kebetulan tidak dikunci. Sambil mengintip ke dalam, di dalam kamar tidak terlihat adanya bibi, tapi dari dalam kamar mandi terdengar suara air disiram. Rupanya bibi berada di dalam kamar mandi, aku pun dengan berjingkat-jingkat langsung masuk ke kamar bibi. Aku kemudian bersembunyi di bawah kolong tempat tidurnya.

Selang sesaat, bibi keluar dari kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamarnya, bibi mematikan lampu besar, sehingga ruang kamarnya sekarang hanya diterangi oleh lampu tidur yang terdapat di meja, di sisi tempat tidurnya. Kemudian bibi naik ke tempat tidur. Tidak lama kemudian terdengar suara napasnya yang berbunyi halus teratur menandakan bibi telah tertidur. Aku segera keluar dari bawah tempat tidurnya dengan hati-hati, takut menimbulkan suara yang akan menyebabkan bibi terbangun.

Kulihat bibi tidur tidak berselimut, karena biarpun kamar bibi memakai AC, tapi kelihatan AC-nya diatur agar tidak terlalu dingin. Posisi tidur bibi telentang dan bibi hanya memakai baju daster merah muda yang tipis. Dasternya sudah terangkat sampai di atas perut, sehingga terlihat CD mini yang dikenakannya berwarna putih tipis, sehingga terlihat belahan kemaluan bibi yang ditutupi oleh rambut hitam halus kecoklat-coklatan. Buah dada bibi yang tidak terlalu besar tapi padat itu terlihat samar-samar di balik dasternya yang tipis, naik turun dengan teratur.

Walaupun dalam posisi telentang, tapi buah dada bibi terlihat mencuat ke atas dengan putingnya yang coklat muda kecil. Melihat pemandangan yang menggairahkan itu aku benar-benar terangsang hebat. Dengan cepat kemaluanku langsung bereaksi menjadi keras dan berdiri dengan gagahnya, siap tempur. Perlahan-lahan kuberjongkok di samping tempat tidur dan tanganku secara hati-hati kuletakkan dengan lembut pada belahan kemaluan bibi yang mungil itu yang masih ditutupi dengan CD. Perlahan-lahan tanganku mulai mengelus-elus kemaluan bibi dan juga bagian paha atasnya yang benar-benar licin putih mulus dan sangat merangsang.

Terlihat bibi agak bergeliat dan mulutnya agak tersenyum, mungkin bibi sedang mimpi, sedang becinta dengan paman. Aku melakukan kegiatanku dengan hati-hati takut bibi terbangun. Perlahan-lahan kulihat bagian CD bibi yang menutupi kemaluannya mulai terlihat basah, rupanya bibi sudah mulai terangsang juga. Dari mulutnya terdengar suara mendesis perlahan dan badannya menggeliat-geliat perlahan-lahan. Aku makin tersangsang melihat pemandangan itu.

Cepat-cepat kubuka semua baju dan CD-ku, sehingga sekarang aku bertelanjang bulat. Penisku yang 19 cm itu telah berdiri kencang menganguk-angguk mencari mangsa. Dan aku membelai-belai buah dadanya, dia masih tetap tertidur saja. Aku tahu bahwa puting dan klitoris bibiku tempat paling suka dicumbui, aku tahu hal tersebut dari film-film bibiku. Lalu tanganku yang satu mulai gerilya di daerah vaginanya. Kemudian perlahan-lahan aku menggunting CD mini bibi dengan gunting yang terdapat di sisi tempat tidur bibi.

Sekarang kemaluan bibi terpampang dengan jelas tanpa ada penutup lagi. Perlahan-lahan kedua kaki bibi kutarik melebar, sehingga kedua pahanya terpentang. Dengan hati-hati aku naik ke atas tempat tidur dan bercongkok di atas bibi. Kedua lututku melebar di samping pinggul bibi dan kuatur sedemikian rupa supaya tidak menyentuh pinggul bibi. Tangan kananku menekan pada kasur tempat tidur, tepat di samping tangan bibi, sehingga sekarang aku berada dalam posisi setengah merangkak di atas bibi.

Tangan kiriku memegang batang penisku. Perlahan-lahan kepala penisku kuletakkan pada belahan bibir kemaluan bibi yang telah basah itu. Kepala penisku yang besar itu kugosok-gosok dengan hati-hati pada bibir kemaluan bibi. Terdengar suara erangan perlahan dari mulut bibi dan badannya agak mengeliat, tapi matanya tetap tertutup. Akhirnya kutekan perlahan-lahan kepala kemaluanku membelah bibir kemaluan bibi.

Sekarang kepala kemaluanku terjepit di antara bibir kemaluan bibi. Dari mulut bibi tetap terdengar suara mendesis perlahan, akan tetapi badannya kelihatan mulai gelisah. Aku tidak mau mengambil resiko, sebelum bibi sadar, aku sudah harus menaklukan kemaluan bibi dengan menempatkan posisi penisku di dalam lubang vagina bibi. Sebab itu segera kupastikan letak penisku agar tegak lurus pada kemaluan bibi. Dengan bantuan tangan kiriku yang terus membimbing penisku, kutekan perlahan-lahan tapi pasti pinggulku ke bawah, sehingga kepala penisku mulai menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

Kelihatan sejenak kedua paha bibi bergerak melebar, seakan-akan menampung desakan penisku ke dalam lubang kemaluanku. Badannya tiba-tiba bergetar menggeliat dan kedua matanya mendadak terbuka, terbelalak bingung, memandangku yang sedang bertumpu di atasnya. Mulutnya terbuka seakan-akan siap untuk berteriak. Dengan cepat tangan kiriku yang sedang memegang penisku kulepaskan dan buru-buru kudekap mulut bibi agar jangan berteriak. Karena gerakanku yang tiba-tiba itu, posisi berat badanku tidak dapat kujaga lagi, akibatnya seluruh berat pantatku langsung menekan ke bawah, sehingga tidak dapat dicegah lagi penisku menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi dengan cepat.

Badan bibi tersentak ke atas dan kedua pahanya mencoba untuk dirapatkan, sedangkan kedua tangannya otomatis mendorong ke atas, menolak dadaku. Dari mulutnya keluar suara jeritan, tapi tertahan oleh bekapan tangan kiriku.
“Aauuhhmm.. aauuhhmm.. hhmm..!” desahnya tidak jelas.
Kemudian badannya mengeliat-geliat dengan hebat, kelihatan bibi sangat kaget dan mungkin juga kesakitan akibat penisku yang besar menerobos masuk ke dalam kemaluannya dengan tiba-tiba.

Meskipun bibi merontak-rontak, akan tetapi bagian pinggulnya tidak dapat bergeser karena tertekan oleh pinggulku dengan rapat. Karena gerakan-gerakan bibi dengan kedua kaki bibi yang meronta-ronta itu, penisku yang telah terbenam di dalam vagina bibi terasa dipelintir-pelintir dan seakan-akan dipijit-pijit oleh otot-otot dalam vagina bibi. Hal ini menimbulkan kenikmatan yang sukar dilukiskan.

Karena sudah kepalang tanggung, maka tangan kananku yang tadinya bertumpu pada tempat tidur kulepaskan. Sekarang seluruh badanku menekan dengan rapat ke atas badan bibi, kepalaku kuletakkan di samping kepala bibi sambil berbisik kekuping bibi.
“Bii.., bii.., ini aku Eric. Tenang bii.., sshheett.., shhett..!” bisikku.
Bibi masih mencoba melepaskan diri, tapi tidak kuasa karena badannya yang mungil itu teperangkap di bawah tubuhku. Sambil tetap mendekap mulut bibi, aku menjilat-jilat kuping bibi dan pinggulku secara perlahan-lahan mulai kugerakkan naik turun dengan teratur.

Perlahan-lahan badan bibi yang tadinya tegang mulai melemah.
Kubisikan lagi ke kuping bibi, “Bii.., tanganku akan kulepaskan dari mulut bibi, asal bibi janji jangan berteriak yaa..?”
Perlahan-lahan tanganku kulepaskan dari mulut bibi.
Kemudian Bibi berkata, “Riic.., apa yang kau perbuat ini..? Kamu telah memperkosa Bibi..!”
Aku diam saja, tidak menjawab apa-apa, hanya gerakan pinggulku makin kupercepat dan tanganku mulai memijit-mijit buah dada bibi, terutama pada bagian putingnya yang sudah sangat mengeras.

Rupanya meskipun wajah bibi masih menunjukkan perasaan marah, akan tetapi reaksi badannya tidak dapat menyembunyikan perasaannya yang sudah mulai terangsang itu. Melihat keadaan bibi ini, tempo permainanku kutingkatkan lagi.
Akhirnya dari mulut bibi terdengar suara, “Oohh.., oohh.., sshhh.., sshh.., eemm.., eemm.., Riicc.., Riicc..!”
Dengan masih melanjutkan gerakan pinggulku, perlahan-lahan kedua tanganku bertumpu pada tempat tidur, sehingga aku sekarang dalam posisi setengah bangun, seperti orang yang sedang melakukan push-up.

Dalam posisi ini, penisku menghujam kemaluan bibi dengan bebas, melakukan serangan-serangan langsung ke dalam lubang kemaluan bibi. Kepalaku tepat berada di atas kepala bibi yang tergolek di atas kasur. Kedua mataku menatap ke bawah ke dalam mata bibi yang sedang meram melek dengan sayu. Dari mulutnya tetap terdengar suara mendesis-desis. Selang sejenak setelah merasa pasti bahwa bibi telah dapat kutaklukan, aku berhenti dengan kegiatanku. Setelah mencabut penisku dari dalam kemaluan bibi, aku berbaring setengah tidur di samping bibi. Sebelah tanganku mengelus-elus buah dada bibi terutama pada bagian putingnya.

“Eehh.., Ric.., kenapa kau lakukan ini kepada bibimu..!” katanya.
Sebelum menjawab aku menarik badan bibi menghadapku dan memeluk badan mungilnya dengan hati-hati, tapi lengket ketat ke badan. Bibirku mencari bibinya, dan dengan gemas kulumat habis. Wooww..! Sekarang bibi menyambut ciumanku dan lidahnya ikut aktif menyambut lidahku yang menari-nari di mulutnya.

Selang sejenak kuhentikan ciumanku itu.
Sambil memandang langsung ke dalam kedua matanya dengan mesra, aku berkata, “Bii.. sebenarnya aku sangat sayang sekali sama Bibi, Bibi sangat cantik lagi ayu..!”
Sambil berkata itu kucium lagi bibirnya selintas dan melanjutkan perkataanku, “Setiaap kali melihat Bibi bermesrahan dengan Paman, aku kok merasa sangat cemburu, seakan-akan Bibi adalah milikku, jadi Bibi jangan marah yaa kepadaku, ini kulakukan karena tidak bisa menahan diri ingin memiliki Bibi seutuhnya.”
Selesai berkata itu aku menciumnya dengan mesra dan dengan tidak tergesa-gesa.

Ciumanku kali ini sangat panjang, seakan-akan ingin menghirup napasnya dan belahan jiwanya masuk ke dalam diriku. Ini kulakukan dengan perasaan cinta kasih yang setulus-tulusnya. Rupanya bibi dapat juga merasakan perasaan sayangku padanya, sehingga pelukan dan ciumanku itu dibalasnya dengan tidak kalah mesra juga.

Beberapa lama kemudian aku menghentikan ciumanku dan aku pun berbaring telentang di samping bibi, sehingga bibi dapat melihat keseluruhan badanku yang telanjang itu.
“Iih.., gede banget barang kamu Ricc..! Itu sebabnya tadi Bibi merasa sangat penuh dalam badan Bibi.” katanya, mungkin punyaku lebih besar dari punya paman.
Lalu aku mulai memeluknya kembali dan mulai menciumnya. Ciumanku mulai dari mulutnya turun ke leher dan terus kedua buah dadanya yang tidak terlalu besar tapi padat itu. Pada bagian ini mulutku melumat-lumat dan menghisap-hisap kedua buah dadanya, terutama pada kedua ujung putingnya berganti-ganti, kiri dan kanan.

Sementara aksiku sedang berlangsung, badan bibi menggeliat-geliat kenikmatan. Dari mulutnya terdengar suara mendesis-desis tidak hentinya. Aksiku kuteruskan ke bawah, turun ke perutnya yang ramping, datar dan mulus. Maklum, bibi belum pernah melahirkan. Bermain-main sebentar disini kemudian turun makin ke bawah, menuju sasaran utama yang terletak pada lembah di antara kedua paha yang putih mulus itu.

Pada bagian kemaluan bibi, mulutku dengan cepat menempel ketat pada kedua bibir kemaluannya dan lidahku bermain-main ke dalam lubang vaginanya. Mencari-cari dan akhirnya menyapu serta menjilat gundukan daging kecil pada bagian atas lubang kemaluannya. Segera terasa badan bibi bergetar dengan hebat dan kedua tangannya mencengkeram kepadaku, menekan ke bawah disertai kedua pahanya yang menegang dengan kuat.
Keluhan panjang keluar dari mulutnya, “Oohh.., Riic.., oohh.. eunaakk.. Riic..!”

Sambil masih terus dengan kegiatanku itu, perlahan-lahan kutempatkan posisi badan sehingga bagian pinggulku berada sejajar dengan kepala bibi dan dengan setengah berjongkok. Posisi batang kemaluanku persis berada di depan kepala bibi. Rupanya bibi maklum akan keinginanku itu, karena terasa batang kemaluanku dipegang oleh tangan bibi dan ditarik ke bawah. Kini terasa kepala penis menerobos masuk di antara daging empuk yang hangat. Ketika ujung lidah bibi mulai bermain-main di seputar kepala penisku, suatu perasaan nikmat tiba-tiba menjalar dari bawah terus naik ke seluru badanku, sehingga dengan tidak terasa keluar erangan kenikmatan dari mulutku.

Dengan posisi 69 ini kami terus bercumbu, saling hisap-mengisap, jilat-menjilat seakan-akan berlomba-lomba ingin memberikan kepuasan pada satu sama lain. Beberapa saat kemudian aku menghentikan kegiatanku dan berbaring telentang di samping bibi. Kemudian sambil telentang aku menarik bibi ke atasku, sehingga sekarang bibi tidur tertelungkup di atasku. Badan bibi dengan pelan kudorong agak ke bawah dan kedua paha bibi kupentangkan. Kedua lututku dan pantatku agak kunaikkan ke atas, sehingga dengan terasa penisku yang panjang dan masih sangat tegang itu langsung terjepit di antara kedua bibir kemaluan bibi.

Dengan suatu tekanan oleh tanganku pada pantat bibi dan sentakan ke atas pantatku, maka penisku langsung menerobos masuk ke dalam lubang kemaluan bibi. Amblas semua batangku.
“Aahh..!” terdengar keluhan panjang kenikmatan keluar dari mulut bibi.
Aku segera menggoyang pinggulku dengan cepat karena kelihatan bahwa bibi sudah mau klimaks. Bibi tambah semangat juga ikut mengimbangi dengan menggoyang pantatnya dan menggeliat-geliat di atasku. Kulihat wajahnya yang cantik, matanya setengah terpejam dan rambutnya yang panjang tergerai, sedang kedua buah dadanya yang kecil padat itu bergoyang-goyang di atasku.

Ketika kulihat pada cermin besar di lemari, kelihatan pinggul bibi yang sedang berayun-ayun di atasku. Batang penisku yang besar sebentar terlihat sebentar hilang ketika bibi bergerak naik turun di atasku. Hal ini membuatku jadi makin terangsang. Tiba-tiba sesuatu mendesak dari dalam penisku mencari jalan keluar, hal ini menimbulkan suatu perasaan nikmat pada seluruh badanku. Kemudian air maniku tanpa dapat ditahan menyemprot dengan keras ke dalam lubang vagina bibi, yang pada saat bersamaan pula terasa berdenyut-denyut dengan kencangnya disertai badannya yang berada di atasku bergetar dengan hebat dan terlonjak-lonjak. Kedua tangannya mendekap badanku dengan keras.

Pada saat bersamaan kami berdua mengalami orgasme dengan dasyat. Akhirnya bibi tertelungkup di atas badanku dengan lemas sambil dari mulut bibi terlihat senyuman puas.
“Riic.., terima kasih Ric. Kau telah memberikan Bibi kepuasan sejati..!”

Setelah beristirahat, kemudian kami bersama-sama ke kamar mandi dan saling membersihkan diri satu sama lain. Sementara mandi, kami berpelukan dan berciuman disertai kedua tangan kami yang saling mengelus-elus dan memijit-mijit satu sama lain, sehingga dengan cepat nafsu kami terbangkit lagi. Dengan setengah membopong badan bibi yang mungil itu dan kedua tangan bibi menggelantung pada leherku, kedua kaki bibi kuangkat ke atas melingkar pada pinggangku dan dengan menempatkan satu tangan pada pantat bibi dan menekan, penisku yang sudah tegang lagi menerobos ke dalam lubang kemaluan bibi.

“Aaughh.. oohh.. oohh..!” terdengar rintihan bibi sementara aku menggerakan-gerakan pantatku maju-mundur sambil menekan ke atas.
Dalam posisi ini, dimana berat badan bibi sepenuhnya tertumpu pada kemaluannya yang sedang terganjel oleh penisku, maka dengan cepat bibi mencapai klimaks.
“Aaduhh.. Riic.. Biiibii.. maa.. maa.. uu.. keluuar.. Riic..!” dengan keluhan panjang disertai badannya yang mengejang, bibi mencapai orgasme, dan selang sejenak terkulai lemas dalam gendonganku.

Dengan penisku masih berada di dalam lubang kemaluan bibi, aku terus membopongnya. Aku membawa bibi ke tempat tidur. Dalam keadaan tubuh yang masih basah kugenjot bibi yang telah lemas dengan sangat bernafsu, sampai aku orgasme sambil menekan kuat-kuat pantatku. Kupeluk badan bibi erat-erat sambil merasakan airmaniku menyemprot-nyemprot, tumpah dengan deras ke dalam lubang kemaluan bibi, mengisi segenap relung-relung di dalamnya.

Semalaman itu kami masih melakukan persetubuhan beberapa kali, dan baru berhenti kecapaian menjelang fajar. Sejak saat itu, selanjutnya seminggu minimum 4 kali kami secara sembunyi-sembunyi bersetubuh, diselang seling mengerjai si Trisni dan Erni apabila ada waktu luang. Hal ini berlangsung terus tanpa paman mengetahuinya sampai saya lulus serjana dan harus pindah ke Jakarta, karena diterima kerja di suatu perusahaan asing. END


AJAKAN MENGINAP DIRUMAH TETANGGAKU YANG CANTIK DAN BOHAY

Cerita Sex Dewasa, Cerita Dewasa 18+, Cerita Ngewe Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum beruntungnya diajak menginap dirumah cewek cantik dan montok bertoket gede Dengan Judul ” Ajakan Menginap Dirumah Tetanggaku Yang Cantik Dan Bohay ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks anda, selamat menikmati.

AJAKAN MENGINAP DIRUMAH TETANGGAKU YANG CANTIK DAN BOHAY
Kenzopoker.org - Agen QQ Poker Online - BandarQ Online - Domino99
CERITA DEWASA 18+Aku biasa dipanggil Hendri (nama samaran). Saat ini aku kuliah di salah satu Akademi Pariwisata sambil bekerja di sebuah hotel bintang lima di Denpasar, Bali. Kisah yang aku ceritakan ini adalah kisah nyata yang terjadi terjadi saat aku masih duduk di kelas 2 SMA, di kota Jember, Jawa Timur.

Saat itu aku tinggal di sebuah gang di pusat kota Jember. Di depan rumahku tinggalah seorang wanita, Nia R. namanya, tapi ia biasa dipanggil Ninik. Usianya saat itu sekitar 24 tahun, karena itu aku selalu memanggilnya Mbak Ninik. Ia bekerja sebagai kasir pada sebuah departemen store di kotaku. Ia cukup cantik, jika dilihat mirip bintang sinetron Sarah Vi, kulitnya putih, rambutnya hitam panjang sebahu.

Namun yang paling membuatku betah melihatnya adalah buah dadanya yang indah. Kira-kira ukurannya 36B, buah dada itu nampak serasi dengan bentuk tubuhnya yang langsing.

Keindahan tubuh Mbak Ninik tampak semakin aduhai saat aku melihat pantatnya. Kali ini aku tidak bisa berbohong, ingin sekali kuremas-remas pantatnya yang aduhai itu. Bahkan jika Mbak Ninik memintaku mencium pantatnya akan kulakukan. Satu hal lagi yang membuatku betah melihatnya adalah bibirnya yang merah. Ingin sekali aku mencium bibir yang merekah itu. Tentu akan sangat nikmat saat membayangkan keindahan tubuhnya.

Setiap pagi saat menyapu teras rumahnya, Mbak Ninik selalu menggunakan kaos tanpa lengan dan hanya mengenakan celana pendek. Jika ia sedang menunduk, sering kali aku melihat bayangan celana dalamnya berbentuk segi tiga. Saat itu penisku langsung berdiri dibuatnya. Apalagi jika saat menunduk tidak terlihat bayangan celana dalamnya, aku selalu berpikir, wah pasti ia tidak memakai celana dalam.
Kemudian aku membayangkan bagaimana ya tubuh Mbak Ninik jika sedang bugil, rambut vaginanya lebat apa tidak ya. Itulah yang selalu muncul dalam pikiranku setiap pagi, dan selalu penisku berdiri dibuatnya. Bahkan aku berjanji dalam hati jika keinginanku terkabul, aku akan menciumi seluruh bagian tubuh Mbak Ninik. Terutama bagian pantat, buah dada dan vaginanya, akan kujilati sampai puas.

Malam itu, aku pergi ke rumah Ferri, latihan musik untuk pementasan di sekolah. Kebetulan orang tua dan saudaraku pergi ke luar kota. Jadi aku sendirian di rumah. Kunci kubawa dan kumasukkan saku jaket. Karena latihan sampai malam aku keletihan dan tertidur, sehingga terlupa saat jaketku dipakai Baron, temanku yang main drum. Aku baru menyadari saat sudah sampai di teras rumah.

“Waduh kunci terbawa Baron,” ucapku dalam hati. Padahal rumah Baron cukup jauh juga. Apalagi sudah larut malam, sehingga untuk kembali dan numpang tidur di rumah Ferri tentu tidak sopan. Terpaksa aku tidur di teras rumah, ya itung-itung sambil jaga malam.

“Lho masih di luar Hen..” Aku tertegun mendengar sapaan itu, ternyata Mbak Ninik baru pulang.

“Eh iya.. Mbak Ninik juga baru pulang,” ucapku membalas sapaannya. “Iya, tadi setelah pulang kerja, aku mampir ke rumah teman yang ulang tahun,” jawabnya.
“Kok kamu tidur di luar Hen.”

“Anu.. kuncinya terbawa teman, jadi ya nggak bisa masuk,” jawabku. Sebetulnya aku berharap agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya. Selanjutnya Mbak Ninik membuka pintu rumah, tapi kelihatannya ia mengalami kesulitaan. Sebab setelah dipaksa-paksa pintunya tetap tidak mau terbuka. Melihat hal itu aku segera menghampiri dan menawarkan bantuan.

“Kenapa Mbak, pintunya macet..”
“Iya, memang sejak kemarin pintunya agak rusak, aku lupa memanggil tukang untuk memperbaikinya.” jawab Mbak Ninik.
“Kamu bisa membukanya, Hen.” lanjutnya.
“Coba Mbak, saya bantu.” jawabku, sambil mengambil obeng dan tang dari motorku.

Aku mulai bergaya, ya sedikit-sedikit aku juga punya bakat Mc Gayver. Namun yang membuatku sangat bersemangat adalah harapan agar Mbak Ninik memberiku tumpangan tidur di rumahnya.

“Kletek.. kletek…” akhirnya pintu terbuka. Aku pun lega.
“Wah pinter juga kamu Hen, belajar dari mana.”
“Ah, nggak kok Mbak.. maklum saya saudaranya Mc Gayver,” ucapku bercanda.
“Terima kasih ya Hen,” ucap Mbak Ninik sambil masuk rumah.

Aku agak kecewa, ternyata ia tidak menawariku tidur di rumahnya. Aku kembali tiduran di kursi terasku. Namun beberapa saat kemudian. Mbak Ninik keluar dan menghampiriku.

“Tidur di luar tidak dingin? Kalau mau, tidur di rumahku saja Hen,” kata Mbak Ninik.
“Ah, nggak usah Mbak, biar aku tidur di sini saja, sudah biasa kok, “jawabku basa-basi.
“Nanti sakit lho. Ayo masuk saja, nggak apa-apa kok.. ayo.”
Akhirnya aku masuk juga, sebab itulah yang kuinginkan.

“Mbak, saya tidur di kursi saja.”
Aku langsung merebahkan tubuhku di sofa yang terdapat di ruang tamu.
“Ini bantal dan selimutnya Hen.”

Aku tersentak kaget melihat Mbak Ninik datang menghampiriku yang hampir terlelap. Apalagi saat tidur aku membuka pakaianku dan hanya memakai celena pendek.

“Oh, maaf Mbak, aku terbiasa tidur nggak pakai baju,” ujarku.
“Oh nggak pa-pa Hen, telanjang juga nggak pa-pa.”
“Benar Mbak, aku telanjang nggak pa-pa,” ujarku menggoda.
“Nggak pa-pa, ini selimutnya, kalau kurang hangat ada di kamarku,” kata Mbak Ninik sambil masuk kamar.

Aku tertegun juga saat menerima bantal dan selimutnya, sebab Mbak Ninik hanya memakai pakaian tidur yang tipis sehingga secara samar aku bisa melihat seluruh tubuh Mbak Ninik. Apalagi ia tidak mengenakan apa-apa lagi di dalam pakaian tidur tipis itu.

Aku juga teringat ucapannya kalau selimut yang lebih hangat ada di kamarnya. Langsung aku menghampiri kamar Mbak Ninik. Ternyata pintunya tidak ditutup dan sedikit terbuka. Lampunya juga masih menyala, sehingga aku bisa melihat Mbak Ninik tidur dan pakaiannya sedikit terbuka. Aku memberanikan diri masuk kamarnya.

“Kurang hangat selimutnya Hen,” kata Mbak Ninik.
“Iya Mbak, mana selimut yang hangat,” jawabku memberanikan diri.
“Ini di sini,” kata Mbak Ninik sambil menunjuk tempat tidurnya.

Aku berlagak bingung dan heran. Namun aku mengerti Mbak Ninik ingin aku tidur bersamanya. Mungkin juga ia ingin aku.., Pikiranku melayang kemana-mana. Hal itu membuat penisku mulai berdiri. Terlebih saat melihat tubuh Mbak Ninik yang tertutup kain tipis itu.

“Sudah jangan bengong, ayo sini naik,” kata Mbak Ninik.
“Eit, katanya tadi mau telanjang, kok masih pakai celana pendek, buka dong kan asyik,” kata Mbak Ninik saat aku hendak naik ranjangnya.

Kali ini aku benar-benar kaget, tidak mengira ia langsung memintaku telanjang. Tapi kuturuti kemauannya dan membuka celana pendek berikut cekana dalamku. Saat itu penisku sudah berdiri.

“Ouww, punyamu sudah berdiri Hen, kedinginan ya, ingin yang hangat,” katanya.
“Mbak nggak adil dong kalau hanya aku yang bugil, Mbak juga dong,” kataku.
“OK Hen, kamu mau membukakan pakaianku.”

Kembali aku kaget dibuatnya, aku benar-benar tidak mengira Mbak Ninik mengatakan hal itu. Ia berdiri di hadapanku yang sudah bugil dengan penis berdiri. Aku memang baru kali ini tidur bersama wanita, sehingga saat membayangkan tubuh Mbak Ninik penisku sudah berdiri.
“Ayo bukalah bajuku,” kata Mbak Ninik.

Aku segera membuka pakaian tidurnya yang tipis. Saat itulah aku benar-benar menyaksikan pemandangan indah yang belum pernah kualami. Jika melihat wanita bugil di film sih sudah sering, tapi melihat langsung baru kali ini.

Setelah Mbak Ninik benar-benar bugil, tanganku segera melakukan pekerjaannya. Aku langsung meremas-remas buah dada Mbak Ninik yang putih dan mulus. Tidak cuma itu, aku juga mengulumnya. Puting susunya kuhisap dalam-dalam. Mbak Ninik rupanya keasyikan dengan hisapanku. Semua itu masih dilakukan dengan posisi berdiri.

“Oh, Hen nikmat sekali rasanya..”

Aku terus menghisap puting susunya dengan ganas. Tanganku juga mulai meraba seluruh tubuh Mbak Ninik. Saat turun ke bawah, tanganku langsung meremas-remas pantat Mbak Ninik. Pantat yang padat dan sintal itu begitu asyik diremas-remas. Setelah puas menghisap buah dada, mulutku ingin juga mencium bibir Mbak Ninik yang merah.

“Hen, kamu ahli juga melakukannya, sudah sering ya,” katanya.
“Ah ini baru pertama kali Mbak, aku melakukan seperti yang kulihat di film blue,” jawabku.

Aku terus menciumi tiap bagian tubun Mbak Ninik. Aku menunduk hingga kepalaku menemukan segumpal rambut hitam. Rambut hitam itu menutupi lubang vagina Mbak Ninik. Bulu vaginanya tidak terlalu tebal, mungkin sering dicukur. Aku mencium dan menjilatinya. Tanganku juga masih meremas-remas pantat Mbak Ninik. Sehingga dengan posisi itu aku memeluk seluruh bagian bawah tubuh Mbak Ninik.

“Naik ranjang yuk,” ucap Mbak Ninik.

Aku langsung menggendongnya dan merebahkan di ranjang. Mbak Ninik tidur dengan terlentang dan paha terbuka. Tubuhnya memang indah dengan buah dada yang menantang dan bulu vaginanya yang hitam indah sekali. Aku kembali mencium dam menjilati vagina Mbak Ninik. Vagina itu berwarna kemerahan dan mengeluarkan bau harum.

Mungkin Mbak Ninik rajin merawat vaginanya. Saat kubuka vaginanya, aku menemukan klitorisnya yang mirip biji kacang. Kuhisap klitorisnya dan Mbak Ninik menggeliat keasyikan hingga pahanya sedikit menutup. Aku terjepit diantara paha mulus itu terasa hangat dan nikmat.

“Masih belum puas menjilatinya Hen.”
“Iya Mbak, punyamu sungguh asyik dinikmati.”
“Ganti yang lebih nikmat dong.”

Tanpa basa-basi kubuka paha mulus Mbak Ninik yang agak menutup. Kuraba sebentar bulu yang menutupi vaginanya. Kemudian sambil memegang penisku yang berdiri hebat, kumasukkan batang kemaluanku itu ke dalam vagina Mbak Ninik.

“Oh, Mbak ini nikmatnya.. ah.. ah..”
“Terus Hen, masukkan sampai habis.. ah.. ah..”

Aku terus memasukkan penisku hingga habis. Ternyata penisku yang 17 cm itu masuk semua ke dalam vagina Mbak Ninik. Kemudian aku mulai dengan gerakan naik turun dan maju mundur.

“Mbak Ninik.. Nikmaat.. oh.. nikmaattt seekaliii.. ah..”
Semakin lama gerakan maju mundurku semakin hebat. Itu membuat Mbak Ninik semakin menggeliat keasyikan.
“Oh.. ah.. nikmaatt.. Hen.. terus.. ah.. ah.. ah..”

Setelah beberapa saat melakukan maju mundur, Mbak Ninik memintaku menarik penis. Rupanya ia ingin berganti posisi. Kali ini aku tidur terlentang. Dengan begitu penisku terlihat berdiri seperti patung. Sekarang Mbak Ninik memegang kendali permainan. Diremasnya penisku sambil dikulumnya.

Aku kelonjotan merasakan nikmatnya kuluman Mbak Ninik. Hangat sekali rasanya, mulutnya seperti vagina yang ada lidahnya. Setelah puas mengulum penisku, ia mulai mengarahkan penisku hingga tepat di bawah vaginanya. Selanjutnya ia bergerak turun naik, sehingga penisku habis masuk ke dalam vaginanya.

“Oh.. Mbak Ninik.. nikmaaatt sekali.. hangat dan oh..”

Sambil merasakan kenikmatan itu, sesekali aku meremas-remas buah dada Mbak Ninik. Jika ia menunduk aku juga mencium buah dada itu, sesekali aku juga mencium bibir Mbak Ninik.

“Oh Hen punyamu Oke juga.. ah.. oh.. ah..”
“Punyamu juga nikmaaat Mbaak.. ah.. oh.. ah…”

Mbak Ninik rupanya semakin keasyikan, gerakan turun naiknya semakin kencang. Aku merasakan vagina Mbak Ninik mulai basah. Cairan itu terasa hangat apalagi gerakan Mbak Ninik disertai dengan pinggulnya yang bergoyang. Aku merasa penisku seperti dijepit dengan jepitan dari daging yang hangat dan nikmat.

“Mbak Ninik.. Mbaaakk.. Niiikmaaattt..”
“Eh.. ahh.. ooohh.. Hen.. asyiiikkk.. ahh.. ennakk.. nikmaaatt..”

Setelah dengan gerakan turun naik, Mbak Ninik melepas penisku. Ia ingin berganti posisi lagi. Kali ini ia nungging dengan pantat menghadapku. Nampak olehku pantatnya bagai dua bantal yang empuk dengan lubang nikmat di tengahnya.

Sebelum kemasukan penisku, aku menciumi dahulu pantat itu. Kujilati, bahkan hingga ke lubang duburnya. Aku tak peduli dengan semua hal, yang penting bagiku pantat Mbak Ninik kini menjadi barang yang sangat nikmat dan harus kunikmati.

“Hen, ayo masukkan punyamu aku nggak tahaan nih,” kata Mbak Ninik.
Kelihatannya ia sudah tidak sabar menerima hunjaman penisku.
“Eh iya Mbak, habis pantat Mbak nikmat sekali, aku jadi nggak tahan,” jawabku.

Kemudian aku segera mengambil posisi, kupegang pantatnya dan kuarahkan penisku tepat di lubang vaginanya. Selanjutnya penisku menghunjam dengan ganas vagina Mbak Ninik. Nikmat sekali rasanya saat penisku masuk dari belakang. Aku terus menusuk maju mundur dan makin lama makin keras.

“Oh.. Aah.. Hen.. Ooohh.. Aah.. Aaahh.. nikmaaatt Hen.. terus.. lebih keras Hen…”
“Mbak Ninik.. enak sekaliii.. niiikmaaatt sekaaliii..”

Kembali aku meraskan cairan hangat dari vagina Mbak Ninik membasahi penisku. Cairan itu membuat vagina Mbak Ninik bertambah licin. Sehingga aku semakin keras menggerakkan penisku maju mundur.Mbak Ninik berkelonjotan, ia memejamkan mata menahan rasa nikmat yang teramat sangat. Rupanya ia sudah orgasme. Aku juga merasakan hal yang sama.

“Mbak.. aku mau keluar nih, aku nggak tahan lagi..”

Kutarik penisku keluar dari lubang duburnya dan dari penisku keluar sperma berwarna putih. Sperma itu muncrat diatas pantat Mbak Ninik yang masih menungging. Aku meratakan spermaku dengan ujung penisku yang sesekali masih mengeluarkan sperma. Sangat nikmat rasanya saat ujung penisku menyentuh pantat Mbak Ninik.

“Oh, Mbak Ninik.. Mbaak.. nikmat sekali deh.. Hebat.. permainan Mbak bener-bener hebat..”
“Kamu juga Hen, penismu hebat.. hangat dan nikmat..”

Kami berpelukan di ranjang itu, tak terasa sudah satu jam lebih kami menikmati permainan itu. Selanjutnya karena lelah kami tertidur pulas. Esok harinya kami terbangun dan masih berpelukan. Saat itu jam sudah pukul 09:30 pagi.

“Kamu nggak sekolah Hen,” tanya Mbak Ninik.
“Sudah terlambat, Mbak Ninik tidak bekerja?”
“Aku masuk sore, jadi bisa bangun agak siang..”

Kemudian Mbak Ninik pergi ke kamar mandi. Aku mengikutinya, kami mandi berdua dan saat mandi kembali kami melakukan permainan nikmat itu. Walaupun dengan posisi berdiri, tubuh Mbak Ninik tetap nikmat.

Akhirnya pukul 14:30 aku pergi ke rumah Baron dan mengambil kunci rumahku. Tapi sepanjang perjalanan aku tidak bisa melupakan malam itu. Itulah saat pertama aku melakukan permainan nikmat dengan seorang wanita.

Kini saat aku kuliah dan bekerja di Denpasar, aku masih sering mengingat saat itu. Jika kebetulan pulang ke Jember, aku selalu mampir ke rumah Mbak Ninik dan kembali menikmati permainan nikmat. Untung sekarang ia sudah pindah, jadi kalau aku tidur di rumah Mbak Ninik, orang tuaku tidak tahu.

Kubilang aku tidur di rumah teman SMA. Sekali lagi ini adalah kisah nyata dan benar-benar terjadi. END


BARU KALI INI MERASAKAN NIKMATNYA DIENTOT LELAKI YANG KEMALUANNYA BESAR

Cerita Sex Dewasa, Cerita Dewasa 18+, Cerita Ngewe Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum karyawati resto merasakan nikmatnya dientot kontol besar dan panjang Dengan Judul ” Baru Kali Ini Merasakan Nikmatnya Dientot Lelaki Yang Kemaluannya Besar ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks anda, selamat menikmati.

BARU KALI INI MERASAKAN NIKMATNYA DIENTOT LELAKI YANG KEMALUANNYA BESAR
Kenzopoker.org - Agen QQ Poker Online - BandarQ Online - Domino99
CERITA DEWASA 18+ini merupakan sebuah pengalaman dari sahabat saya yang sekarang bertempat tinggal di bali. Cerita terbaru ini terjadi di sekitar tahun lalu yang merupakan penganlaman pribadi daari teman saya. Saya sangat terima kasih mau berbagi dengan ceritaseks15.com untuk menceritakan pengalamannya ini, begini ceritanya.

Aku bekerja di satu resto steak yang menyediakan salad bar juga disebuah mal. Beberapa minggu terakhir ini, ada seorang customer, bapak2, yang rajin berkunjung ke resto tempat aku bekerja. Ketika makan, matanya selalu memandangiku.

Kalo aku lewat dekat mejanya, selalu dia senyum, dia berusaha mengajak aku berkomunikasi tetapi belum pernah berhasil karena ketika dia makan di resto itu, suasana sedang rame, sehingga aku dan juga waiter/waitress lainnya menjadi sangat sibuk melayani tamu.

Suatu hari, dia berkunjung lagi ke restoku. Kebetulan kali ini tamu yang makan cuma sedikit, sehingga ada kesempatan bertegur sapa. Dia menanyakan namaku siapa, kujawab namaku Ines. Dia bertanya lagi, hari ini aku kerja sampe jam berapa. Ketika aku nanya kenapa dia bertanya seperti itu dia bilang mau kasi aku surprise. aku nanya lagi karena penasaran, surprisenya apa.

Dia jawab kalo dikasi tau ya bukan surprise namanya. Terus dia bilang akan nunggu aku sekitar jam 6 sore. Selesai kerja, aku mengganti pakaian dinas dengan pakaian ku sendiri. Aku memakai kaos ketat dengan belahan yang rendah sehingga toketku yang juga besar mengintip keluar, dan celana jeans ketat.

Dia menunggu gak jauh dari resto. Tepat ketika aku menyapanyanya, hpku berbunyi, dari temanku. Dia memandangiku yang sedang menerima telpon temanku. Setelah aku selesai bertelpon, dia bertanya, “Dari siapa Nes, cowok kamu ya”. “Enggak kok pak, dari temanku, ngajakin aku jalan”.

“Terus”, tanyanya lagi. “Kan udah janjian ama bapak, ya Aku tolak ajakannya”. Temen kamu cowok atau cewek”, tanyanya terus. “Cowok pak”, jawabku. “NGajakin jalan tau ngajak pacaran?” guyonnya lagi. “Dua2nya pak”, jawabku sekenanya sambil tertawa. “Katanya mau kasi surprise?”, tagihku.

Dia lalu mengajakku ke toko hp. “Nes, hp kamu dah kuno, aku beliin yang baru ya”. Kaget juga aku mendengar tawarannya. Tanpa menunggu jawabanku, dia minta ke spg nya, hp iphone 7 terbaru. Sepertinya duit beberapa juta enteng buat dia.

Aku menduga pasti ada ujungnya, gak mungkin kan lelaki mau ngasi hp mahal begitu aja. Aku sih gak perduli kalo aku harus meladeni napsunya, aku tertarik juga sama si bapak, setelah jumpa beberapa kali di resto. Orangnya belum tua, tapi yang pasti bukan abg lah yao.

Ganteng, dada bidang, seperti tipe lelaki idealku lah. “Ma kasih ya pak, bapak baik amat sih mau beliin Aku hp baru, mahal lagi”. Dia hanya tersenyum dan mengajak aku makan, tentunya bukan makanan yang dijual di resto ku. Sambil makan dia terus mengajakku guyon, orangnya menyenangkan.
“Kamu besok kerja jam brapa Nes”, tanyanya. “Besok Aku off pak. emangnya kenapa”. “Aku mo ngajak kamu jalan, kalo besok kamu off kan gak usah buru2 pulang”. “Jalan kemana pak”, aku sudah menduga apa jawabannya. Pastinya akan ngajakin aku ngentot, apa lagi kalo gak itu.

“Wow.., mobilnya keren banget pak. Sama kaya orangnya” kata ku setelah kami sampai di mobilnya. Aku duduk di depan disebelahnya. Tak lama kamipun meluncur meninggalkan mal. Dia mulai mengelus2 paha ku yang masih tertutup celana jeans. Tentunya elusannya tidak terlalu terasa karena masih terhalangi kain jeans celanaku.

Dia membawaku ke apartmentnya. Tak lama kami sudah sampai di apartment. Kita turun ke basement, parkir mobil dan menuju lift. Dia langsung memijit lantai apartmentnya dan lift meluncur ke atas. Apartmentnya type studio sehingga hanya ada satu ruang yang multi fungsi, kamar mandi dan pantri yang merangkap dapur.

Dia merebahkan diri di ranjang. Sementara aku pergi ke kamar mandi. Ketika muncul kembali, aku hanya berbalut handuk kemudian ikut rebahan diranjang bersamanya. Dia melingkarkan tangannya pada pundak ku dan mengelus-elus nya.

Tak lama dia mulai menciumi bibir ku sambil meraba-raba toket ku. Dia membuka belitan handuk sehingga aku langsung bertelanjang bulat. Dia melotot melihat jembutku yang lebat. Langsung diciumi dan dijilati toket ku dengan rakus. Dihisap hisapnya pentil ku. Jarinya meraba bibir nonok ku yang dipenuhi dengan jembut yang lebat.

Akupun melenguh nikmat ketika jarinya menemukan itilku. Sementara itu, toket ku masih terus dijilati dan diemut pentilnya. Aku yang sudah sangat bernafsu kemudian berbalik menindih tubuhnya. Dengan cepat aku melucuti kancing kemejanya.

Kuhisap pentilnya, sementara tanganku melucuti celananya. “Ines buka dulu ya pak” kataku sambil bangkit duduk dan membuka seluruh pakaiannya. Dia tinggal berCD, dan tampak kontolnya mencuat keluar tak mampu tertampung didalam CD.

“Kontol bapak gede banget, panjang lagi” kataku sambil mengelus-elus kontolnya dari balik CD. Akupun kemudian membuka CD nya, dan kontolnya yang sudah ngaceng keras tampak berdiri tegak dihadapannya. “Gila.. Gede banget.. Bikin Ines nafsu..” kataku sambil menundukkan kepala mulai menjilati dan kemudian mengulum kontolnya.

Dia mengelus- elus rambutku yang panjang. Kadang tangannya berpindah ke toketku yang sekal dan mempermainkan pentilnya. “Nes.. Enak banget Nes..” desahnya, aku terus menjilati kontolnya. “Ih.. pak, gede banget..”. “Memang kamu belum pernah liat yang besar begini?” “Belum pak.. Punya cowok Ines nggak sebesar ini.” jawabku.

“Arghh.. Enak Nes.” erangnya lagi. Kujilatinya lubang kencingnya dan kemudian kukulum kontolnya dengan bernafsu. Sementara itu batang kontolnya kukocok sambil sesekali kuremas perlahan biji pelernya. Dia keenakan ketika aku mengeluar masukkan kontolnya dengan mulutku.

Dia mengusap-usap rambutku dengan gemas. Ruangan segera dipenuhi oleh erangannya. Saat aku menghisap kontolnya, kepalaku maju mundur, toketku pun bergoyang. Dengan gemas diremasnya toketku. “Nes.., jepit pakai toketmu ” pintanya.

Aku langsung meletakkan kontolnya di belahan toketku, dan kemudian dia mengenjot kontolnya diantara toketku. “Enak banget sshh..” Dia seperti tak kuasa menahan rasa nikmat itu. Setelah beberapa lama, dia menyodorkan kembali kontolnya ke mulutku. Aku menyambutnya dengan penuh nafsu.

Setelah beberapa lama, aku menaiki tubuhnya dan mengarahkan kontolnya ke nonokku. Aku menurunkan tubuhku dan kontolnya mulai menerobos nonokku yang sempit. “Ooh.. besar banget nih kontolnya pak.. Ahh..” desahku ketika kontolnya telah berhasil memasuki nonokku. “Tapi enak khan..” tanyanya menggoda

“Iya sih..Aduh.. Oh.. Sstt.. Hah.. Hah..” erangku lagi ketika dia mulai menggenjot nonokku dari bawah. Dia memegang pinggangku sambil terus mengenjot nonokku. Sementara aku menyodorkan toketku ke mulutnya. Dia segera menjilati toket ku. “Pak.. Gimana pak.. Enak khan dientot?” tanya ku menggoda. Aku masih meliuk-liukan tubuhku.

Dia pun terus mengenjot nonokku dari bawah, sambil sesekali tangannya meremas toketku yang berayun-ayun menggemaskan. Setelah bosan dengan posisi itu, dia membalikkan tubuhku sehingga dia berada diatas. Segera dia menggenjot kontolnya keluar masuk nonokku sambil menciumi wajahku.

“Ehmm.. Sstt.. pak.. Enak.. Ohh. kontol bapak gede banget, nonok Ines sampe sesek rasanya pak, gesekan kontol bapak terasa banget di nonok Ines. Mau deh Ines dientot bapak tiap malam,” Aku melenguh keenakkan. “Ayo isap pentil Ines pak” perintahku. Diapun kemudian menghisap pentilku sambil terus menggenjot nonokku.

Tak lama tubuhku mengejang, dan aku mengerang dan menggelinjang ketika nyampe. Terasa nonokku berkedut2. “Nes, enak banget, kontolku seperti sedang diemut, nikmat banget rasanya, luar biasa empotan nonok kamu”. Dia mengeluarkan kontolnya dari nonokku dan aku kusuruh menungging membelakanginya.

Dengan gaya doggy style dia mengentoti ku dari belakang. “Aduh.. pak.. kuat banget.. Ohh..” erang ku ketika dia mengenjot nonokku. “Gila.. nonokmu enak banget Nes..” katanya. Dia memegang pinggul ku, terkadang meremas pantatku yang membulat. Aku pun menjerit nikmat. Toketkupun tampak bergoyang-goyang menggemaskan.

Bosan dengan posisi ini, dia kemudian duduk di kursi. Aku lalu duduk membelakanginya dan mengarahkan kontolnya ke dalam nonokku. Dia menyibakkan rambutku yang panjang dan menciumi leher ku. Sementara itu aku bergerak naik turun.

Tangannya sibuk meremas toketku. “Ahh.. Ahh.. Ahh..” erangku seirama dengan goyangan badanku diatas tubuhnya. Terkadang erangan itu terhenti saat disodorkannya jemarinya untuk kuhisap. Beberapa saat kemudian, dihentikannya goyangan badannya dan dicondongkannya tubuhku agak ke belakang, sehingga dapat menghisap toketku.

Dengan gemas dilahapnya bukit kembarku dan sesekali pentilku dijilatinya. Eranganku semakin keras terdengar, membuat dia menjadi kembali bernapsu. Setelah dia selesai menikmati toket ranumku, kembali aku mengenjot tubuhku naik turun dengan liar. Binal banget kelihatannya. Cukup lama dia menikmati aku dientot , dengan aku di atas kursi.

Lalu dia berdiri, dan kembali berciuman dengan aku sambil dengan gemas meremas dan menghisap toketku. Dia ingin segera menuntaskan permainan ini. Lalu aku direbahkan di atas ranjang. Dia kemudian mengarahkan kontolnya kembali ke dalam nonokku. “Ahh..” erangku kembali ketika kontolnya kembali menyesaki nonokku.

Langsung dia mengenjot dengan ganas. Erangan nikmat mereka berdua memenuhi ruangan itu, ditambah dengan bunyi derit ranjang menambah panas suasana. Aku menggelengkan kepala ke kanan kekiri menahan nikmat. Tanganku meremas-remas sprei ranjang.

“Pak.. Ines hampir sampai pak.. Terus.. Ahh.. Ahh” jeritku sambil tubuhku mengejang dalam dekapannya. Aku telah nyampe. Dia menghentikan enjotannya sebentar, dan aku pun kemudian lunglai di atas ranjang. Butir keringat mengalir diwajahku. Toketku naik turun seirama dengan helaan nafasku. Dia kembali menggemasi toketku dengan bernafsu.

Dia mulai lagi mengenjot nonokku sambil sesekali meremas toketku yang bergoyang seirama enjotannya. Dia terus mengenjotkan kontolnya keluar masuk nonokku sampai akhirnya ngecretlah pejunya di dalam nonokku. Aku terkapar karena kenikmatan dan lemas.

Beberapa saat kemudian dia mulai menciumiku sambil mengusap-usap pahaku, dan kemudian mengilik nonokku dengan jemarinya. “Ehmm..” erangku saat itil diusap-usap dengan gemas. Eranganku terhenti karena dia menciumku dengan penuh napsu. Tangannya meremas2 toketku yang besar menantang.

“Pak kuat banget sih , baru ngecret sudah mau dientot lagi” ucapku lirih. “Iya habis pengen dientot nonok kamu lagi, nikmat banget rasanya” bisiknya. Desahanku kembali terdengar ketika lidahnya mulai menari di atas pentilku yang sudah menonjol keras. Dihisapnya dengan gemas gunung kembarku hingga membuat tubuhku menggelinjang nikmat.

“Gantian dong Nes” bisiknya setelah puas menikmati toketku yang ranum. Kami pun kembali berciuman sementara aku meremas kontolnya yang mulai membengkak. Aku pun kemudian mendekatkan wajahku ke kontolnya, dan mulai mengulum kontolnya. Sambil menghisap kontolnya, aku mengocok perlahan batangnya.

Dia mengelus-elus kepalaku ketika aku sedang mengemut kontolnya. Aku sudah ingin dientot lagi. Aku disuruh duduk membelakanginya di pangkuannya. Dia mengarahkan kontolnya kedalam nonokku. “Ah..” desahku ketika kontolnya kembali menyesaki nonokku. Aku kemudian menaik-turunkan tubuhku di atas pangkuannya.

Dia pun tak tinggal diam, aku diciuminya ketika aku sedang mengenjot kontolnya dalam jepitan nonokku. Sambil menciumi aku, tangannya memainkan itilku. “Ah.. Terus pak.. Ines mau nyampe..” desahku. Semakin cepat dia mengusap itilku, sedangkan tubuhku pun semakin cepat menggenjot kontolnya.

“Ahh..” erangkunikmat saat aku nyampe. Tubuhku mengejang dan kemudian terkulai lemas diatas pangkuannya. Kembali terasa nonokkua berkedut2 dengan keras. Setelah reda kedutan nonokku, kontolnya dicabut dari nonokku, masih ngaceng keras dan berlumuran cairan nonokku.

Aku ditelentangkan dan segera dia menaiki tubuhku. Pahaku sudah mengangkang lebar. Dia tidak langsung memasukkan kontolnya kedalam nonokku, tetapi digesek-gesekkan dahulu di sekitar bibir nonokku hingga menyentuh itilku. “Pak.. Aduuhh.. Aduuhh pak! Sshh.. Mmppffhh.. Ayo pak.. Masukin aja.. Nggak tahann..” aku menjerit-jerit tanpa malu.

“Udah nggak tahan ya.. Nes, cepat banget sudah napsu lagi..” jawabnya. Tiba-tiba dia langsung menekan sekuat tenaga. Aku sama sekali tak menyangka akan hal itu, sehingga kontolnya langsung melesak ke dalam nonokku. Kontolnya kembali menyesakinonokku yang sempit itu.

Dia mulai mengenjotkan kontolnya naik turun dengan teratur sehingga menggesek seluruh lubang nonokku. Aku turut mengimbanginya, pinggulku berputar penuh irama. Bergerak patah- patah, kemudian berputar lagi. Efeknya luar biasa, kedutan nonokku kembali terasa.

“Nes, nikmat banget deh empotan nonok kamu”, katanya terengah. Aku semakin bergairah, pinggulku terus bergoyang tanpa henti sambil mengedut-ngedutkan otot nonokku. “Akkhh.. Nes.. Eennaakkhh.., hebaathh.. Uugghh..” erangnya berulang-ulang.

Dia semakin kuat meremas2 dan memilin2 pentilku dan bibirnya terus menyapu seluruh wajahku hingga ke leher, sambil semakin mempercepat irama enjotannya. Aku berusaha mengimbangi keluar masuknya kontolnya didalam nonokku dengan goyangan pantatku.

Sepertinya dia berusaha keras untuk bertahan, agar tidak ngecret sebelum aku nyampe lagi. Kontolnya terus mengaduk2 nonokku semakin cepat lagi. Nonokku terasa makin berkedut, kedua ujung pentilku semakin keras, mencuat berdiri tegak. Langsung pentilku disedot kuat2 kemudian dijilati dengan penuh nafsu.

“Pak..! Lebih cepat lagi doonng..!” teriakku sambil menekan pantatnya kuat2 agar kontolnya lebih masuk ke nonokku. Beberapa detik kemudian tubuhku bergetar hebat, diiringi dengan cairan hangat menyembur dari nonokku. Bersamaan dengan itu, tubuhnya pun bergetar keras yang diiringi semprotan pejunya ke dalam nonokku.

Aku pun mengerang tertahan. Dia langsung memeluk tubuhku erat-erat, dengan penuh perasaan. Aku membalas pelukannya sambil merasakan kenikmatan yang luar biasa. Kakiku melingkar di sekitar pinggangnya, sementara bibirnya terus menghujani sekujur wajah dan leherku dengan ciuman. Aku masih bisa merasakan kedutan nonokku.

Setelah beristirahat sejenak, kami segera membersihkan diri dengan di kamar mandi. Aku belum pernah merasakan sedemikian nikmatnya dientot lelaki. END


PERBUATAN BEJAT KAKAK KEPADAKU KARENA SEDANG MABUK MERENGGUT KEHORMATANKU

Saya adalah cewek yang lumayan cantik karena saya memiliki hidung yang mancung dengan mata yang kecil dan lentik. Payudara saya cukup besar untuk cewek berumur 16 tahun saat itu. Saya tidak mempunyai pacar karena saya ingin belajar giat supaya saya bisa bersekolah di Philadelphia, United States setelah saya lulus SMA nanti.


Saya memiliki kakak laki-laki yang usianya 2 tahun di atas saya. Namanya adalah Herry Susanto (Nama belakangnya bukan nama keluarga saya karena nama belakangnya adalah karangan saya saja). Dia satu sekolah dengan saya sehingga tiap hari Herry selalu menemani saya di sekolah. Saya tidak pernah berpikir kenapa dia sampai melakukan perbuatan maksiat itu terhadap saya apalagi saya adalah adik perempuannya satu-satunya.

Saat itu kami berdua sedang libur setelah 2 minggu menjalankan ujian kenaikan kelas. Saya masih ingat sekali bahwa hari kejadian itu adalah hari senin. Saat itu saya sedang nonton VCD Donald Duck dan Mickey Mouse. Ketika saya sedang menonton film tersebut, tiba-tiba saya mau pipis sehingga saya meninggalkan TV untuk cepat-cepat pergi ke kamar mandi karena saya tidak mau ngompol di sofa di mana saya sedang tiduran karena saya bisa dimarahi mama nantinya. cerita perkosaan.

Saya lari ke kamar mandi dan langsung pipis. Itulah kesalahan saya yang fatal karena saya lupa menutup pintu. Sewaktu saya sedang pipis, kakak saya Herry datang tergopoh-gopoh. Saya yakin sekali bahwa Herry pasti habis memakai putaw atau jenis drugs yang lain karena saya sering melihat dia teler kalau habis pakai obat. Herry melihat saya sedang pipis dan saya membiarkan saja ketika dia masuk ke kamar mandi karena saya tidak ada perasaan curiga pada dia.

Ketika dia masuk, tiba-tiba dia mengunci pintu kamar mandi dan tiba-tiba dia menyerang tubuh saya yang saat itu sedang pipis. Saya kaget dan hendak berteriak tetapi dengan cepat Herry menutup mulut saya dan mengancam mau membunuh saya kalau saya berteriak. Saya langsung menangis karena saya tidak mengerti kenapa kakak saya tega melakukan perbuatan bejad kepada saya.

Saya cuma menangis saja menyaksikan Herry membuka pakaian dan celana dalam yang saya kenakan. Setelah saya tidak memakai busana apa-apa lagi, Herry langsung menciumi puting susu saya dengan ganasnya sementara jari-jarinya memainkan klitoris saya. cerita perkosaan.

Saya masih menangis karena saya masih tidak mengerti tetapi di lain pihak, saya mulai menikmati permainan kakak saya karena saya kadang-kadang mendesah di tengah tangisan saya, apalagi saya sempat merasakan pipis beberapa kali ketika Herry mulai menjilati liang kemaluan saya dan memainkan lidahnya di dalam lubang kemaluan saya.

Saya yakin dia menelan semua cairan kewanitaan saya. Perasaan saya saat itu tidak karuan karena saya mulai menyenangi permainannya dan sekaligus benci dengan sikapnya yang telah memperkosa saya.

Herry terus menjilati kemaluan saya dan saya sudah 2 kali merasakan ingin pipis tetapi saya tidak mengerti kenapa saya ingin pipis ketika dia menjilati kemaluan saya, saya merasakan kenikmatan yang maha dasyat. Tiba-tiba saya melihat Herry mulai membuka pakaiannya dan mulai mempersiapkan batang kemaluannya yang sudah mengacung sempurna.

Herry langsung menciumi saya dan saya cuma bisa berkata, “Jangan.. jangan..”, tetapi Herry diam saja dan mulai memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang kenikmatan saya. Saya tahu saya masih perawan makanya saya meronta-ronta ketika dia mau memasukkan batang kemaluannya. Saya menampar pipinya tetapi dia malah membalas tamparan saya sehingga saya menjadi sangat takut waktu itu. cerita perkosaan.

Akhirnya saya cuma diam saja sambil menangis sementara Herry mulai mengarahkan batang kenikmatannya ke dalam liang kemaluan saya. Ketika batang kemaluan Herry mulai masuk ke dalam kemaluan saya, saya merasakan sakit yang amat sangat tetapi saya tidak bisa melakukan apa-apa karena saya sangat ketakutan apalagi saya tahu dia dalam pengaruh obat, jadinya dia tidak menyadari bahwa dia sedang menyetubuhi adiknya sendiri.

Di saat Herry mulai memainkan batangannya di dalam lubang kenikmatan saya, saya merasakan ada cairan darah perawan yang keluar dari liang senggama saya yang sudah dirobek oleh kakak saya sendiri. Saya tiba-tiba menjadi tidak mengerti karena saya mulai menyukai goyangan batang kemaluannya di dalam liang kenikmatan saya karena secara otomatis saya mulai bergoyang-goyang mengikuti irama batang kemaluan Herry di dalam liang senggama saya walaupun saat itu saya masih menangis. Herry memeluk tubuh saya sambil terus menggenjot tubuh saya.

Selama 20 menit Herry tetap menggenjot tubuh saya dengan tubuhnya dan batang kenikmatannya yang tertanam di dalam liang kemaluan saya. Saya mulai merasakan bahwa saya ingin pipis tetapi kali ini saya merasakan sesuatu yang belum pernah saya rasakan sebelumnya tetapi rasanya enak sekali dan saya sama sekali tidak mengerti apa itu tetapi ketika saya mengeluarkan cairan nikmat saya, saya berteriak dan memeluk kakak saya erat-erat dan ketika saya memeluknya erat-erat. cerita perkosaan.

Rupanya batang kemaluan kakakku sepertinya tertanam lebih dalam lagi di liang kenikmatan saya sehingga dia sepertinya mengeluarkan cairan dari dalam batang kelaminnya dan membasahi lapisan kemaluan saya. Setelah itu, herry melepaskan pelukan saya serta mencabut batang kemaluannya dari dalam liang kenikmatan saya dan kemudian meninggalkan saya seorang diri.

Saya masih sempat melihat ada cairan bekas Herry yang masih menetes dari dalam lubang kemaluan saya. Saya hanya diam dan tiba-tiba saya menangis sedih karena harga diri saya telah dirusak oleh kakak saya sendiri. Sejak saat itu saya mulai membenci laki-laki, tetapi saya mulai mengenal seks karena ketika saya ingin sekali merasakan pipis nikmat, saya selalu melakukan masturbasi di kamar mandi atau bahkan di kamar tidur saya.

Tapi tentunya saya selalu melakukannya kalau tidak ada orang di rumah. Sejak saat itu saya membenci kakak saya dan setiap kali ada lelaki yang mencoba mendekati saya, saya selalu mengolok-oloknya dengan kata-kata yang kasar sehingga satu persatu dari mereka menjauhi saya. cerita perkosaan.

Sekarang saya berada di Philadelphia dan banyak teman saya yang mengatakan bahwa saya ini termasuk cewek bodoh karena saya selalu menolak cowok baik-baik yang cakap dan pandai dan itu tidak terjadi sekali..

Saya memang membenci laki-laki tetapi saya bukan lesbi karena ketika saya menghindari semua laki-laki di dalam hidup saya, ada seorang lesbi yang mendekati saya dan saya juga menghindarinya. Akibatnya persahabatan kami menjadi renggang dan dia mulai meninggalkan saya. Saya hanya dapat mencapai orgasme ketika saya melakukan masturbasi ketika saya sedang mandi atau sebelum tidur. cerita perkosaan.

Jadinya itu membuat saya berpikir, kenapa saya perlu laki-laki kalau saya bisa memuaskan nafsu saya sendiri. END



IBU PEJABAT LANGGANANKU YANG MEMINTAKU DATANG KERUMAHNYA

ini terjadi setelah beberapa tahun sejak aku lulus SMU, saat itu usiaku kira-kira menginjak 22 tahun, dimana keadaan ekonomi orang tuaku sedang mengalami cobaan. Karena kesulitan ekonomi, dan karena kakakku sudah telanjur masuk universitas swasta yang sudah mengeluarkan biaya yang cukup besar maka otuku hanya mampu membiayai kuliah kakakku untuk menyelesaikan studinya,


Dan dalam kondisi ini aku terpaksa mengalah tidak mendapatkan biaya untuk melanjutkan sekolah lagi, bahkan harus ikut berjuang mencari tambahan sesuap nasi. Namun tekadku untuk menjadi orang yang berguna tetap besar. Aku tidak boleh putus asa, aku harus melanjutkan sekolah sampai mendapat gelar sarjana, tekadku sudah bulat. Aku akan mencari uang sendiri untuk biaya kuliahku.

Aku mencari univ swasta yang memberikan kuliahnya di malam hari, sehingga aku dapat bekerja mencari uang pada siang hari. Tetapi bagaimana mungkin di jaman edan ini seorang lulusan SMU seperti aku ini dengan mudah dapat pekerjaan, sedangkan yang sarjana bahkan S2 saja masih banyak yang menganggur.

Aku sudah bertekad, pekerjaan apa saja aku terima asal mendapatkan gaji. Dari kantor satu ke kantor lainnya sudah aku masuki tetapi kelihatannya sulit sekali mendapatkan pekerjaan dengan modal tanpa keahlian. Tapi aku ingat pepatah, di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Aku tidak putus asa dan setelah ke sana ke mari dengan memakan waktu yang cukup lama, akhirnya aku mendapat pekerjaan di sebuah salon kecantikan di daerah Tebet. Namun karena aku tidak punya keahlian apa-apa, aku hanya dijadikan tukang cuci rambut para pelanggan sebelum dipotong.

Pekerjaan ini aku terima dengan ikhlas. Kata orang tua, kalau bekerja dengan ikhlas, maka di situ ada hikmah dan tidak terasa capai. Pemilik salon tersebut seorang wanita keturunan China yang baik sekali dengan postur yang mempesona. Lagi-lagi aku mulai menilai setiap wanita yang aku temukan.

Umurnya kira-kira sekitar 30 tahun dan dia belum punya suami, entah kalau menikah, aku tidak tahu sudah apa belum. Dadanya sebetulnya tidak begitu besar, mungkin kira-kira ukuran BH-nya sekitar 32C. Tapi bulat pinggulnya, aduh.. indah sekali, membuat laki-laki tidak berkedip matanya kalau mamandangnya.

Dengan kebiasaan sehari-hari dia selalu memakai pakaian yang ketat, maka bentuk tubuhnya yang cukup padat, membuat postur tubuhnya sangat enak untuk dipandang, apalagi dengan kulit yang putih. Aku sudah mulai lagi dengan membayangkan bagaimana kalau pembungkus itu tidak ada. Tapi kenapa belum ada laki-laki yang mau menikahinya? Andaikata dia menawariku, pasti tanpa berpikir panjang lagi kuterima.

Oh ya teman-teman, dia selalu memakai rok mini, sehingga menambah inventaris pandangan pada dirinya, kadang-kadang terlihat paha mulusnya terkuak agak ke atas. Pelanggan di salon itu cukup banyak, laki-laki maupun perempuan, tua maupun muda, tetapi yang paling banyak adalah ibu-ibu yang kelihatannya usianya sekitar 36 sampai 38 tahun.

Aku cukup berpengalaman menaksir usia seorang wanita. Dan dapat dipastikan yang datang adalah orang-orang berduit. Kalau pelanggan laki-laki yang banyak, itu disebabkan karena penampilan pemiliknya yang menarik, ditambah keramah-tamahan yang jarang dimiliki oleh pemilik salon lainnya yang kadang-kadang genit menggoda.

Banyak juga pelanggan rutin yang hampir tiap hari Sabtu datang, dan ini didominasi oleh kaum ibu. Dan salah satunya adalah seorang ibu kira-kira usianya 36 tahun dengan wajah cukup cantik tetapi kulit tidak terlalu putih, tapi juga tidak terlalu hitam, sedang-sedang saja. Tinggi badan kira-kira 165 cm, cukup ideal untuk ukuran seorang wanita.

Ukuran BH-nya belum kelihatan meskipun dilihat dari samping, karena dia selalu memakai pakaian blouse longgar, sehingga sulit untuk memprediksi ukurannya dari luar, entah kalau nanti dari dalam. Dan anehnya setiap dia datang, dia selalu meminta aku yang melayani untuk mencuci rambutnya, meskipun aku sedang ada pekerjaan mencuci rambut pelanggan lainnya. Bila perlu ditunggunya.


Oh ya, rambutnya cukup lebat, hitam mengkilat (seperti iklan shampo di TV) dan kalau diurai, bukan main indahnya dengan potongan yang sangat bagus, dengan panjang sampai ke punggung. Hal itu yang membuat kecantikannya semakin bertambah, karena potongan rambutnya dibuat seperti potongan rambutnya Cindy Crawford.

Penampilan sehari-harinya, rambutnya disanggul modern seperti layaknya ibu pejabat. Dia datang setiap hari Kamis jam 09.30, hampir selalu tepat. Seringkali minta dicreambath, tetapi kadang-kadang juga hanya cuci saja.

Setiap datang, dia paling sedikitnya menghabiskan uang lebih kurang dua ratus ribu rupiah, ya untuk perawatan lainnya. Sampai suatu hari, hari itu hari Rabu pagi kira-kira jam 10.00, dia datang dengan tergesa-gesa masuk ke dalam salon sambil mencariku.

“Mana Rully, mana Rully..” katanya.
“Ya Bu.. Rully ada di sini”, sambutku sambil ketakutan, ada apa kiranya dia mencariku.
“Ah kamu, cepet cuciin rambutku segera, aku ada undangan nih. Udah agak terlambat.. maklum bangunnya kesiangan”, katanya.

“Rambutnya mau diapain Bu?” kataku.
“Cuma dicuciin saja kok”, katanya lagi.
“Baik Bu, di sini Bu..” kataku sambil menunjuk tempat duduk untuk mencuci rambut.

Dia langsung merebahkan tubuhnya ke kursi tersebut sambil menyibakkan rambutnya ke belakang, baunya wangi.

Aku mulai mencuci rambutnya sambil memijat-mijat kecil kepalanya, kemudian pipinya kuusap lembut dengan telapak tangan diiringi pijatan kecil. Hal ini sering kulakukan kepada pelangganku untuk merangsang syaraf rambut dan syaraf muka.

Mataku dari atas kepalanya memandang tubuhnya yang telentang di atas kursi cuci. Oh, kelihatannya dia tidak memakai BH. Hal ini terlihat dengan tonjolan dari puting susunya. Memang kalau sedang dalam posisi berdiri tidak seorang pun yang dapat melihatnya karena bajunya yang longgar.

Dengan kancing blouse bagian atas terlepas satu, aku dapat menangkap belahan dada yang terkuak keluar. Kelihatannya dia tidak menyadari akan hal itu, bahkan malah memejamkan matanya, menikmati pijitan kecilku, yang sudah sampai ke lehernya.

“Rul.. kamu udah lama kerja di sini?” tiba-tiba keheningan dipecahkan suara ibu tadi.

“Baru dua bulan Bu.. saya perhatikan Ibu hampir tiap minggu ke sini ya Bu?” namun pembicaraan ini tiba-tiba terputus. “Aduh Rul.. itu jerawat kok kamu pijit, sakit dong!” katanya sambil meraba jerawat yang dengan tidak sengaja kupijit.

“Oh ini toh, maaf Bu saya nggak sengaja. Habis sembunyi tertutup rambut sih..” kataku.
“Ibu kok jerawatan sih? Anu ya.. nggak..” aku tidak berani melanjutkan, takut ibu itu marah.

Tapi malah dianya dengan santainya yang melanjutkan.

“Kamu mau ngomong, nggak tersalurkan ya? Kamu memang nakal kok”, katanya acuh tak acuh.
“Rambut Ibu bagus loh, lebat dan hitam kayak yang di TV”, kataku mulai berani menggoda.
“Ah masak sih..” katanya tersipu-sipu.

Memang begitulah wanita kalau mendapat pujian atau godaan meskipun dari seorang lelaki pencuci rambut, perasaannya terbang menerawang nun jauh di sana.

“Rul.. bisa nggak sih kalau cuci begini dipanggil ke rumah. Kalau bisa kan enak ya.”
“Nggak berani Bu saya, nanti kalau ketahuan dimarahin. Cari kerja susah”, kataku.
“Kalau aku bilang bossmu gimana?” katanya tidak mau kalah.
“Terserah Ibu, ” kataku lagi tanpa bisa membela diri lagi.
“Zus.. Zus..” teriaknya langsung ke pemilik salon.
“Ada apa Bu?” jawab pemilik salon itu.

“Boleh nggak kapan-kapan aku cucinya di rumah saja. Nanti aku tambah biayanya”, katanya lagi. “Waduh Bu maaf nggak bisa Bu. Soalnya kan masih banyak pelanggan lainnya, Bu. Betul-betul maaf Bu.. tapi kalau di luar jam kerja atau pas dia libur boleh-boleh saja sih”, kata pemilik salon.

Waduh, aku nggak bisa menolak deh. Bossku sudah mengatakan seperti itu. Aku nggak enak kalau mencuci di rumah, soalnya aku rasa nggak bebas, apalagi belum tentu ada kursi cuci seperti di salon. Kerjanya kurang enak.

“Tapi Bu.. di sini saja ya Bu..” pintaku.
“Kenapa? kamu nggak mau ya mencuci aku di rumah”, katanya dengan nada agak tinggi.

Waduh marah nih orang, biasa ibu pejabat seorang pembesar kalau kamauannya tidak dituruti cepat ngambek.

“Nggak gitu Bu, kan di rumah nggak ada kursi seperti ini Bu..” kataku menolak dengan halus.

“Siapa bilang nggak ada.. kamu menghina ya.. kalo nggak mau ya sudah”, katanya semakin tinggi. Wah.. wah.. ini benar-benar marah. “Maafkan saya Bu, saya nggak bermaksud untuk menolak permintaan Ibu. Tapi baiklah Bu, kapan Ibu mau Rully siap kok Bu..” kataku mengakhiri permintaannya.

“Nah gitu dong.. terima kasih ya Rull..” katanya puas.

Aku terus memijit bahunya dengan jari-jariku sedikit masuk ke dalam lubang leher bajunya, “Hmm.. enak di situ Rull”, suara itu keluar dari mulutnya yang mungil. Di situ aku urut agak lama, sekitar 15 menit. Belahan dadanya semakin terkuak saat jariku turun masuk.

Dari sini aku dapat melihat dan memperkirakan ukuran buah dadanya, pasti ukuran BH-nya 36 entah A, B atau C, aku nggak perduli, yang penting buah dada itu sungguh besar meskipun sudah agak turun. Cuma sampai saat itu aku belum melihat putingnya sebesar apa dan warnanya apa.

“Bu sekarang sudah setengah sebelas loh Bu, Ibu mau berangkat undangan jam berapa?”
“Nanti aku dijemput bapak jam 11 persis”, katanya.

Aku berpikir, aku selesaikan 15 menit lagi kemudian mengeringkan 15 menit sambil merapikan, aku kira cukup, karena rambutnya hanya disisir dengan teruai alami saja, sehingga tidak perlu waktu banyak untuk menyanggul segala. Saat jam 11.00 tepat suaminya menjemput dan langsung pergi.

“Terima kasih ya Rull..” katanya sambil memberikan tip kepadaku, aku lihat uang lima puluh ribuan dua lembar.

Aku bersyukur sekali karena uang sebesar itu pada saat itu sangat berharga. Hari itu rasanya cepat sekali berlalu. Aku pulang dari kerja jam empat sore, istirahat sebentar kemudian aku berangkat kuliah. Aku mengambil Fakultas Ilmu Komunikasi, yang tugasnya nggak begitu banyak.

Sampai di rumah jam sepuluh lewat lima belas menit, aku mencuci muka kemudian langsung beranjak ke tempat tidur. Mata rasanya mengantuk sekali tapi nggak bisa ditidurkan. Pikiranku melayang dan mengkhayal apa yang telah aku lihat pagi tadi. Buah dada yang masih segar, dengan warna coklat muda mendekati warna cream. Lama aku mengkhayal, dan akhirnya aku pun tertidur pulas.

Pagi harinya, sesampainya aku di salon, bossku menyampaikan pesan telepon dari ibu pejabat kemarin, katanya dia minta untuk dicuci rambutnya di rumah mengingat dia tidak ada kendaraan untuk jalan ke salon. Kalau aku kurang jelas supaya aku telepon balik ke sana. Aku pikir sedikit aneh, kemarin baru dicuci kok sekarang minta dicuci lagi.

Tapi peduli amat, yang penting uang masuk kantong, pikirku. Kuputar nomor telepon yang diberikan oleh bossku. “Hallo.. ini dari salon.. di Tebet, bisa bicara dengan Ibu.. aduh siapa ya namanya Ibu itu..” aku sedikit gugup.

“Ya halo.. oo.. dari salon.. dengan siapa nih.”
“Dengan Rully Bu..” kataku.

“Oh ya Rull, tadi Ibu telpon tapi kamu belum datang. Gini.. aku minta kamu datang ke rumah.. bisa? untuk cuci rambutku.. aku nggak ada kendaraan Rull”, “Maaf Bu, kalau jam kerja ini nggak bisa.. sedangkan kalau sore saya sekolah Bu.. gimana kalau besok padi Bu, kebetulan giliran saya libur”, kataku.

“Aduh gimana ya.. tapi oke lah kalo nggak bisa.. besok jam berapa kamu datang?”
“Jam sembilan Bu.. ya lebih-lebih sedikit gitu..” kataku.

Esok harinya aku benar-benar datang ke alamat yang diberikan, di bilangan daerah Tebet juga. Rumahnya minta ampun besarnya. Pintu pagarnya tinggi sekali sehingga orang tidak bisa melihat aktifitas yang dilakukan oleh penghuni rumah.

Aku jadi berpikir, dari mana uang sebanyak ini untuk beli rumah sebesar itu, sedangkan keluargaku untuk mencari biaya sekolah anaknya saja tidak mampu. Kupencet bell yang ada di samping pintu gerbang. Tidak berapa lama keluar seorang perempuan separuh baya membuka pintu, kelihatannya pembantunya.

“Cari siapa Dik?”
“Ee.. e.. Ibu..” aku nggak melanjutkannya karena aku belum tahu nama ibu pejabat yang kemarin.

Aku juga bodoh, kenapa kemarin nggak aku tanyakan ke orang salon.

“Ibu Tia maksud adik..” katanya. Oooh, namanya Tia, baru tahu aku.
“I.. iya.. Mbak..” kataku sedikit gugup.
“Adik dari salon ya? udah ditunggu Ibu di dalam”, katanya.

Aku masuk lewat pintu garasi yang menuju ke bagian belakang rumah. Di garasi berjajar dua buah mobil bermerek, warna biru tua dan silver. Aku semakin minder saja melihat pemandangan tersebut. “Kok sepi Mbak..” tanyaku agak heran mengingat rumah sebesar itu tidak ada penghuninya.

“Kami hanya berempat Dik.. Bapak, Ibu, supir yang kebetulan adalah suami saya sendiri dan saya sendiri.. sekarang Bapak sedang pergi ke Bandung diantar supir pakai mobil dinas.” “Ooo..” hanya kata-kata itu yang keluar dari mulutku terheran-heran.

Aku masuk ke belakang, ditunjukannya jalan menuju ke suatu ruangan. Di ruangan tersebut, kira-kira ukuran 5 x 6 meter persegi tersedia peralatan salon lengkap dengan dua buah kursi cuci dan satu buah pengering. Untuk apa barang sebanyak ini kalau tiap minggu tetap pergi ke salon, pikirku. Memang kadang-kadang orang kebanyakan duit jalan pikirannya kurang rasional, yang dipikirnya hanya bagaimana caranya menghabiskan duitnya. Tanpa berpikir bagaimana supaya duitnya bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkannya.

Nggak berapa lama, muncul Ibu Tia di belakangku,

“Pagi Rull..”
“Pagi Bu..” kataku agak kaget.

Ibu Tia pagi itu memakai pakaian senam warna cream dipadu dengan bawahan warna merah muda, dengan rambut digelung ke atas, sehingga menampilkan lehernya yang mulus dan tergolong panjang. Keringatnya masih mengucur dari tubuhnya, membuat tubuhnya makin menempel pada baju senamnya. Kelihatan lekuk tubuhnya yang menempel pada baju senamnya, terutama bagian dadanya, nampak tonjolan kecil yang kelihatan sedikit tegak. Sedang bagian bawah, membekas belahan kecil di antara selangkangannya.

“Kamu kok bengong Rull”, katanya memecah kesunyian.
“Ah nggak Bu.. saya cuma..”
“Cuman apa.. cuman ngeliatin gitu”, katanya terus terang.

Ibu Tia membuka gelungannya dan menyibak-nyibakkan rambutnya ke belakang sehingga tergerai lepas. Betul-betul potongan rambut yang sangat menggairahkan menyerupai potongan rambut Cindy Crawford.

“Sekarang kita mulai ya Rull..” katanya sambil merebahkan tubuhnya di atas kursi cuci.

Dengan pakaian ketat seperti itu dan posisi rebahan seperti itu, kelihatan sekali kalau buah dadanya masih kencang diusianya yang 36 tahun. Buah dadanya masih mendongak ke atas dengan putingnya yang agak menonjol. Belahan dadanya terlihat di balik pakaian senamnya yang terbuka agak lebar di bawah leher.

Aku termangu memandang pemandangan yang menggairahkan nafsuku sebagai laki-laki normal. Kubuka kran air di wastafel yang telah disediakan khusus untuk cuci rambut, kumasukkan semua rambut yang panjang dan hitam mengkilap itu, mulailah aku mencucinya sampai beberapa menit.

Aku lihat Ibu Tia memejamkan matanya sambil kedua tangannya bersedekap di bawah buah dadanya sehingga buah dadanya ketarik ke atas, membuat lebih jelasnya dua buah puting kembar di atas dua bulatan buah dada tersebut.

Aku memandanginya sambil tanganku sedikit memberikan pijitan-pijitan kecil di kepalanya, setelah proses pencucian rambut selesai. Pemijitan mula-mula aku lakukan hanya di bagian kepala, kemudian turun di belakang leher, dan kemudian sampai di kedua bahunya.

“Nah di situ Rull.. enak Rull.. aku jarang pijat sih akhir-akhir ini..” katanya sambil matanya tetap terpejam.

Sambil memijat bahunya, jari-jariku kucoba sedikit turun menuju belahan dadanya yang montok itu, sambil kuberikan pijitan kecil. Ibu Tia malah membusungkan dadanya sambil menghela nafas. Makin besar helaan nafasnya, semakin menonjol buah dadanya, dan semakin senang aku melihat pemandangan gratis ini. Aku coba lagi jariku lebih turun agak masuk ke dalam belahan dadanya, sambil terus melakukan pijitan kecil.

Tapi pijitanku lebih cenderung meraba, karena saking lembutnya. Ternyata pijitanku tadi membuat Ibu Tia agak gelisah, mendongakkan kepala, menaikkan dadanya, menggeser posisi tidurnya dan lain sebagainya. Kelihatan Ibu Tia mulai terangsang dengan rabaanku tadi. Tapi Ibu Tia tidak mengadakan reaksi apapun kecuali menurut apa yang aku lakukan.

Aku semakin berani mengadakan percobaan selanjutnya. Kali ini aku sudah kepalang nekat, kumasukkan kedua tanganku ke dalam belahan dadanya dan menyentuh kedua buah kembarnya, dan kuusap keduanya dengan memutar arah keluar. Ibu Tia semakin membusungkan dadanya seakan-akan mau diserahkan buah kembar itu kepadaku dengan ikhlas. Gairah sudah menjalar ke dalam tubuh Ibu Tia.

Tiba-tiba..

“Rull..” aku kaget setengah mati, cepat-cepat kutarik kedua tanganku dari daerah terlarangnya. “Ya.. Bu.. rambutnya mau dikeringin Bu..” kataku sekenanya untuk mengalihkan perhatiannya. Badanku gemetaran menanti apa yang akan dilakukan padaku yang telah berbuat kurang ajar tadi.

“Ma.. maaf Bu.. kelakuan saya tadi Bu..” kataku sambil menghiba. “Oh nggak apa-apa.. enak kok.. Oh ya, rambutnya nggak usah dikeringin pakai pengering.. biar kering sendiri.. Nah sekarang teruskan pijitanmu”, kata Ibu Tia seolah-olah tidak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.

Tapi tubuhnya digesernya ke atas, sehingga posisi dadanya semakin mendongak ke atas. Aku menenangkan diri beberapa saat, kemudian mulai memijit-mijit lagi di bagian depan. Aku ulangi lagi apa yang tadi kulakukan. Ibu Tia diam, bahkan reaksinya di luar dugaanku.

Tanganku ditangkapnya dan dimasukkan ke dalam belahan dadanya. Pucuk dicinta ulam tiba, Tanganku menyambut tarikan itu dengan buru-buru meremas kedua buah dada tersebut. Reaksinya di luar dugaan, bahkan kali ini tidak ketinggalan, pantatnya pun ikut diangkat.

“Rull.. kamu kok nakal sih..” desahnya hampir tidak bersuara.

Masih kenyal dan keras buah dada Ibu Tia. Tanganku masih menelusup ke baju senamnya meraba, meremas, dan sesekali kusentuh puting susunya yang sudah tegak berdiri. “Och.. och..” hanya itu ucapan yang keluar dari mulutnya.

Kemudian tangannya merangkul kepalaku yang berada di atasnya dan ditariknya wajahku mendekati wajahnya dan seterusnya diciumnya bibirku dengan ganasnya. “Aauch..” aku kaget bukan main. Aku tidak siap dengan gerakan tersebut, sehingga aku gelagapan dan agak terdorong ke depan hampir jatuh. Akibatnya peganganku pada buah dadanya semakin erat.

“Aduh Rull.. jangan kencang-kencang dong pegangnya..” kata Ibu Tia sambil mencium bibir, sedangkan lidahnya mulai beraksi di kerongkonganku, memutar-mutar, menyedot lidahku dengan penuh gairah. Aku tidak sabar, kulorotkan baju senamnya dari belahan lehernya turun ke bawah sampai perut sehingga terbukalah tubuh bagian atasnya, dan tersembullah dua buah dada yang indah dengan puting yang kecil berdiri tegak.

Aku merubah posisi, tidak lagi dari atas kepalanya, tetapi berada di sampingnya sambil tanganku mengusap-usap buah dadanya. Kutundukkan wajahku, kucium buah dadanya dan.. “Heh.. heh..” nafas Ibu Tia terdengar ngos-ngosan menahan birahi yang sudah memuncak. Aku jilat puting susunya, makin kelihatan memerah berkilau karena basah oleh air liurku.

“Geli.. Rull.. aduh.. eenak Rull.. huh.. huh..” kembali nafasnya tidak terkontrol lagi.

Sementara tangannya menggapai-gapai mencari pahaku, kemudian dipeluknya pahaku sekuat tenaga seakan menahan sesuatu yang akan pecah, sehingga jilatanku pada puting buah dadanya terlepas. Sekarang posisiku berdiri sedang Ibu Tia menciumi pahaku sambil mencari selangkanganku. Diremasnya pantatku yang masih padat berisi, digigitnya tonjolan di dalam celanaku.

“Aduh Bu..”
“Kenapa Rull..”
“Enak Bu..” kataku sambil terpejam merasakan kejutan yang diberikannya.

Sambil berdiri, tanganku mencari buah dadanya yang menggantung karena posisinya yang membungkuk. Kuremas, kumainkan putingnya kembali dengan sedikit memberikan cubitan-cubitan kecil, sementara gigitannya masih terus dilanjutkan. Kemudian tangan yang mulus itu mencari retsliting celanaku dan dibukanya, terus dipelorotkan sekalian celana dalamku, langsung saja kejantananku yang sudah sejak tadi tegang mencuat keluar tegak membentuk sudut 45 derajat ke atas.

Ibu Tia kelihatan kaget menyaksikan apa yang baru saja terjadi, diam sebentar kemudian mulailah tangannya memegang kejantananku dengan lembutnya sambil berdiri dan sekarang posisi kami saling berhadapan, saling memegang, tanganku memainkan buah dadanya, sedang tangannya memainkan kejantananku. Bibirnya didekatkan ke bibirku sambil berbisik,

“Rull.. aku pingin Rull..”

Aku diam tidak menjawabnya, bukan karena aku tidak mau, tapi sudah tidak ada lagi kata-kata yang bersarang di kepalaku, yang ada hanya nafsu yang sudah memuncak. Beberapa saat kemudian langsung dikulumnya bibirku dan kami saling berpagut, lidah kami saling melilit, saling sedot.

Tanganku mulai bergerilya ke bawah menelusup ke dalam celana senamnya yang tidak memakai celana dalam sehingga tanpa kesulitan sampailah aku pada gundukan yang sudah basah tertutup oleh rambut-rambut halus. Jari tengahku mencari lembahnya, kemudian terus aku sentuh klitorisnya.

“Aduh Rull.. geli sayang..”

Aku tidak peduli, aku lanjutkan gerilyaku. Aku gosok-gosok klitorisnya dengan perlahan-lahan takut kalau menimbulkan rasa sakit. Sementara tangan kananku memainkan kewanitaannya, bibirku tetap bermain dengan lidah ke dalam bibirnya, sedang tangan kiriku meremas pantatnya yang masih keras. Dan sebaliknya, tangan kanannya masih memainkan kejantananku, sedang tangan kirinya meremas pantatku juga.

Dengan gairah yang semakin besar, mulutku kuturunkan ke buah dadanya, dan kuciumi, serta aku sedot puting susunya yang sejak tadi sudah berdiri tegak dengan warna merah kehitam-hitaman. Ibu Tia menggelinjang sambil membusungkan dadanya, sambil mendesah kenikmatan dan semakin bernafsu aku dibuatnya dengan dada yang makin ke depan.

“Rul.. cepet masukin..”

Kelihatannya Ibu Tia ingin cepat-cepat menyelesaikan permainan ini. Aku kemudian mengambil posisi jongkok, kupelorotkan celana senamnya maka terlihatlah olehku benda yang tertutup oleh rambut-rambut kecil yang sedikit basah sudah terpampang di hadapanku. Sambil memeluk kedua pahanya, kucium kewanitaannya dengan ganas. Aku sibakkan rambut-rambut tersebut, kumasukkan mulutku ke celahnya dan kusedot cairan lendir yang ada di sekitarnya sampai kering.

“Aach.. Rull..” teriak Ibu Tia.
“Eeh Ibu.. nanti kedengaran orang lo Bu..”
“Habis kamu nakal sih.”

Dijambak-jambaknya rambutku ditekankannya kepalaku ke dalam sehingga makin kencang menempel ke dalam kewanitaannya.

“Rull.. kita ke ruang sebelah yuk..” katanya.

Sambil berpelukan kami berdua berjalan menuju ruang sebelah yang berukuran cukup besar 5 x 5 meter persegi dilengkapi meja, kursi santai dan satu sofa berbentuk empat persegi panjang. Ibu Tia membimbingku menuju sofa tersebut. Kemudian dia membaringkan tubuhnya di atas sofa dengan posisi telentang dan rambutnya yang panjang dan sudah kering tersebut tergerai ke lantai.

Pemandangan yang sangat mengesankan, sebentar-sebentar Ibu Tia menyibakkan rambutnya. Nafsuku semakin menggebu, mungkin Ibu Tia sengaja untuk memancing nafsuku dengan keindahan rambutnya. Ditariknya kepalaku ke arah kewanitaannya kembali. Di situ aku teruskan permainanku.

Kujilati klitorisnya, kusedot, kumasukkan lidahku dalam-dalam dan Ibu Tia merintih, “Aduh.. Rul.. enak..” suaranya hampir tidak bersuara. Ibu Tia kemudian meyuruhku naik ke atas tubuhnya dengan kepalaku tetap memainkan kewanitaannya. Diciuminya kejantananku sambil dikocok-kocok kecil dengan tangannya.

“Aduh nikmat Bu..” adegan tersebut kami lakukan cukup lama, tetapi Ibu Tia tidak pernah memasukkan kejantananku ke dalam mulutnya.

Aku tidak mengerti, mungkin gengsinya masih besar, meskipun nafsu sedang menjalar ke seluruh tubuhnya. Tapi dengan ciumannya dan kocokannya sudah cukup membuatku merem melek. Kujilati terus klitorisnya sehingga

“Acchh.. Rully.. aku.. mau.. kee.. aduh.. aduh.. Rully.. aauucchh.. eenak.. oh ya.. oh ya.. aku nggak tahan..” Tapi aku tetap saja memainkannya sampai akhirnya Ibu Tia sudah betul-betul tidak tahan. Dan tiba-tiba Ibu Tia bangkit dan membalikkan tubuhnya, mengangkangkan kakinya ke kanan dan ke kiri sofa, menarik kepalaku, dan sambil menciumi bibirku dia berbisik lirih,

“Rull masukkan ya..” tangannya sambil memegang kejantananku menuntunnya ke lubang kewanitaannya yang sudah basah. Digesek-gesekannya kejantananku ke bibir lubangnya, kemudian.. “Bles..”, masuklah kejantananku semuanya. Ditekannya pantatku seakan-akan Ibu Tia tidak mau ada sebagian kejantananku yang tersisa.

Dengan posisi kejantananku di dalam, aku diamkan beberapa saat, sambil bibirku mengulum bibir Ibu Tia dan tanganku meremas buah dadanya, terasa sedotan kecil dari kewanitaan Ibu Tia terhadap kejantananku. Enak sekali, makin lama makin keras sedotannya.

“Oh.. oh.. oh..” aku mengerang kenikmatan.
“Ibu.. Ibu.. aauucch.. oh.. oh..” tapi aku tidak mau keluar duluan.

Aku buang konsentrasi pikiranku ke tempat lain, dan aku mulai memompa kejantananku di kewanitaan Ibu Tia. Ganti dia yang mengerang kenikmatan.

“Aaucchh.. auch.. heh.. Rull.. aduh.. terus Rull.. lebih cepet.. auch.. aduh enak sekali Rull..” pompaanku semakin cepat dan semakin cepat, sementara puting susunya aku sedot sampai ludes. “Ach.. ach..” hanya suara itu yang keluar dari mulut Ibu Tia.

“Aduh.. aduh.. ach.. ach..” kaki Ibu Tia menjepit pinggulku, diangkatnya pantatnya, tangannya merangkul leherku dengan keras sekali dan bibirnya melumat bibirku dengan ganas, terasa cairan di lubang kewanitaannya semakin deras membasahi kejantananku.

Ibu Tia kemudian lemas sambil terengah-engah puas.

“Kamu hebat Rull..” tangannya tetap merangkul leherku dan bibirnya tetap mencium bibirku.

Sedangkan aku tetap memompa kejantananku ke dalam kewanitaannya, basah sekali.

“Saya cabut dulu ya Bu.. dikeringkan dulu..” kataku. Ibu Tia maklum atas permintaanku.

Setelah berada di luar, dibersihkannya kewanitaannya dan kejantananku dengan kain bersih, sambil tangannya mengocok kejantananku agar tetap berdiri tegak. Setelah beberapa saat aku mulai memompanya kembali di dalam kewanitaannya dan kembali sedotannya terasa pada kejantananku. Dan..

“Aauch.. auch..” dia mengerang lagi. Lama hal ini kulakukan dan..

“Aduh Rull aku mau keeluaarr..” kelihatan Ibu Tia untuk kedua kalinya mencapai kepuasannya. Terasa sekali jepitannya semakin kencang, membuat aku tidak tahan dan aku pun ikut mencapai kenikmatan.

“Aaacchh.. Bu.. Bu..” Kemudian kami pun lunglai dengan posisi aku tetap di atasnya. Kucium bibirnya.

Setelah kami sama-sama mendapat kenikmatan, aku punya kerja lagi yaitu mengkramasi kembali rambutnya tapi tidak apalah, rambut seorang wanita cantik. Sambil memelukku dan menciumku, “Makasih ya Rull..”, katanya sambil menyelipkan sesuatu ke dalam genggaman telapak tanganku.

“Saya juga terima kasih, Bu.. dan maafin ya Bu kelakuan saya tadi”, kataku sambil tersenyum.
“Sampai kamis depan ya Rull..”

“Wah pekerjaan lagi nih..” batinku dengan senang, kemudian kutinggalkan rumah mewah tersebut dengan perasaan puas sekali. END



Agen Poker Terbesar - Mertua Ngentot Menantu Sampai Puas

Agen Poker Terbesar - Mertua Ngentot Menantu Sampai Puas Hari sudah mulai malam, aku baru saja selesai mandi dan duduk di meja rias dadan ...