BONUS MENARIK LEXABET : Bonus extra deposit member 10% | Bonus Unlimited Cashback setiap minggu | Bonus NEW MEMBER 20k | Info lebih lanjut silahkan hubungi CS 24jam kami di BBM E3A4A978 , WHATSAPP +855975219067 atau Livechat LEXABET.COM Agen poker Agen Bola
Nama Situs Games Bank Support Minimal Deposit Pendaftaran
LEXABET SPORTBOOK - LIVECASINO - SLOTS - LIVEGAMES - POKER BCA - BNI - BRI - MANDIRI 25.000
Agen Bola
KENZO POKER POKER ONLINE - DOMINO QQ BANDAR CEME - CEME KELILING CAPSA SUSUN - LIVEPOKER BCA - BNI - BRI MANDIRI 10.000
VILA POKER POKER ONLINE - DOMINO QQ BANDAR CEME - CEME KELILING CAPSA SUSUN - LIVEPOKER BCA - BNI - BRI - MANDIRI 20.000
Agen poker

IBU KU SEORANG GERMO YANG MEMILIKI BISNIS WARUNG REMANG-REMANG

Cerita Sex Dewasa, Cerita Dewasa 18+, Cerita Ngewe Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum anak dari seorang germo yang melihat ibunya ML dengan lekaki belang Dengan Judul ” Ibuku Seorang Germo Yang Memiliki Bisnis Warung Remang-Remang ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks anda, selamat menikmati.


IBU KU SEORANG GERMO YANG MEMILIKI BISNIS WARUNG REMANG-REMANG
KenzoPoker.ORG - Agen Domino QQ Poker Online - BandarQ Online - Domino99
CERITA DEWASA 18+Namaku Shinta. Aku seorang gadis remaja, usiaku 15 tahun. Semua temanku menyukai ku karena keceriaan aku dalam berteman. Duduk di bangku smp aku biasa disebut gadis yang suka bergaul, lincah dan centil. Namun berjalannya usiaku yang semakin dewasa.

Banyak pembicaraan yang aku dengar dari tetanggaku. Maupun dari teman-temanku. Bahwa aku dari anak seorang pelacur murahan. Tempat pelacuran yang terkenal di daerah bekasi. Komplek pelacuran tanah merah Kedung Waringin. Yang berdiri di atas tanah tanggul.

Disanalah ibu ku mencari nafkah, dengan menjual dirinya kepada laki-laki pemburu shahwat. Aku tidak perduli, karna memang aku belum mengerti tentang apa itu pelacuran. Akupun tak perduli apa yang di lakukan ibuku dengan profesinya. Yang aku tau aku mempunyai seorang Ayah tiri dan ibu kandung.

Aku pernah bertanya dengan ibu ku. Siapa ayah kandungku. Namun ibu hanya terdiam dan menganggap ku anak yang masih kecil, yang penting kamu bisa jajan ga usah nanya-nanya soal ayahmu..Itulah yang keluar dari mulut Ibu ku kalo aku menanyakan tentang siapa Ayah kandungku.

Aku lihat ibu bersolek dengan Farfum bau yang menyengat hidungku. Sore pukul 18.00 Ibu bersiap untuk pergi bersama ayahku seperti biasa. “Kamu jaga rumah nak..kalau mau keluar tolong pintu di kunci yang rapat” Pesan ibu ku di kala setiap mau pergi.

Yang aku tahu kepergian mereka setiap malam, untuk mencari uang. Aku tidak perduli dan memang gak harus peduli. Yang penting aku dapat sekolah dan bisa jajan yang di berikan orang tua ku.

***

Pukul 07.00 Aku bersiap untuk berangkat sekolah. Kulihat di kamar orang tuaku mereka belum terlihat, berarti mereka belum pulang dari tempat mereka mengais rejeki. Aku bergegas mandi. Waktu hampir menunjukan setengah delapan kurang berarti aku telambat, karna memang hari ini akan ada acara OSIS, jadi harus pagi sekali aku berangkat ke-sekolah.

Terbiasa hidup sering di tinggal orang tua membuatku menjadi gadis belia yang bebas tampa ada yang melarang kemana pun aku pergi bermain. Tidak perdulinya orang tua ku dengan apa yang aku lakukan membuat ku menjadi anak yang kuarang perhatian dan kasih sayang. Termasuk urusan aku sekolah pun Orang tua ku tidak memperdulikan.

Bergegas aku berangkat ke sekolah. Bagas sahabat karib kekasih ku, Rian sudah membully ku

“Widiiih.. cantik bener loe hari ini Shin…!” ” Rayu bagas teman tapi mesra-ku

“Mmm…mau cantik kek, mau jelek kek, masalah buat loe.” Ku perlihatkan mukaku dengan jutek. Aku pun berlari menuju ruang kelas dengan berlari kecil. “Shiin.. di cari’in ama Rian..” Teriak bagas. “Bo’do amat cowok kurang kurang berani ..hehehe.” Cela ku.

Rian adalah kekasih ku, juga sebagai kakak kelas ku. Dengan nya aku selalu mengungkapkan curhatanku padanya. Namun hari-hari ini dia selalu menghindar dari ku. Entah kenapa yang membuat dia selalu menghindar dariku. Bahkan sms ku jarang di balas, pon pun sering di rijek. Namun aku tidak memperdulikan, karna aku memang bebas lepas tampa ikatan apapun dari orang tuaku maupun dari pacarku Rian.

Memang seminggu sebelumnya. Rian mencoba datang kerumahku di malam minggu. Mencoba untuk mengetahui siapa dan apa keluargaku. Mungkin itu dia mulai memberanikan main kerumahku. Sebelumnya Rian hanya berani menemuiku di jalan dan mengobrol di tempat yang gelap.

Bisa di katakan Rian sangat pemalu, justru yang bertentangan dengan sifatku yang bebas. Namun di balik pemalunya aku suka. Suka untuk menggoda dia agar menjadi Cowok yang gentleman. Apalagi dengan yang polos membuat aku menambah suka padanya.

Bisa di katakan kami pasangan remaja yang Fenomenal di sekolah kami. Dengan gaya tomboy tapi seksi dan Rian seorang anak cowok yang kuper dan pemalu. Sehingga menjadikan kami sepasag yang gak nyambung dalam sifat.

“Riaan nanti malam main yah kerumah.. jangan di tanggul mulu ah, ketemuannya .” Aku mengirim Sms.
“Gak ah.. aku takut lihat ibu mu say..” Balas Rian.
“Ih kamu mah masa sama ibu ku aja takut.. gimana mau pacaran di rumah kalau lihat ortu ku takut.” Jawabku dalam sms itu.
“ii ya dah nanti yah jam delapan..” Balas Rian.
” Ok sayaang aku tunggu yahh..” Balas ku kembali.

Rasa gembira di hatiku ketika Rian bersedia untuk main kerumahku..

***

Tidak seperti biasa. Aku melihat ibu ku tidak bersama ayahku. Biasanya mereka kalau mau berangkat ke tempat warung remang-remang yang mereka kelola, selalu berdua. Namun kali ini aku melihat ibu ku sendiri berdandan dan menghias diri.

“Bu Ayah kemana ko gak kelihatan,” Tanya ku pada ibu ku yang masih bertelanjang, hanya BH dan celana dalam yang ia kenakan yang menurut ku sangat seksi di kenakan ibu ku yang setengah baya itu. Dengan stockingnya yang hitam dan tembus pandang, terlihat seksi aku lihat. Ayah duluan ada urusan sama teman-temannya. kamu gak keluar malam ini..” Kata ibuku.

“Mmm… gak bu.. ooh nanti temen Shinta mau maen kemari bu..” Kilah ku.
“Cowok yah.” Kata ibu ku.
“Iya bu namanya Rian temen sekolah ku..”
“Temen apa pacar,..” Ledek ibu sambil menggunakan lipstick di bibirnya.
“Temen..bu..” Aku sedikit berbohong.

“Ya udah yang penting kamu hati-hati jaga diri dan rumah. Ibu mau berangkat yah..” Kata ibu ku sambil memegang hp nya sepertinya mau menelpon seseorang entah ayahku atau lelaki lain, selain Ayahku. “Haloo sayang.. aku sudah siap nih.. jemput aku yah..” Kata ibu ku dalam pembicaraan di hand phon-nya.

Rupanya Ibu mau berangkat bersama lelaki lain dan bukan Ayah tiriku.

“Ibu berangkat sama siapa.?” Tanyaku.
“Ini temen Ayahmu, sesama Preman di sana ” Kata ibu ku

Aku hanya mengangguk walaupun gak aku mengerti apa yang ibu maksud.. Terlihat seseorang lelaki yang ibu maksud. Dengan menggunakan motor gede, berjaket hitam, dan berperawakan cukup tegap, memakir motor di depan rumah ku. Rupanya teman pria ibuku.

“Permisi dee.. ibu ada.?” Sapanya
“Ada pak.. tunggu yah.. ibuu ada yang nyariin .” Teriak ku dan segera kedalam menghampiri ibu yang masih berada di kamar.

Ibu pun keluar. Rupanya ibu belum selesai berdandan.

“Silahkan masuk mas.. mmm.. aku belum selesai dandannya mas.” Kata ibu ku dengan manja.
“Ok aku tunggu yah.. cepetan dandannya.. ” Kata pria itu sambil duduk di sofa.

Setelah berapa lama ibu tidak kunjung keluar dari kamarnya, ternyata membuat lelaki itu gelisah menunggu. Sebentar berdiri sebentar duduk. Melihat tingkah laku Pria itu, aku pun jadi risih melihatnya. Akhirnya aku memutus untuk keluar, dan menunggu Rian yang mau datang menemuiku.

Selang berapa lama aku mencoba untuk kembali kedalam. Aku terkejut ternyata pria itu tidak ada di dalam, aku cari kesetiap pojokan ruangan. “Mmm.. kemana om-om tadi ,” Bathinku. Terlihat daun pintu Ibu ku terbuka, aku penasaran, ‘Apakah om-om tadi ada di kamar Ibu ku.’

Dugaan ku benar, ternyata om-om itu sudah ada di dalam kamar Ibuku. Namun aku gak berani mengintipnya, aku hanya mendengarkan suara dari balik daun pintu mamahku. “Mas jangan sekarang kita kan mau pergi.. nanti telambat looh.. eehh” Sekilas aku mendengar ibuku berbicara dengan om-om itu.

“Sebentar aja .. nanti dah selesai baru kita berangkat..” Kata om-om itu dengan manja.

“Ya udah tapi ingat yah, sebentar saja… buru-buru kamu keluarin… awas loo mas, takut suami ku menunggu.” Terdengar ibuku berucap manja. “Tenang aja maam.. aku tau cuma sekalii aja selagi suami kamu disana! kapan lagi aku bisa menikmati memek Mamih..” Ucap om-om itu yang memilukan telinga ku.

Rasa penasaran terlintas di hatiku, untuk melihat apa yang di lakukan om-om itu di kamar Ibu ku. Rasa untuk mengintip akhirnya aku lakukan. Rasa jantung ini berdebar kencang, saat-saat aku membuka daun pintu itu, secara perlahan-lahan. “Astaga… aku melihat Ibuku di cumbu dan di cium dengan rakusnya. uleh om-om itu. Sudah dalam keadaan bertelanjang tidak sehelai benang pun yang menempel dubuh nya.

Sambil duduk di samping tempat tidur. Dan aku meliahat om-om itu berdiri di hadapan Ibu ku, entah apa yang di lakukan Ibu ku. Ibu ku berhadapan deket sekali dengan selangkangan om-om itu. Aku kurang jelas melihatnya, karena pantat om-om itu menghalagi muka Ibu ku. Aku penasaran apa yang di lakukan Ibu.

Tak berapa lama, om-om itu membuka celana jiens nya, aku lihat bokong nya yang kekar walaupun hitam. Dengan terhalang bokong om-om itu, aku kurang tau apa yang di lakukan ibu ku, terlihat ibu ku sedang memainkan penis om-om itu. Aahh.. makin penasaran aku dengan mereka, apa yang mereka perbuat dengan begitu, maklum aku belum pernah mengetahui apa yang mereka perbuat.

Sedikit aku pejamkan mata, rasa takut dan penasaran, menyelimutiku. Ku lihat kembali ternyata mereka sudah keadaan bugil. Ku lihat ibu sedang asik memainkan selangkangan om-om itu. Si om hanya meringis terdengar desahannya. “Ahhh…eehmm.. enak sayaang aahh aku suka aahh uuuhhh..” desah om-om itu.

“Ayoo.. mas buruan kuarin… uuhuhuhu..” Terdengar desahan ibu ku yang merintih nikmat.

Aku perhatikan dengan penuh penasaran, aku kaget ketika si om-om itu membalikan tubuhnya dengan kaki kanannya yang di angkat ke sisi tempat tidur, dan menyamping. Kini aku melihat jelas apa yang di lakukan ibu ku.

Ternyata sedari tadi Ibu ku sedang memainkan penis om-om itu dengan mulutnya. Aku merasa jiik melihatnya, namun rasa penasaranku semakin mem beranikan diriku untuk mengintipnya. Terlihat ibu sangat menikmati Penis om-om itu, terliahat besar dan memanjang.

Dengan lidah nya ibu ku menjilati setiap sisi batang penis om-om itu. Om-om itu hanya mendangak keatas, dan terkadang tersenyum puas memandang wajah ibu ku yang sedang bernafsu menikmati batang penis om-om itu. Di masukan dalam-dalam, di jilati kepala penis itu. “Mmm…. enak mas..mm.. besar banget si mas..mmm.. pakai obat yaah..” Desah ibu ku terdengar sayup-sayup.”. Si om-om itu hanya tersenyum mendengar gumamam ibu ku. “Suka yah sayaang.. suka kan yang gede-gede..hehehe.” Ledek om-om itu dengan senyum puas.

Om-om itu bergerak kembali kehadapan ibu ku. dan memaksa ibu ku bertelentang. Dengan posisi berdiri om-om itu mencelentangkan ibu ku. Ibu ku menuruti apa yang di minta om-om itu. Dengan posisi kaki di angkat ke atas, Ibu ku mengangkangkan ke dua pahanya yang terlihat besar dan putih. Terangkat setinggi-tingginya membuat Vagina ibu ku begitu nyata terlihat tebal, tembem dan di tumbuhi bulu-bulu yang lebat di sekeliling vaginanya. Om-om itu pun segera berjongkok di sisi di mana ibu ku sedang mengangkangkan ke dua paha nya.

“Mmm… sayang besar banget memek kamu.. uh.. mmm.. aku jilatin yah.” Kata om-om itu.

Sssst… Om-om itu mulai memainkan lidahnya. Dengan rasa rakus Vagina ibu ku di santapnya, di gigit lelentit yang sedari tadi sudah membesar dan memerah.

“Mm.. iyaah… ahh.. geliii…” Rintih ibu ku sambil bergelenjang nikmat dan gerakan yang tidak teratur dan nafas tersengal-sengal, membuat ibuku mengayun-ngayun kan kakinya ke atas.bak seperti mengayuh sepeda. “Ahhh,,, mas uhh…oyo mas …uuhh ..ssst..ehmmm…isep terus mas uuhhh…” Ibu ku makin bergelinjang nikmat.

Merasa nikmat yang sangat luar biasa yang di lakukan om-om itu di vagina ibu ku, membuat ibu bergelinjang dan menaikan bokongnya berulang-ulang, sehingga membuat om-om itu sulit untuk menjilati. Si om-om itu tidak kehabisan akal, di dekapnya kedua kaki ibu ku dengan kedua tangan nya, sehingga membuat ibu ku tidak lagi bergelinjang.

“Maaass….eeenakk…ahh… geli maass… ssst..” Ibu mendesah dengan muka menoleh kearah om-om itu. Tangan nya memegang kepala om-om itu yang berrambut cepak.

Om-om itu asik menjilati vagina ibu ku yang terlihat tembem, dan penuh dengan bulu-bulu yang menghiasi di sisi-sisi vaginannya dengan sangat indahnya dan teratur rapi. Karna ibu ku memang suka merawat tubuhnya, apalagi veginanya yang selalu di jaga kebersihannya.

Dengan rakusnya om-om itu menjilati vagina ibu ku, dan membuat ibu ku bergelinjang nikmat dengan desahan dan nafas yang tersengal-sengal yang membuat suasana menjadi mencekam. “Aaahh…eeennaak ..mas uh.. ayo mas isep terus uh.. aah..” Desah ibu ku. “Mmm…ssssst….” Om-om itu pun berdesah sambil menghirup air yang keluar dari vagina ibu ku.

“Ahh…slursuslp…ssst ..mmm,,oh..” Dengan bangganya om-om itu bisa membuat ibuku puas dengan mainan lidahnyanya di kelentit ibu ku yang terlihat membesar dan memerah.Terasa seperti mementil, lidah om-om itu mengulum-ngulum kelentit ibu ku. Tak puas dengan perminan lidahnya di liang vagina ibu ku, om-om itu mulai mengocok-ngocok penisnya dengan tangannyasendiri. Rupanya si Om sedang membangkitkan penisnya kembali.

“Cepat.. memebesar doong..Cepet keluarin.. aku takut mas.. suami ku menunggu ..ahh” Teriak ibu ku. Rupanya ibu ku tersadar bahwa ia sedang di tunggu ayah tiriku di warung, di mana para wanita anak buah ibu ku menjajahkan kenikmatan sesaat.

Mendengar ibu sedang di tunggu ayah, aku jadi takut kalau ayah tiri datang menjemput ibu ku. Dan ternyata ada laki-laki yang menggauli ibuku. “Ah biar lah toh sudah terbiasa mungkin.” Bathin ku. Setelah kupandang lagi. Ternyata ibu ku sudah bergumul dengan om-om itu.

Terlihat dengan posisi ke dua kaki ibu ku berada di pundak om-om itu. dan si om posisi berdiri dan berpegangan dengan kedua tangannya ke kasur. Pantatnya yang terlihat besar membuat aku ikut merangsang memperhatikan bokong om-om itu.

‘cpluk, cpluk, cpluk,’ Terdengar suara dari sentuhan kulit ibu ku dan om-om itu.
“Ahh…enaaak…mam…ah.. uh uh uh..” Om itu dengan cepatnya menghujamkan penis nya ke vagina ibu ku.
“Eeeeh…aaahh…pelan-pelan mas.. ah.. uuh..aaah..” Sangat berdesir aku mendengarnya.

Desahan mereka membuat aku gak bisa diam melihatnya. Tampa ku sadari aku pun terbawa nikmat seiring gerakan dan desahan mereka. “Eeegghht… aku merabah sedikit celana dalam ku yang ku kenakan. tak sadar aku pun merabah vaginaku..”Ohh…mmm.”

Ternyata vaginaku ikut basah. “Ahhh…eeeemm…” Ku rasakan denyut di dinding vaginaku dan tersa gatel “eeehss..” Aku terus berdesah, meracau sendiri. Tiba-tiba sms berbunyi.. triliiing..Ku baca sms itu ternyata dari cowokku. Aku pun teringat kalau Rian yang berniat mau main kerumahku.

“Aku di depan rumah nih.” Tulis sms nya
“Oh yah masuk aja kerumah. ” Balas ku.

Suara motor terdengar, ia pun memakirkan motornya di sebelah motor om-om itu.

“Ini motor siapa say.” Tanya Rian
“Motor tamu Ibu ku.” Jawabku.

“Ohh.. ada tamu yah. gak mengganggu say..” Rian kembali berujar. Rupanya masih ada ragu di hati Rian untuk berkenalan dengan Ibuku ku. “Gak apa-apa ko ayo masuuk..”Ajak ku, dan segera menarik tangan Rian ke ruang teras depan rumah.

Rian pun duduk di bangku yang khusus untuk tamu yang mau bersantai di ruang teras rumah.. Aku pun duduk sebelumnya aku mengambilkan minuman untuknya. “Di minum sayang….” Tawar ku.

Aku pun segera mengambilkan minuman untuk Rian. Ketika langkah ku mau menuju dapur untuk mengambilkan minuman untuk Rian. Terbesit di hatiku ingin mengintip sekali lagi apa yang di lakukan ibu ku terhadap om-om itu. “Ahhh.. ..” Kucoba untuk membuang rasa penasaranku. Aku pun menuju ruang dapur. Namun desahan ibu ku membuat aku semakin penasaran untuk melihatnya lagi.

“Ah .. ah .. ah… eeehhgt… ssst..” Terdengar desahan ibu ku yang semakin menggila ku mendengarnya.

Untuk menghilangkan rasa penasaranku ku coba untuk mengintip kembali. “Enak..mas..aaahh..enaaakkk” Teriak om-om itu dengan nafsunya menghujamkan vagina ibu ku dengan posisi Doggy Style. “Uhh.. aahh..” Kulihat ibu posisi menungging dan dengan leluasa-nya om-om itu mengocok-ngocok penis nya maju mundur dengan cepat

‘plok plok plok.. “aahhhh..uuh..gilaa..aaght..ehm.. masih enak memekmu mam..eeh..”om-om meracau. “Setan lo mas..eehh.. dah tua-tua juga masih doyan meemeekk bini .. oorang uuhh..ahhh..” Hardik nikmat terdengar dari rintihan nikmat ibu ku.

Om-om itu mencoba memegang rambut ibu ku yang panjang terurai. Di jambak dan di kepal rambut ibuku yang terlihat masih tebal. Dengan mengepal rambut ibuku seperti menarik delman om-om itu dengan asiknya mengocok-ngocok vagina ibu ku dengan gerakan maju mundur dengan cepat

“Aw aw aw.. kamu nakal mas uuh mau di apakan rambut ku.” Kata ibu dengan mata sayu nikmat. Ibu ku hanya pasrah dan menikmati vaginanya “Uuuh..ee..eenaakk aaahh….”. Merasakan begitu terasa nikmatnya, dan lebih nikmat dari penis ayah tiriku. Mungkin itu yang terukir di hati ibu ku saat sedang merasakan vaginannya di kocok-kocok sama om-om itu

“Ayo… maas.. sayang uuhh enaakk..aahh ” Ibu ku kembali mendesah “Ini aaa..eeehh gurih memek kamu sayaaang, aahhh..eenakk.. say…enak memek kamu oohh…” Racau om-om itu. ‘plok plok plok’ Suaranya begitu jelas aku dengar, sentuhan dari kulit mereka. sleb bleb sleb bleb “Ahh,,, uuhhh.” “Maass…sssstt gila kamu mas kontolmu giilaaa..uhh..” Lagi-lagi ibu ku meracau nikmat “Ahhh..” Dengan gerakan volume yang cepat, terlihat jelas di mataku, penis om-om itu keluar masuk ke vagina ibu ku.

“Ah.. pelan-pelan maaas..” Uh ibu sangat menikmatinya. “iya sayaaang aku kayanya ma ma mau keluar nih..eeegh..” Terdengar suara om-om itu dengan terbata-bata. Om-om itu semakin bersemangat mengocok vagina ibu ku dengan penisnya yang terlihat batang dan urat-uratnya sudah mengencang “Aku siaap maas..menerima peju mu ..aah..” desah ibu ku..”

Om-om itu mengejang otot-ototnya, sepertinya akan keluar sesuatu dari penisnya, yang telah mengacak-ngacak vagina ibu ku. “Aght… aku keluar sayang uuuh..” Tiba-tiba om-om itu naik keatas punggung ibuku, yang masih posisi meningging. “Eehh mau kemana kamu maas..” Kata ibu ku, sambil membalikan kepalanya keatas. Yang ternyata terlihat penis om-om itu sudah berada di muka ibu ku. Dengan di kocok-kocok sendri dengan tanganya si om-om.

Terlihat kepala penis om-om itu sudah memerah dan mengkilap dengan air maninya. Dengan di acung-acungkan ke mulut ibu yang sedang mendangak keatas. “Uhhh ayo sayang kamu nga-nga.” suruh om-om itu. Mendengar perintah dari om-om itu ibu ku hanya menurut. “Ahh,,… ” Mulut ibu ku terbuka lebar dan siap menerima apa yang akan datang dari penis om-om itu.

Crot crot crot crot’ “aahh uhhh..” Terlihat cairan putih kental keluar dari penis om-om itu. Entah apa namanya air kental itu, aku tak tahu, karna aku belum tahu air putih kental itu. Aku mendengar ibu menceloteh. “Uwweekk… uuh.. bau tau mas…mmm.. uuh.. kesat sepet… sialan kamu maa..s…” Ucap ibu ku dengan mata kosong menatap om-om itu.

“Uhh.. gila ibu ku rakus amat sampai di minum air yang menjijikan dari penis om itu.” Bathinku ku. Setelah puas dengan cairan yang kental putih itu keluar dari penis om-om itu. Kulihat ibu ku sangat menikmati air putih kental itu, yang belumuran di seluruh rongga mulutnya.

“sayang gimana rasanya hehehe..enak yah” Tanya om-om itu kepada ibu ku dengan senyuman bangga. “Ssst.. sepet mas uuh hehehe.bauuu…” Jawab ibu ku manja .”Tapi suka kaan..” Ledek om itu.

Ibu ku hanya mengangguk. Mereka pun berpelukan dan mencium bibir ibu ku dengan mesra. “Ya udah pakai lagi pakaian kamu! Ayo kita berangkat.” Om-om itu pun bergegas memakai celananya.

Ibu ku segera merapikan rambutnya. Dan memakai bajunya kembali seperti semula. Entah apa yang di rasakan di kepala mereka. Mereka pun segera beranjak keluar kamar. Melihat ibu dan om-om itu mau keluar, aku pun segera menjauh dari pintu. Rupanya aku lupa aku sedang membawakan minuman untuk Rian yang sudah lama menunggu.

“Ma.. maaf yah say..hehehe lama..” Sapaku dengan tersenyum.
“Iya iya..” Rian mengangguk.

Terdengar langkah keluar. Rupanya ibu ku yang mempunyai farfum khas yang di pakai jika mau berangkat ke warung remang-remang yang ibu miliki tentu dengan puluhan PSK yang di bimbing oleh ibu ku.

“Nak ibu berangkat yah..ooh.. teryata ada tamu.” Sapa ibu ku sambil bersalaman dengan Rian.
“Kenal kan Rian ini ibu ku.” Aku memperkenalkan Rian agar tidak canggung.

‘Ya udah ibu mau berangkat mencari nafkah buat Shinta anak ibu yang manja ini.. kamu jaga rumah baik-baik yah nak.” Kata ibu ku sambil membawa tas kecilnya, dan menuju motor om-om itu. Om-om itu hanya tersenyum melihat aku dan Rian. Dan segera menaiki motornya. Ibu ku telah siap sedari tadi menunggu untuk berangkat.

Di dalam kencan pertama Rian kerumahku, membuat aku gugup. Di tambah lagi aku baru saja melihat adegan yang tidak aku mengerti. Adegan yang sangat aku berimajinasi apa yang di lakukan ibu dengan om-om itu. Rian hanya diam, dia emang sangat pemalu untuk bicara dulu, makanya aku kalau mau ngobrol sama dia harus aku dulu buka pembicaraan, setelah itu baru Rian membuaka pembicaraan.

‘Udah minum jangan di lihatin doaang.” Ucapku untuk memulai obrolan.
“Yang laki-laki tadi ayhamu..” Tanya Rian yang membuat terkejut.
“Mmm.. bukan itu temannya ibu ku..” Kataku mencoba meyakinkan dengan wajah semeringah.

Aku takut Rian memperpanjang pembicaraan yang tentu akan menanyakan asal-usul aku dan siapa sebenarnya orang tua ku. Akhir ya ku coba mengalihkan pembicaraan.

“Say masuk apa mau di luar aja.. masuk juga boleh kita nonton tv nyo..” Ajak ku.
“Mmm… ga baik ah,, berduan di dalam. orang tua mu kan gak ada.” Kilah Rian dengan wajah lucunya.

“Ok dah.. gak mauya udah.. di sini ajah..” Aku pun terdiam. Aku masih teringat apa yang barusan aku lihat. Pengalaman aku melihat sepasang manusia yang bergumul, saling merabah, menjilati, yang ternyata yang aku lihat itu adalah ibu ku sendiri.

Dan yang membuat aku sedih ternyata Ibu masih suka melayani lelaki hidung belang. Dan pasti menghianati cinta tulus ayah tiriku. Atau memang ayah tiriku cuek-cuek aja jika ibu di gauli lelaki lain. Entahlah.

Masih teringang-ingang di telingaku mendengar desahan dan racauan yang membuat darahku berdesir cepat, desahan orang-orang dewasa yang belum aku mengerti arti sebuah desahan kenikmatan. setelah aku menyaksikan erangan yang sangat memilukan telingaku. Erangan dan racauan yang keluar dari Mamahku sendiri saat Ia di senggama oleh lelaki yang bukan Ayah tiriku. Entah apa yang ada dipikiran mereka.

“Eh!..Bengong aja,” Rian mengejutkan aku.

Aku, tertawa dingin untuk menutupi apa yang ada di pikiranku.

“Say..kamu mau kedalam gak, di sini dingin tau,” kata ku.

“Em..gimana yah aku takut kalau kita kedalam, nanti ada yang curiga sama kita.” Aku mengerti apa yang Rian maksud, memang Rian lelaki yang cukup dewasa, bisa membaca situasi dan keadaan. “Em..terus kita ngapain, kalau di dalam kan kita bisa nonton tivi,” ujarku. “Seterah kamu sih, aku hanya ngajak aja, itu juga kalau kamu mau!”

“Sepertinya kamu seperti ada pikiran dah!” Rian mencoba menebak-nebak apa yang ada di pikiranku. “Kalau ku lihat, wajah kamu agak sedikit gimana gitu?!..”
“Ah perasaan kamu aja kali say,” ucapku.

“Cerita dong sayang..” katanya membujukku. “Wajahmu tampak gelisah gitu, apa habis di marahi Mamah kamu sebelum berangkat tadi sama teman cowoknya?.” Rian mulai merocos menanyai aku dengan kepo.

Aku menggeleng kepala, berusaha untuk menyembunyikan apa yang mengganggu di pikiranku ketika aku melihat Mamahku bergumul sama lelaki yang tidak aku kenal, lelaki dari dari teman Mamahku.

Aku berdiam sejenak. Tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutku. Rian pun begitu, dia hanya memandang awan yang cerah dengan bintang-bintang bertebaran di angit nan jauh. Aku pun ikut menyaksikan keindahan kelap-kelip bintang itu. Mereka saling bergugus-gugus dengan teraturnya. Sungguh sangat mengesankan di kala aku bersamanya, laksana dunia ini di miliki untuk selamanya dan hanya berdua, “he..he..he..” aku tertawa di dalam hatiku.

Melihat Rian yang diam dan hanya melongong-longong melihat ke atas langit, membuat ku tertawa cekikikan di dalam hati. Wajahnya yang terlihat pilon dan culun, menambah lucu dan jenaka. Sungguh aku makin cinta sama kamu Rian..

Engkau kakak kelasku berpikiran dewasa, gak seperti cowok yang lain yang bisanya hanya mengajak pacaran di tempat yang gelap sekedar hanya ingin mengecup bibir. Tetapi kamu, pintar menepati keadaan, padahal kesempatan banyak untuk berbuat, tapi sungguh ia menjaga etika dan adab, itulah yang membuatku kagum padanya.

“Eh..jam berapa ini?” Rian membuka suara. Lalu ia melirik jam tangannya. “Sudah jam sembilan lewat, aku rasa cukup untuk kita bermain-main sayang, dan juga kamu sudah terlihat mengantuk.”

“Gak kok..santai aja lagi, abis kamunya sih banyak bengong ngitungin bintang, aku jadi ngantuk dah hehehe,” candaku. Rian pun sunggingkan senyum tampak manis di pipi terlihat lesung di pipinya. “Em..jarang sekali cowok mempunyai lesung di pipi,” batinku.

“Ya udah, toh masih ada hari esok,” ujarnya. “Aku pulang dulu ya say!” Ia pun berdiri, lalu memandangku dengan mata yang sayu, mungkin pusing kali abis ngitungin bintang hehehe. “Ok..dah sayangku..” aku pun berdiri sambil ku cium telapak tengannya, seperti layaknya suami istri dan wanita baik-baik mencium tangan sang suami kalau ingin berpamitan kerja hehehe jiaaah…

Ia pun melangkah pulang. Motor yang terpakir di halaman rumahku telah di nyalahkannya. Suara menggerung seperti anak motor atau seperti motor yang kurang di rawat, tentu sangat bising di dengarnya.

Tak beberapa lama Ia pun melaju dengan roda duanya. Di tikungan ia mulai tak terlihat dari pandanganku. Aku sungguh berbunga-bunga, melihat Rian telah memberanikan diri untuk bermain kerumahku, walaupun desas-desus orang-orang yang ada di sekitar rumahku, memvonis rumah sarang jablay dan aku di beri makan uang lendir.

Emm…aku masuk kamar, seperti biasa dengan handset yang kupasang di telingaku, lalu aku putar untuk mendengarkan lagu-lagu kesayanganku.Kamar yang sangat indah aku rasakan, walaupun aku jarang sekali tidur di kamarku sendiri.

Terkadang aku tidur di rumah teman sesama cewek, hanya untuk menghilangkan suntuk hidup sendiri di kala malam karena tidak ada teman untuk mengobrol karena Mamahku yang selalu sibuk dengan pekerjaannya sebagai ketua dari wanita-wanita penghibur para lelaki yang mencari kenikmatan malam, itu juga kata orang yang selalu aku dengar dengan menjelek-jelekan keluargaku.

Mata ku belum terpejam, pikiranku menerawang keatas mengingat kembali apa yang Mamah lakukan di dalam kamarnya bersama om-om itu. Ahh…mereka sungguh gila dan rupa daratan. Kenapa aku harus mengintip Mamahku sendiri, oh sungguh anak yang tak tahu diri.

Aku gelisah merasa bersalah apa yang aku lakukan. Tubuhku terasa gak nyaman malam ini, rasanya selalu teringat terus saat Mamahku bergelinjang ketika Vaginanya di colok-colok oleh penis om-om itu. “Apa rasanya, jika memekku juga di colok-colok sama punya Rian,” batinku. Aku berhayal seandainya tadi aku bermain sama Rian, terus Rian mencolok-colok memekku ooh…pasti aku akan bergelinjang apa yang di lakukan oleh Mamahku, enak kali yah.

Tampa aku sadari ketika aku berhayal dan ingat kembali apa yang aku lihat perbuatan Mamahku. Tanganku merabah celana yang aku kenakan. Celana yang hanya terbuat dari bahan tenun yang tipis sehingga apabila aku sentuh, jelas sekali batok Memekku. Uh.. yah batok memek yang masih putih dan belum di tumbuhi bulu-bulu ini. Aku mengusap-ngusap dengan perasaan. Semakin lama semakin berdesir darahku. Aku rasakan ada yang beda.

Vaginaku terasa cenat-cenut. “Ohh…yeeaah..ssst…sungguh uuh..pantesan Mamahku terlihat menikmati ketika Memeknya di jilati. Ohh…uh…sungguh enaak ssst ahh…” Aku terus mengusap dan membelai vaginaku yang masih tertutup oleh celana rajutan jarang. Karena merasa ada yang lain dalam desiran darah ku. Aku pun memcoba untuk bertelanjang dada.

Baju kaos yang kau kenakan aku lepaskan. Kini hanya BH yang masih terlihat, serta celana ngetrit yang aku pakai. Ku pandang buah dadaku yang terlihat kecil, gak seperti punya Mamahku yang terlihat besar dan menggandul hehehe.

Emm…ku pandangi puting meranum sangat indah, oh.. mungkin ini untuk menetek ketika aku punya beby. Ssst..Aku gak tahan akhirnya aku buka BH yang aku kenakan oh..aku merabahnya, seperti apa yang aku lihat pada Mamahku yang di isap dengan rakus oleh om-om itu, dan di remas-remas dengan rakus. “Emang enak yah!”

Emm.. Eght.. uh…aku mulai meremas-remas payudaraku. Sttt…eght.. agak berdesir aku rasakan tiba-tiba aku merasakan payudaraku mengembang dan mengeras dengan kencang dan padat. Entah apa yang membuatnya begini aku tidak tahu. Yang aku rasakan bergelinjang seluruh urat-uratku.

Sungguh sensasi sangat luar biasa yang aku rasakan pertama kali dalam hidupku. Em…rupanya ini yang membuat Mamahku merasa ketagihan dan terasa nikmat di rasakannya. Oh..Mamah enak mah..sstt..enaaak.. Tampa aku sadari tangan kanan yang terus meremas-remas payudaraku, aku mencoba untuk turun ke lebih bawah lagi. Aku ganti tangan kiriku untuk merabah buah dada ku, dan tangan kanan aku turun kan untuk merasakan sensasi Memek ku.

Celana tipis yang aku pakai masih merekat, ku coba merabah gundukan di dalamnya yang bukan lain gundukan memek ku, yeaah..aku merasa geli oh… terasa berdesir masuk ke rongga liang memekku. Oh…sungguh sangat menggidikan bulu kuduk. Yeahh…aku meronta-ronta aku ikuti irama desiran di mana tubuhku klepek-klepek bergelinjang tak tentu arah.

Terkadang-kadang aku naikan bokongku sambil terus merabah memek ku, lalu aku putar-putar oh.. sunguh sangat nikmat walaupun masih terhalang celana dalamku. em…Mamah inikah yang Mamah rasakan ketika om-om itu mengelus-ngelus memek Mamah. Ssstt…benar-benar enak Mah.. Sensasi onani ku yang pertama aku rasakan walaupun aku belum berani untuk merabah lebih dalam lagi.

Tiba-tiba aku di kejutkan dengan suara Hape ku. Rupanya Rian yang menelponku. “Tumben Rian jam segini belum tidur?!” pikrku. Memang gak biasanya Rian menelpon aku jam-jam saat-saat orang-orang sedang terlelap tidur. Dan sebenarnya Rian anak yang penurut sama orang tuanya, dia sangat pandai dalam mengatur waktu belajar, bermain dan tidur.

“Haloo.. sayang,” jawabku, sebelumnya ia mengucap kan Halo. “Kamu belum tidur sayang?” Rian bertanya dengan suara yang agak berat mungkin grogi kalau telponan di malam hari, takut di dengar sama keluarganya jadi suaranya di sembunyikan dengan kecil.

“Belum,” jawabku. “Kamu sendiri kenapa belum tidur, tumben ih!”
“Ia gak papa kan, aku nelpon kamu!”
“Sayang..Malah aku senang kebetulan aku memang belum bisa tidur.”
“Kamu lagi apa?”

Ah..Pertanyaan yang menggoda, kalau aku jujur pasti aku di tertawakan. Tetapi hati ku terbesit untuk bercerita pada kekasih ku Rian. Cuma aku malu sama saja membuka aib Mamahku.

“Em…coba tebak lagi apa?!” ku coba untuk mengajaknya becanda.
“Pasti lagi dengar musik kesukaan kamu sambil tidur-tiduran. Benarkan!”

“Em…mau tahu aja kepo nih hehehe,” dia memang membuat aku tertawa, masalahnya aku yang lebih dulu untuk membuka canda dan tawa. Rian jarang sekali untuk membuka suara lebih dulu kalau aku yang lebih dulu membuaka pembicaraan, baru Ia menjawabnya. Entah apa yang membuatku melemparkan pertanyaan padanya. “Say tebak aku pakai baju, apa telanjang?”

“Maksud kamu apa sih,” terdengar dengan nada bingung.
“Ia.. Aku sedang pakai baju apa bugil?” lanjutku memberikan pertanyaan menggoda.
“Gila kamu bertanya seperti itu!” Rian sedikit membentak aku.

“Ih… ini kan cuma pertanyaan kok! Kalau gak mau di jawab ya udah gak papa kok!” balasku. Entah apa aku tak memperdulikan tercengangannya saat aku memberikan pertanyaan seperti itu. Aku rasakan ada yang beda pada diriku. Disaat aku dalam keadaan bugil walaupun masih memakai celana sedikit ada rasa ingin memberitahu kepada Rian bahwa apa yang aku lakukan sangat luar biasa nikmatnya. Mungkin Rian belum pernah melakukan apa yang aku lakukan. “Ah.. telanjur Horny aku”

“Sayang…oh..aku lagi bugil nih,” kata ku. “Sstt..sayang tetek ku oh..tetek ku sst..”
“Et dah!.. Say kamu jangan macam-macam dah!” terdengar Dia bertambah bingung. “Kamu membuat aku binggung tau..” katanya lagi.
“Kamu mau nenen gak?” godaku. “he..he..he Kamu lagi apa say?”

“Tau ah,” terdengar agak sinis Rian menjawab. Namun aku tidak perdulikan. Aku sambung lagi remasan payudara ku yang sempat tertunda tampa mematikan Hape. Aku sengaja untuk berdesah di telinga Rian. Lalu aku melepaskan celana ku.

Uh..kini memek ku terlihat, putih gempal tampa bulu. Aku mengangkang kan kedua kaki ku dan paha terbuka lebar dan aku angkat kedua kaki ku tinggi-tinggi. Uh…seperti apa aku melihatnya gak tahu lah, “Sayang…oh…sayang…”

“Gila kamu Shinta! Dia menyentakku.
“Uh…ah..eeght..enak say..enak..sst..”

Aku terus mengusap-gusap dinding selangkanganku, sambil membayangkan apa yang aku lihat terhadap Mamahku dengan om-om yang tidak aku kenal namanya. Ssstt…berdenyut oh berdenyut liang vaginaku uh…ternyata memainkan selangkangan memang enak. Aku membatin tak memperdulikan Rian, apakah dia masih mendengar desahanku, apa sudah di putus teleponnya. “Rian…sayang..kemana kamu?” tanya ku.

Aku coba untuk posisi telungkup. Dengan tangan kanan memegang Hape. Sedangkan tangan kiriku menyelusup kebawah perut tentu untuk mengobel-ngobel selangkanganku ssst…gila.. enak oh.. enak..Memek kurasakan sedikit basah, entah kenapa terasa lembab aku rasakan, eegh..bahkan aku mau pipis tapi beda rasanya, tidak seperti pipis sehari-hari. Pipis ini terasa ada yang mengganjal dan seperti tertahan di dalam menunggu aba-aba untu di semprotkan begitu rupa.

Sela paha aku renggangkan, sedikit di angkat bokongku, menambah mudah aku untuk memainkan vaginaku sambil aku putar-putar dan aku kait seperti ingin mencongkelnya. Mamah uh pantesan Mamah bergelincang dan membuncah disaat om-om itu memainkan vagina Mamah. Ssst ternyata enak mah..oh..enak…ssst..

“Haloo….hei…Shinta..halo….!?” Rian rupanya ingin menyadarkan aku. Aku tak perduli, uh…bahkan aku menantang Dia untuk mengikuti apa yang aku lakukan. “Sayang..Aku lagi ngobel memek sayang..oh..memek Shinta jadi enak nih!..”

“Gila.. kamu sungguh gila Shinta..”

Tiba-tiba aku mendengarka suara Rian berdesis. Entah apa yang di lakukan Rian terdengar suaranya agak berdesis.

“Sayang.. Kamu lagi apa? tanya ku.
“Eght…..ah…aku jadi berdiri nih.” katanya.
“Berdiri apanya?” tanyaku lagi.

“Punya ku sayang..oh punya ku jadi berdiri nih! Ohhh..duh..gara-gara dengar ocehan kamu punya ku jadi tegang nih!” “Ssst…oh gitu yah.. ucapku pura-pura gak mengerti. Aku terus memainkan selangkanganku dengan irama cepat.

Aku rasakan sebentar lagi aku akan pipis. Ya sst mau pipis ssstt..eght…oh sungguh sensasi yang sangat luar biasa aku rasakan pertama kali aku melakukan seperti ini, apalagi sekaligus aku dengarkan desahanku kepada kekasihku Rian.

“Sayang.. oh.. aku gaceng sayang.. oh..aku jadi ngocok nih!” terdengar suara polos Rian. Rupanya Dia sedang memainkan penisnya.
“Sayang..uh..uh..uh sayang..ssst aku mau pipis sayang,” kataku
“Ia…say..aku juga oh..kontolku oh panjang banget sayang..ssst..merah nih sst…” ujar Rian kepadaku, bertambah nikmat aku rasakan ketika Ia juga melakukan apa yang aku lakukan.

“Diapakan punya kamu sayang?”
“Eght…aku kocok-kocok say..ssst enak…” kata Rian, “Kalau kamu di apain sayang, sst..memek kamu di apain tuh?…”
“Aku di kobel nih sst enak say..oh..enak…berdenyut say..memek ku berdenyut nih uh uh uh”
“Ia sayang..aku juga enak nih sst..eah…enak eah..sst uhh…sst enak…” desah Rian membuat aku membuncah.

Benar tak lama kemudian vaginaku terasa ada yang ingin keluar. Uh seperti mau keluar dengan tertahan untuk di muncratkan. Eahh….ssst….eah…aku cepatkan kobelanku. Lendir yang melumuri telapak tanganku, licin rasanya memek ku dengan sangat becek dan basah aku rasakan uh uh uh.

“Oh……say…oh…aku . aku . aku sst…eeght…aku mau pipis sayang. Aku mau pipis nih.” desisku.
“Sama say…ah.. ah..ah..ah aku juga uh uh uh uh keluarin say, kuarin, ssst”

Tak lama kemudian.

‘Ciiit..ciiit…ciiit’
Oh…….
“Aku pipis sayang, aku pipis oh..” ujarku dengan suara parau.
“Rian..oh…” panggilku.
“Uh..uh..uh..Aku juga nih uh..uh..uh.. oh..aku ngecret say sst..ah..” ujar Rian. “Tanganku ku jadi lepek nih, ssst.. gila..banjir sayang!”

Rian berdesis. Aku pun terkulai dengan posisi telungkup dan aku turunkan kembali bokong ku. Uh..aku rasakan kasurku banjir, seperti aku mengompol waktu kecil dulu. Pipis yang sangat enak. Pipis yang sangat sensual sungguh aku baru pertama kali menikmati kelakuan seperti ini.

Kini aku mengerti apa yang aku lakukan itu adalah Masturbasi atau onani. Mungkin kaum pria semua melakukannya termasuk Rian kekasihku. Semenjak itu aku jadi pecandu Masturbasi. Kalau pikiranku sedang membuncah aku melakukannya bersama Rian via Phone. Walaupun Rian sendiri kadang-kadang menasehatiku jangan terlalu keseringan melakukan berbuatan seperti ini. Katanya.

Tetapi aku punya prinsip dalam hidupku, aku tak akan melakukan hubungan badan sebelum menikah, walaupun bersama Rian sendiri kekasihku. Dan juga aku dan Rian masih menjenjang pendidikan di bangku sekolah. Masih banyak tugas yang harus di kerjakan untuk mencapai masa depan yang lebih baik.

Dan aku berjanji di dalam hatiku yan paling dalam. Tidak akan mengikuti jejak Mamah ku sebagai seorang Germo. Biarlah sebatas Mamahku mendapat gunjingan dari orang-orang terdekat. Aku tahu Mamahku juga tak mau aku seperti dirinya. Dia ingin aku menjadi wanita yan baik-baik dan bekerja di tempat yang baik-baik pula, agar aku dapat menutupi Aib Mamahku sebagai seorang germo.

Aku akui, sampai kapanpun aku akan meneruskan pendidikanku sampai kuliah, itu permintaan Mamahku, walaupun uang yang di hasilkan untuk menyekolahkan ku dari hasil menjadi seorang Germo, bahkan terkadang hasil menjual dirinya sendiri. END


TETANGGA STW YANG SUDAH MENIKAH 2 KALI MEMBUATKU MABUK KEPAYANG

Aku bertetangga dengan Bu Yus (bukan nama sebenarnya) sudah lama. Ia sudah pernah menikah dua kali. Suami yang pertama meninggal, sedangkan suami kedua merantau ke Malaysia. Anaknya ada 3, yang pertama sudah kerja di Jakarta.

Anak kedua, sebut saja namanya Bam, adalah teman mainku sejak kecil. Aku sering bermain ke rumahnya. Sejak lulus SMP Bam sekolah di kota lain. Tapi aku masing sering datang ke rumah Bu Yus untuk menjemput adikku yang sebaya dengan adik Bam.

KenzoPoker.ORG - Agen Domino QQ Poker Online - BandarQ Online - Domino99

Aku sering dibuat “gemes” oleh Bu Yus karena gerak-geriknya yang mengundang birahiku. Kalau di rumah ia suka pakai baju seenaknya, duduk atau tiduran juga seenaknya, sehingga sering terlihat buah dadanya yang ranum atau pahanya yang mulus. Bukan sekali dua kali aku melihatnya sedang tiduran dan bajunya tersingkap. Mungkin ia lupa kalau sudah remaja dan sudah punya nafsu.

Sekali waktu aku pernah melihat Bu Yus lagi nyuci baju di sumur belakang rumahnya sambil jongkok dan bugil. Sayang ia menghadap ke tembok, jadi aku hanya bisa melihat pantatnya yang aduhai. Gara-gara itu aku jadi suka berkhayal tentang Bu Yus. Aku suka deg-degan kalau mau menjemput adikku di tetangga .

Pada suatu hari waktu mau menjemput adikku ke rumah Bu Yus, hujan turun tiba-tiba dan sangat deras. Otomatis aku lumayan basah kuyup. Bu Yus menyuruhku untuk ganti baju dan celana pendek milik Bam. Tadinya aku mau menolak tapi Bu Yus memaksa. Adikku dan anak Bu Yus masih saja asyik bermain di ruang tamu. Bu Yus menggandengku ke kamar Bam. Tak lupa ia menutup pintu dan setelah itu melepas baju kaos yang kupakai.

Aku seperti terhipnotis, diam saja. Apalagi waktu Bu Yus jongkok di depanku lalu dengan tiba-tiba memelorot celanaku dan kemudian celana dalamku. Aku diperlakukan seperti anak kecil. Mula-mula dipakaikan baju milik Bam, lalu celana. Aku terkesiap waktu wajah Bu Yus bersentuhan dengan “anuku” saat ia memakaikanku celana.

Otomatis “anuku” membesar. Ketika celana baru sampai ke lututku tiba-tiba Bu Yus meremas- remas “anuku”. Ia menatapku dengan raut wajah gemas. Aku tak tahu apa yang harus kuperbuat selain diam saja. Apalagi ketika kurasakan nikmat di balik remasan Bu Yus.

Tak lama kemudian Bu Yus berdiri lalu jalan menuju pintu sambil menarik “anuku”. Aku berjalan terseok-seok akibat celana yang masih nyangkut di lutut. Kemudian Bu Yus jongkok lagi sambil menyingkap roknya, sehingga terlihat celana dalamnya berwarna ungu. Punggungnya disandarkan ke pintu, mungkin maksudnya untuk menahan agar pintu tidak bisa dibuka.

Setelah meremas-remas sesaat, tiba-tiba Bu Yus memasukkan “anuku” ke mulutnya. Aku pernah nonton adegan seperti itu di HP temanku, tak kusangka aku akhirnya mengalami sendiri. Bu Yus mengulum dan menghisap “anuku” yang membuatku megap-megap dilanda nafsu. Dengan agak ragu aku membungkuk dan kuarahkan tanganku ke dadanya. Bu Yus diam saja saat kuremas-remas dua bukit ranumnya.

Nikmat yang kurasakan saat meremas membuatku makin terangsang. Ditambah lagi dengan hisapan Bu Yus yang makin gencar. Akhirnya aku tak tahan lagi. Cairan spermaku tumpah di mulut Bu Yus. Bu Yus membiarkan mulutnya penuh dengan cairanku, lalu ia berjalan menuju jendela yang tertutup, membukanya sedikit dan meludah di situ.

Dengan tubuh gemetar kupakai celana pinjaman. Bu Yus menghampiriku dan mengajakku keluar kamar. “Jangan bilang siapa-siapa lho, ya”, pesan Bu Yus sambil membuka pintu. Aku hanya mengangguk. Bu Yus meminjamiku payung lalu kuajak adikku pulang. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan Bu Yus dan kenikmatan yang diberikannya.

Sampai beberapa hari memori tentang kejadian di kamar Bam terus membayangiku. Rasanya aku ingin mengulangi lagi. Setiap kali ke rumah Bu Yus aku berdebar-debar, berharap ia melakukannya lagi padaku. Sayangnya kesempatan itu tidak pernah ada.

Kadang di rumah Bu Yus ada tamu, entah itu tetangga atau dari luar kampung, kadang adikku langsung minta pulang begitu aku muncul di pintu rumah Bu Yus. Aku gelisah setiap kali keinginan itu muncul lagi. Kalau aku tak tahan kubelai-belai dan kukocok sendiri “anuku” sambil membayangkan dihisap oleh Bu Yus.


Tapi meskipun aku orgasme, kurang afdol rasanya dibandingkan kalau diemut Bu Yus. Suatu hari waktu aku baru pulang sekolah Bu Yus datang ke rumahku dan minta tolong untuk memasang almari knock down yang baru dibelinya. Waktu itu adikku dan anak Bu Yus sedang ada les di sekolah, jadi ia sendirian di rumah. Aku cepat-cepat ganti baju lalu mengikutinya pulang.

Sampai di rumahnya aku langsung mulai bekerja memasang-masang lembaran papan yang diletakkan di dapur. Bu Yus masuk ke kamarnya sebentar lalu keluar lagi menemaniku sambil duduk di bangku kayu persis di depanku. Sebelum duduk ia menyibak lebih dulu dasternya ke atas. Aku terkesima waktu duduknya agak mengangkang. Ternyata ia tidak pakai celana dalam.

Aku langsung ereksi, tapi berusaha pura-pura sibuk meskipun sebenarnya nafsuku sudah menggebu-nggebu. Ketika aku sedang asyik merakit sambil duduk di lantai, tahu-tahu Bu Yus sudah berdiri di depanku. Lalu ia menarik bagian bawah bajunya ke atas hingga terlihat kemaluannya. Rambutnya lebat.

Aku melongo melihatnya. Sesaat kemudian Bu Yus menarik kepalaku sampai mulutku menempel di kemaluannya. “Jilatin, Moes …”, pintanya saat aku menengadah menatap wajahnya. Aku pun langsung menciumi dan menjilati “milik” Bu Yus. Kemudian Bu Yus duduk di meja dapur sambil mengangkang lebar-lebar lalu memintaku melanjutkan lagi jilatanku.

Bu Yus tampak menikmati sekali. Desahannya membuatku makin bernafsu. Sesekali kumainkan jariku di “milik” Bu Yus. Lama-lama Bu Yus tidak tahan. Ia turun dari meja dan langsung melepas celanaku. Ganti aku yang mengerang keenakan saat “senjataku” dihisap olehnya.

Setelah puas menghisap, Bu Yus berdiri membelakangiku sambil membungkuk. Tangannya bertumpu di meja. Pantatnya yang bersentuhan dengan “senjataku” digoyang-goyang. “Cepet masukin, Moes …” katanya. Aku berusaha mencari-cari sasaran, tapi tidak bisa. Akhirnya Bu Yus membantuku hingga berhasil masuk.

Oh, rasanya tak bisa diungkapkan dengan kata- kata. Nikmat sekali. Apalagi ketika Bu Yus bergerak maju-mundur. Aku mengikuti gerakannya. Lama-lama aku tahu caranya. Berkali-kali Bu Yus mengerang, sehingga aku jadi tambah bernafsu. Tiba-tiba terdengar suara pintu dibuka. Ternyata anak Bu Yus datang. Bu Yus cepat- cepat membenahi bajunya.

Aku juga buru-buru memakai celanaku lagi lalu pura-pura merakit almari, sementara Bu Yus keluar dari dapur menyambut anaknya. Aku berusaha mengatasi nafasku yang ngos-ngosan sambil mengumpat dalam hati, kenapa anak itu cepat sekali pulangnya. Bu Yus menyiapkan makan siang buat anaknya di ruang tamu.

Setelah itu ia ke dapur lalu menyeretku ke kamar mandinya. Di situ aku dan Bu Yus melanjutkan kenikmatan yang tertunda sampai cairanku keluar. Lega sekali rasanya. Bu Yus mengingatkanku untuk tidak cerita ke orang lain tentang hal itu.

Sejak saat itu, setiap kali ada kesempatan, aku dan Bu Yus melakukannya. Kadang di dapur, kadang di dekat sumur. Kami tidak pernah melakukan di kamar Bu Yus, karena kamarnya tidak berpintu. Hanya ditutup kain korden tebal. Sayangnya, hubungan gelapku dengan Bu Yus hanya sebentar. Tak sampai 6 bulan.

Itu karena suaminya kembali dari Malaysia dan membuka bengkel di dekat rumahnya. END



KEINGINAN UNTUK NGESEKS DENGAN IBU KOST YANG TERKABUL

Terus terang, semuanya terjadi secara tidak sengaja. Pada waktu itu aku membeli buku tentang indera ke-enam atau “bawah sadar”, tadinya sekedar iseng waktu berada di suatu toko buku. Inti buku itu mengajarkan begini. Kalau kita menginginkan sesuatu maka kita harus mencoba menvisualisasikannya..

Suatu saat apa yang kita visualisasikan itu akan terjadi, akan terlaksana. Mimpi? Bukan. Sebab untuk mencapai indera ke-enam seseorang justru tidak boleh tertidur, tetapi perlu menurunkan gelombang listrik di-otaknya dari gelombang beta menjadi alfa. Caranya? Gampang sekali.. Kita cukup memejamkan mata, membayangkan menuruni tangga spiral dengan minimal 10 gigi.

                                 KenzoPoker.ORG - Agen Domino QQ Poker Online - BandarQ Online - Domino99


Saat anda membayangkan ini, gelombang listrik di otak anda akan menurun frekuensinga dari 13 cycle atau lebih perdetik, menjadi 8-13 cycle per detik. Kelihatannya mudah tetapi butuh latihan, jadinya ya sukar.. He. He.. Nah di saat itulah kita memasuki bawah sadar (unconsciousness)

Apa keinginnan saya? Lha ini yang kurang ajar. Aku ingin ngeseks dengan Nyai Elis (waktu muda panggilannya Neng Elis). Nyai Elis adalah ibu kostku. Kenapa Nyai? Pertama, kemungkinan hamil nol persen. Pada usia 48 tahun biasanya wanita sudah masuk masa menopause.

Yang kedua, ngeseks ditanggung bersih, sehat tak mungkin kena penyakit “kotor” seperti gonorrhoe, syphilis, HIV dsb. Yang ketiga, ngeseks gratis tidak perlu bayar, karena sama-sama menikmati. Untuk wanita, ngeseks dengan orang usia lebih muda akan menambah hormon estrogen, hormon khas wanita.

Meskipun sudah kepala empat, tapi jangan meremehkan kecantikannya. Wajah Nyai masih terlihat ayu. Kulit kuning langsat, tubuh langsing semampai. Secara legendaris, wanita sunda sangat rajin memelihara wajah dan tubuhnya. Mandi lulur sudah seperti prosedur tetap mingguan.

Membedaki wajah dengan berbagai ramuan menjadi rutinitas harian. Itu sebabnya tidak hanya wajah dan tubuhnya yang mengesankan. Bau badannya juga sedap dengan aroma lembut. Lalu kalau mau tahu seperti siapa? Seperti siapa ya..? Ya kira-kira seperti artis lah..

Sudah tiga tahun aku tinggal di kost milik keluarga Padma (suami Nyai Elis), pensiunan wedana di salah satu kabupaten di Jawa Barat. Keluarga Pak Padma-Nyai Elis ini mempunyai putera dua orang, semua sudah berkeluarga dan tinggal di Jakarta.

Tinggalah Bapak–Ibu semang kostku ini dibantu seorang PRT dan seorang supir. Semua karyawan ini pulang sore. Sudah seminggu aku latihan meditasi, belum ada hasil. Tambah tiga hari lagi, meskipun hampir putus asa. Tiba-tiba.., pada hari ke sebelas.. Malam itu sudah pukul 10, pintu kamarku diketuk orang.

“Mas Agus.. Mas Agus”
“Ya.. Nyai”
“Tolong kerokin ibu sebentar ya..”

Pucuk dicinta, ulam tiba, burung dahaga, apem menganga.., hatiku berjingkrak bukan main.

“Sebentar Bu, saya ganti pakaian dulu”

Kamar-kamar yang dipakai kost letaknya di belakang rumah utama, dipisahkan oleh satu kebun kecil. Ada enam kamar, membentuk huruf U mengelilingi kebun. Masing-masing kamar berpenghuni satu orang. Kebetulan waktu itu masa liburan, namun karena aku harus mengejar “deadline” penyelesaian skripsi, terpaksa aku tidak dapat mudik. Hiya khan, masak sudah jadi mahasiswa PTN terkenal seantero dunia rela di-DO.

Singkat cerita aku sudah duduk di tepi tempat tidur di kamar Nyai. Duduk dengan bersimpuh, ya.. seperti “pengerok” professional itu. Badan Nyai dalam posisi tengkurap di depan saya. Punggungnya yang putih, mulus tanpa penutup apapun. Hanya tali BH sudah dilepas, tetapi buah dadanya masih sedikit terlihat, tergencet di bawahnya..

Leher Nyai terlihat jenjang, putih, dengan rambut yang panjang sampai ke pinggang, disibakkan ke samping. Punggung ke bawah ada sejenis kain sarung yang diikatkan sekenanya secara longgar. Ke bawah, kain itu hanya menutupi sampai lipatan lutut. Di bawahnya betis yang halus, kencang.

Wajah Nyai menghadap ke samping di mana saya duduk. Sesekali meraba lutut saya, entah apa maksudnya. Pemandangan ini mampu dan makin mengeraskan burungku yang sejak dari kamar tidurku mulai melongok, eh.. bangun menggeliat (Jawa: ngaceng ). Dalam waktu 15 menit seluruh punggung Nyai sudah aku keroki. Suasana sekitar kamar hening, hanya degub jantungku yang makin mengeras.

Burungku, pelan tapi pasti makin menegang juga. Aku diam, Nyai juga demikian. Mau ngomong apa aku? Bicara tentang Pak Padma..? Ah sama aja bicara tentang kompetitor. Toh malam ini aku yang akan menjadi “Mas Padma”, akan menumbuk padi di lumbung Nyai. Mau ngomong anak-anak Nyai? Yang akan ditengok Pak Padma yang sore tadi berangkat? Ngapain toh sebentar lagi aku akan menganggap Nyai ini ibarat pacarku.

“Pinggangnya juga ya Mas..”
“Ya.. Ya.. Bu..”, jawabku seperti terbangun dari lamunan berahi.

Aku tarik kain yang menutupi pinggang Nyai. Ya ampun.. Rupanya Nyai sudah melepas celana dalamnya. Kini di depan mataku ada pemandangan yang.. Waduh.. Ada gambaran parit sempit di tengah tulang pinggang memanjang ke bawah.. Terus.. Ke bawah, berujung di satu celah sempit di antara dua bukit pantat yang putih padat.. Menggemaskan.. Aku bayangkan.. Apa yang ada di depan pantat itu..

Tiba-tiba Nyai membalikkan badannya..

“Depan ya Mas..”

Dengan mata terbelalak kaget, kini aku melihat pemandangan yang luar biasa, yang belum pernah kulihat selama 24 tahun berada di kolong langit. Seorang wanita dengan kulit langsat telanjang bulat, dengan lingkaran perut pinggang ramping, buah dada masih lumayan besar, meskipun sudah rebah ke samping.


Di tengan buah dada yang ber “pola” tempurung, terlihat puting besar warna hitam dikelilingi area hitam kecoklatan.. Di bawah pusar ada rambut yang mula-mula jarang tetapi semakin ke bawah semakin lebat, sepeti gambaran menara “Eiffel” dengan ujung runcingnya menuju pusar..

Di pangkal tumbuhnya rambut terdapat gundukan vagina yang pinggir kiri dan kanannya tumbuh rambut, bak gambaran hutan kecil.. Ampun mana tahan.. Mau pecah rasanya penisku menahan tekanan akumulasi cairan di pembuluh darah penisku.

“Nyai Aku nggak tahan lihat begini..?”
“Maksudnya, Mas Agus sudah capai..?”
“Enggak Nyai.. Burung saya sudah.. Nggak bisa.. Nggak bisa.. Saya nggak tahan lagi..!”
“Lho, kok baru bilang sekarang.. Ayo naik..”, sambil berkata demikian tangan kanannya melambai, mempersilakanku menaiki perutnya..

Seperti kucing kelaparan, aku segera mengangkangi perut Nyai, aku mau mencium pipinya, lehernya, mau melumat bibirnya. Tetapi gerakanku membungkuk terganjal burungku yang keras dan sakit waktu tertekuk. Malah ketika kupaksakan dan terus tertindih perutku, pertahanan katupnya jebol. Karena tiba-tiba.., crut.. crut.. crut.. Dari burungku tersembur, memancar air mani, yang disertai rasa nikmat. Ejakulasi!! Semburan air maniku mengenai dada Nyai, leher dan perutnya.

Setelah menyembur, burungku sedikit kendur, aku peluk leher Nyai, aku kulum dengan berapi-api bibirnya. Rupanya Nyai merespons dengan penuh gairah juga. Aku gigit dengan lembut bibirnya, sesekali aku sedot lidahnya. Lima menit lamanya, baru aku tersadar.

“Maaf Nyai, air mani saya tadi..”

“Ah, nggak apa-apa, itu tandanya Mas Agus masih “jejaka ting-ting”, nanti sebentar juga bangun lagi.”, sambil berkata demikian, Nyai mencium lagi bibirku. Tentu saja aku membalasnya dengan lebih bernafsu.

Kecuali bibirku melumat bibir Nyai, tanganku juga meraba buah dada Nyai. Memang sudah tidak gempal, tapi masih “berisi” 80 persen. Kedua tanganku masing-masing meraba, memeras-meras, memilin-milin puting Nyai. Kadang saking gemasnya cengkeraman tanganku ke buah dadanya agak keras, menyebabkan Nyai meringis menggeliat. Begitu juga bila puting Nyai aku pilin agak kuat, nyai bereaksi..

“Enak, enak.. Tapi sakit Mas.. Jangan keras-keras.. Yang (maksudnya Sayang)..”

Tanpa terasa saat aku menggulati tubuh Nyai, mendekami dada, perut, menekan vagina Nyai dengan penisku, terasa burungku mulai menggeliat lagi. Makin lama makin keras.

“Nyai.. Burung saya.. Nyai mau.. Lagi..?”
“Nah, apa khan.. saya bilang, ayo.. lagi, tapi ‘ntar.. Yang, aku bersihkan badanku dulu ya.. ya..”

Nyai masuk ke kamar mandi dalam di ruang tidur. Keluar dari kamar rambutnya terlihat sedikit basah, sebagian terjurai di lengan. Ya.. Tuhan.. Cantik sekali dewi ini.. Aku pun juga masuk juga ke kamar mandi, membersihkan bagian badan yang terkena air mani.

Keluar dari kamar mandi dalam keadaan telanjang bulat, terlihat burungku tegak, keras mendongak ke atas membentuk sudut 45 derajat dengan garis horizontal. Batangnya besar, warna kehitaman dengan tonjolan pembuluh darah membujur, sebagian melintang.

Seperti tongkat ukiran. Ujungnya, gland penis, besar, kemerahan, membentuk topi baja yang mengkilat. Antara gland penis dan batang terlihat leher penis yang dangkal. Rasanya aku mau berkelahi dengan membawa senjata golok.

Waktu Nyai melihat aku dan memperhatikan penisku..

“Hei.. Gede buanget.. Hebat buanget.. Pasti nikmat buanget..” Aku menyahuti tiruan iklan itu, dengan meletakkan ibu jari tangan kananku di depan bibirku..
“Sssstt..” Tentu saja Nyai senyum atas jawaban spontanku.

Langsung akau naiki perut Nyai. Dengan lutut menahan badan, aku sedikit menunduk, memegang penisku. Segera kumasukkan ke liang vagina Nyai. Aku takut kalau nanti terlambat masuk ke vagina, maninya tersembur lagi keluar. Nyai maklum juga kelihatannya. Kupegang penisku, kepalanya kuhadapkan di depan vagina Nyai, lalu kudorong masuk. Bless.. Lega sekali rasanya. Kalau nanti muncrat, ada di dalam liang vagina Nyai..

Lalu aku rebahkan tubuhku ke depan dengan bertumpu pada kedua sikuku. Bertemulah dadaku dengan buah dada Nyai, bibirku dengan bibir Nyai. Kedua tanganku memegang pipi Nyai, Nyai kucium mesra, lalu kucucuk-cucukkan bibirku pada bibirnya, eh.. menirukan burung yang bercumbu. Sesekali tanganku meremas buah dadanya, memilin putingnya, terkadang mulutku turun ke bawah, menghisap puting buah dada Nyai, bergantian kanan dan kiri

Akan halnya penisku waktu kumasukkan ke liang vaginanya, rasanya memasuki ruang kosong, berongga. Tetapi setelah itu rasanya ada kantong yang menyelimuti. Permukaan kantong itu bergerigi melintang, pelan-pelan kantong itu “meremas “penisku. Tak ingin cepat berejakulasi maka kutarik penisku, kantong vagina itu tidak “mengejar”nya.

Kumasukkan lagi seperti tadi, terasa masuk ruang kosong, sebentar liang vagina mulai meremas, kutarik lagi. Begitu beberapa kali. Terkadang penisku agak lama kutarik keluar, sampai tinggal “topi bajanya” yang ada di antara ‘labia mayora’-nya. Terus begini Nyai mencubitku..

“Masukkan lagi Yang..”

Gerakkan ngeseks in-out ini makin cepat, “pengejaran” penis oleh sekapan kantong vagina juga makin cepat. Di samping itu di pintu masuk, bibir luar (labia mayora) dan bibir dalam (labia minora) juga ikut “mencegat” penisku. Makin cepat aku keluar-masukkan penisku, Nyai terlihat makin menikmati, demikian juga aku sendiri. Ibarat mendaki gunung hampir tiba di puncaknya.

Kecepatan penisku memompa vaginanya semakin bertambah cepat, denyut nadiku semakin bertambah, nafas juga semakin cepat. Terlihat juga wajah Nyai semakin tegang menanti puncak orgasme, nafasnya terlihat juga semakin kencang. Cairan di liang vagina Nyai juga terasa semakin banyak, ibarat oli untuk melicinkan gesekan penisku. Peluhku mulai menetes, jatuh bercampur peluh Nyai yang tercium sedap dan wangi.

Makin cepat, makin tinggi.., tiba-tiba penisku terasa disekap rongga vaginanya dengan kuat.. Kuat sekali dengan denyutan yang cepat tetapi dengan amplitudo yang rendah. Orgasme! Nyai mencapai orgasme. Di saat itu lengan Nyai memeluk leherku kuat sekali, sedang tungkainya memeluk pantatku dengan kencang.

“Aihh..”, terdengar desah kepuasan keluar dari bibir Nyai.

Beberapa menit kemudian lubang penisku terasa jebol, cairan menyemprot keluar entah berapa cc. Nikmat.., nikmat sekali.. Nikmat ngeseks yang luar biasa. Orgasme Nyai terjadi lebih dulu dari ejakulasiku. Kalau saja Nyai masih bisa hamil, kata dokter anak yang lahir nanti adalah pria.

Saya masih tetap memeluk Nyai sambil mengendurkan nafas. Pelan-pelan penisku mulai mengendur, mengkerut. Tapi rupanya Nyai merespons. Paha dan tungkainya diselonjorkan (diluruskan). Maksudnya memberi jalan agar penisku keluar.

“Terima kasih Yang, terima kasih Mas Agus.. Mas hebat sekali..”, bisiknya.
“Kau cantik sekali Nyai, secantik bidadari..”, balasku

Badanku kurebahkan di samping badan Nyai, memeluk Nyai yang tidur telentang. Kami tidur dalam keadaan telanjang, hanya ditutupi selimut. END



TIDAK TAHAN MENAHAN NAFSU KETIKA TIDUR BERDUA DENGAN TANTE

Cerita Sex Dewasa, Cerita Dewasa 18+, Cerita Ngewe Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum ABG sange masih perjaka bercinta dengan tante lia binal di losmen Dengan Judul ” Tidak Tahan Menahan Nafsu Ketika Tidur Berdua Dengan Tante ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks anda, selamat menikmati.


TIDAK TAHAN MENAHAN NAFSU KETIKA TIDUR BERDUA DENGAN TANTE
CERITA DEWASA 18+Namaku Rano usiaku baru menginjak 17 tahun dan aku sebentar lagi akan duduk dibangku kuliah, aku akan menceritakan pengalamanku ketika kehilangan keperjakaanku waktu masih duduk dibangku SMA kelas 2.

Wajahku biasa-biasa aja nggak ada yang istimewa, namun aku memiliki kelebihan mungkin agak luar biasa dibandingkan dengan orang kebanyakan yaitu mempunyai kontol yang lumayan besar lebih kurang 16 cm dengan diameter 4,5 cm. Padahal waktu tidur adek kecil ku itu Cuma 4 cm.

ini berawal dari adanya hajatan dirumah nenekku yang dari ibu, kebetulan adik ibuku menikah. Semua keluarga dari ibu bermalam dirumah nenek mulai dua hari sebelum pesta dilangsungkan.

Rumah nenekku tidak terlalu besar sedangkan keluarga dari ibuku semua berjumlah 14 orang beserta anak-anaknya yang ikut kerumah nenekku, semua datang sekeluarga hanya tanteku yang bernama Tante Lia datang sendiri karena suaminya sedang tugas keluar kota dan belum mempunyai anak. Tante Lia usianya sekitar 36 tahun wajahnya cantik dan tubuhnya sedikit gemuk namun padat terawat maklum orang kaya.

Karena dirumah udah penuh, maka tante mau menginap di losmen dekat rumah nenekku, aku mengantarnya naik motor, kemudian tanteku memilih kamar VIP yang full AC, malam itu aku pulang dan bermalam dirumah nenekku. Pagi harinya aku disuruh mengantarkan makanan ke tante, aku pergi mengantar seorang diri dan kebetulan tante lia baru bangun dari tidurnya.

“Masuk Rano..”katanya sambil membukakan pintu kamar nya
“Baik tante”, jawabku sambil masuk dan meletakkan makanan diatas meja dalam kamarnya.
“Tante terlambat bangun nih… habis semaleman tante ngak bisa tidur… kayaknya losmen ini serem deh Rano, jadi tante agak takut jadinya..”, dia bercerita
“Eh… tunggu dulu ya… tante mau mandi dulu trus mau bonceng sama rano ke Rumah Ibu, tante males mau naik becak”, sambungnya.
“baik tante..”, jawabku.

Tante masuk kekamar mandi sedangkan aku duduk di kursi yang tersedia di dalam kamar losmennya. Suara air mengguyur badannya kudengar, dan tiba-tiba otak kotorku berjalan ketika kulihat lobang kunci kamar mandinya.

Aku berjalan pelan-pelan menuju kamar mandinya terus aku mengintip kedalam, kulihat tanteku lagi menyabuni seluruh tubuhnya dan aku terpana melihat tubuhya yang mulus dengan buah dada yang besar dan kulihat lagi bulu vaginanya yang rapi, mungkin tante Lia rajin merawat dan mencukur bulu vaginanya, aku menelan ludah dan otomatis kontolku langsung menegang.

Agak lama aku mengintip tante mandi sambil nafasku ngos-ngosan ngak tahu kenapa sampai akhirnya tante Lia selesai aku cepat-cepat duduk kembali dikursi sambil pura pura SMS. Seolah-olah ngak terjadi apa-apa.

“Hayo SMS sama pacarnya ya ?” Tiba-tiba terdengar suara tante Lia didepan ku
“eh enggak tante…masih belum punya pacar “jawabku gugup, maklum orang berbuat salah pasti pikirannya kalut
“Rano… kamu keluar dulu ya… tante mau ganti baju trus kita berangkat, biar tante mau makan dirumah ibu aja”, kata tanteku.

Aku keluar dari kamarnya dan menunggu diruang loby sampai akhirnya tanteku datang dan kami berdua berangkat kerumah nenek. Malam harinya sekitar jam 9 malam tante lia minta diantarkan ke losmen lagi, dan tante Lia cerita sama ibuku bahwa tante agak ketakutan tidur sendiri di losmen.

Dia meminta aku untuk menemaninya, dan ibuku mengizinkannya, jadilah aku malam itu menginap di losmen menemani tante Lia. Berhubung tempat tidurnya single bed maka aku tidur dibawah. Tante lia tiduran sambil menerima telpon dari mas Agus suaminya, dari omongannya tante cerita lagi ditemani aku karena takut keadaan losmen yang seram ini menurutnya.

Sekitar jam 11 malam aku bangun pingin pipis habis hawa AC membuat ku mau pipis, aku pergi kekamar mandi dan mulai pipis… serr… lega rasanya. Setelah aku membasuk kontolku mataku tertuju pada celana dalam berwarna crem yang ada digantungan di kamar mandi.

Iseng aku memegangnya dan kuperiksa celana dalam itu, lalu karena penasaran kucium celana dalam itu pas dibagian yang menutupi lobang vaginanya, kuhirup aromanya dan serr… darahku mengalir deras dan detak jantungku deg-deggan langsung aja aku horny saat itu, kuulang ulang mencium CD itu dan aku tambah horny saja. Kontolku tegak setegak-tegaknya.

Dalam pikiranku berkata, wah berarti tante Lia saat ini tidur ngak pake CD dan ketika keluar dari kamar mandi mataku otomatis tertuju pada bawah pusar tante yang saat itu terlentang dengan dengkuran yang halus, namun tidak dapat kulihat dengan jelas karena lampu kamar yang redup.

Malam itu aku ngak bisa tidur, terbayang tubuh tante yang lagi mandi juga terbayang Cdnya juga terbayang yang lain-lainnya dengan kontolku yang tegak ngak tidur-tidur… sialan… umpatku dalam hati. Kulirik jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, namun mataku ngak bisa terpejam, tiba-tiba aku dengar suara:

“Ranoo… Rano.”
Aku pura-pura ngak mendengar.
“Ran…ranoo”, kali ini suaranya agak keras dan kayak orang gemetaran.
“Iya tante Lia ada apa?”, tanyaku sambil pura-pura lemas.

“Tolong Rano tante pinjam selimutnya, ngak tahu nih tante kedinginan..”, balasnya.
Aku bangun dan berjalan menghampirinya sambil menyerahkan selimut yang aku jadikan alas”, kamu tidur diatas aja rano disamping tante…”
“Iya tante…”, jawabku, tetapi dadaku tambah deg-degan, maklum otakku mulai ditumbuhi hal-hal porno.

“Sini selimutnya berduain biar kamu ngak kedinginan”, katanya, seperti kerbau dicucuk hidungnya aku nurut aja memepetkan badanku kedekat tante, maklum selimutnya kecil jadi untuk berdua harus mepet.

Tante Lia miring membelakangiku sedang aku masih terlentang, kudengar nafasnya teratur dengan halus menandakan dia terlelap lagi, aku menghadap tanteku dan tak sengaja kontolku menyentuh pantatnya, ada desiran aneh didarahku dan rasa hangat dikemaluanku,

aku sengaja menyentuhkan kemaluanku di pantatnya dan rasa hangat itu kembali menjalar, semakin kudekatkan dan semakin menempel aku makin merasakan kehangatan itu, aku berhati-hati sekali takut tante Lia terbangun aku menyingkapkan daster bagian belakang tante keatas,


oww… terlihat jelas buah pinggulnya yang kembar sangat mulus, maklum belum punya anak, dan diantara dua belah pantatnya aku liat ada sebuah gundukan berbulu dengan garis memanjang ditengahnya. Pikiranku makin tak karuan dan kulihat penisku, nampak diujungnya mengeluarkan cairan bening yang lincin langsung kuoleskan keseluruh ujung kepala penisku.

Perlahan aku sentuhkan penisku ke gundukan berbulu milik tante Lia, “ohh…”, aku merintih perlahan merasakan sensasi sentuhan penisku pada vagina tante Lia, kugerakkan sedikit pantatku untuk menekan vagina tante Lia, namun aku tidak tahan menahan sesuatu yang hendak meledak keluar dari dalam penisku dan,

croot… croot… croooot… aku keluar… kupejamkan mataku untuk menikmatinya, Kulihat spermaku banyak tumpah dibulu vagina dan paha bagiaan dalam tante lia, karena takut tante Lia terbangun maka aku segera tidur, dengan senyum penuh kepuasan.

“Rano…bangun udah jam 8 pagi”, sayup kudengar ada orang membangunkanku, aku segera membuka mata dan melihat tante sudah selesai mandi. Tante Lia memakai handuk yang dililitkan didadanya sambil tersenyum tante lia menghampiriku dan duduk disebelahku:

“Rano tadi malam kamu mimpi ya..?”
“Eng…”, belum sempat aku menjawab tante lia meneruskan bicaranya.
“Berarti sekarang kamu sudah aqil balig, kamu harus mandi wajib, tadi pagi di paha dan pantat tante banyak kena tumpahin sperma kamu”, kata tante Lia.

“Maaf tante… Rano ngak sengaja”, jawabku spontan karena terkejut, “mati aku… Duh malunya…”, bathinku dalam hati.
“Nah lihat ku… burung kamu bangun mulai tadi…”, kata tante lia sambil matanya melihat kebawah peruntuku.
Astagaaaaaa… Rupanya semalam aku lupa memasukkan burungku kedalam sangkarnya dan mulai pagi tadi dilihat sama tante.

“Maaf tante…”, kataku dengan malu-malu sambil menarik celanaku dan memasukkan batangku kedalam Cdku, tiba- tiba.
“Jangan dimasukkan dulu rano…! rano kan sudah dewasa sekarang… namun rano belum diketahui rano itu sempurna apa tidak…”, kata tante Lia.
“Sempurna gimana tante..??”, tanyaku sambil menggeruntukan dahiku, untuk yang ini aku memang ngak tahu, bukan pura pura ngak tahu.

“Kadang ada orang yang sukanya sesama jenisnya sendiri, trus ada yang impoten akhirnya ditinggal pergi sama istrinya, jadi tante pingin tahu Rano sempurna apa tidak, kamu keluarin lagi deh burungnya!”, perintah tante Lia, Akupun spontan mengeluarkan lagi penisku dari dalam celanaku yang kebetulan masih kaku.

Kulihat Tante menelan ludah sedikit melirik kepenisku, dan tante lia berkata “Rano diam aja ya nanti, Rano pejamkan mata aja kalau takut sakit, ini Cuma tes aja koq…”

“Baik tante.”

Aku memejamkan mata, dan aku rasakan tante lia naik keatas tubuhku tanpa melepas handik yang dipakainya, dan kurasakan penisku tertempel oleh benda berbulu dan basah sehingga aku merasa sedikit geli dan terkejut .

“Emm..”, aku berguman sambil terpejam.
“Kenapa rano…sakit..??”, agak berbisik suara tante lia dengan nafas sedikit bernafsu.
“Enggak tante…ngak apa-apa.”

Ada sedikit gerakan yang dilakukan tante Lia sehingga vaginanya menekan penisku kearah atas trus kebawah dan itu berlangsung beberapa saat, aku merasakan geli yang luar biasa dan aku menggigit bibir bawahku supaya tidak bersuara,

aku membuka sedikit mataku ingin melihat wajah tante, ternyata tante Lia memejamkan matanya juga sambil menggigit bibirnya juga, gesekan antara vagina tante Lia dan penisku makin licin sehingga berbunyi “tet… pret… pret… pret…” setiap tante Lia memaju mundurkan vaginanya diatas penisku.

Kemudian tante Lia berhenti bergerak, dan dengan nafas agak tak teratur bilang:
“Rano… sekarang tes terakhir ya…”
“iya tante… Rano siap”.

Aku merasakan jari tante memegang penisku bagian tengahnya, sesaat kemudian aku merasakan kepala penisku menyeruak suatu lubang yang agak lebar sehingga gampang masuknya, aku merasakannya sambil memejamkan mata dan menikmatinya.

Ketika baru sepertiga masuk aku merasakan ujung penisku membentur semacam dinding yang berlobang kecil sekali, dan lobang itu kayaknya seperti cincin, kepala penisku terarah kesana dan kurasakan pemilih lobang itu yaitu tante Lia berusaha untuk memasukkan kepala penisku kelobangnya namun agak kesulitan.

Kurasakan tekanan tante makin kuat terhadap penisku dan sepertinya kulit kepala penisku terkupas oleh cincin itu rasanya nyilu nyilu enak sehingga aku keluar suara.

“aakh…”
Tante Lia menghentikan gerakannya .
“Gimana rano… Sakit..??”
“Enggak tante ngak apa apa…”

Tiba-tiba kurasakan lobang cincin itu berkedut-kedut dan meremas perbatasan antara kepala penisku dan batangnya, tadi mungkin kepalanya sudah melewati cincin itu, dan sepertinya kepala penisku diempot oleh benda didalam vagina tante.

“Akh… akh…”, tiba-tiba tante lia bersuara.

Kembali kurasakan jepitan cincin itu makin kuat dan penisku sepertinya tersiram air hangat didalam vagina tante Lia, akupun kehilangan kendali merasakan jepitan itu dan tidak dapat menahan sesuatu yang akan keluar dari dalam penisku dan aku terpekik akh…

Crooot…croot..crot… Sekitar 4 kali cairan itu menyemprot kedalam vagina tante Lia. Penisku masih tertanam didalam vagina tante beberapa saat kuliahat tante lia masih memejamkan matanya…

“Udah tante tesnya…??”, tanyaku.
“Emm udah… Rano, ternyata kamu laki-laki yang normal”, jawabnya sambil mengangkat pantatnya melepaskan penisku divaginanya, trus tante lia berjalan ke kamar mandi.

Aku melihat kearah penisku, disana ternyata banyak berlepotan cairan berwarna putih, ada yang kental ada yang bening sebagian lagi ada di bulu-buluku yang masih halus, aku berpikir dalam hati.

Seandainya tes ini dilakukan setiap hari, mungkin aku tidak akan menolaknya.. END


SEORANG SPG KALEM YANG MENJADI CEWEK YANG HAUS AKAN SEX

Cerita Sex Dewasa, Cerita Dewasa 18+, Cerita Ngewe Terbaru – Cerita HOT – Cerita mesum skandal karyawan SPG polos diajari ML sampai kecanduan sex Dengan Judul ” Seorang SPG Kalem Yang Menjadi Cewek Yang  Haus Akan Sex ” yang tidak kalah serunya dan dijamin dapat meningkatkan libido seks anda, selamat menikmati.

SEORANG SPG KALEM YANG MENJADI CEWEK YANG HAUS AKAN SEX
CERITA DEWASA 18+Perkenalkan, namaku Dani. Aku pernah bekerja di salah satu swalayan terkemuka di kota M selama lebih kurang 7 tahun. Awal-nya penempatan aku hanya di bagian penerimaan barang, hanya karyawan biasa. Dari sana kemudian beranjak ke posisi yg lebih lumayan. Nah, sekitar setengah tahun di bagian penerimaan barang, aku dipindahkan ke lapangan, dalam arti di tempatkan di toko. Disinilah awal perjalanan cinta-ku dengan mahkluk yang namanya SPG.

Terus terang aku sangat menyukai posisi ini berhubung setiap harinya aku bisa menikmati setiap kecantikan SPG yg bertugas di swalayan ini. Singkat cerita, dari sekian banyaknya SPG yang bertugas, aku sangat tertarik dgn SPG produk susu, namanya Yuni. Yuni berwajah bukan hanya cantik, tapi body-nya juga yahud banget. Umurnya baru 19 tahun. Dengan tinggi 165, bra 34B, ditambah dengan jenjang kakinya yang putih mulus banget, maka komplit lah sudah Yuni yang perfect banget menurut versi-ku.

Aku mencoba mendekatkan diri dengan-nya, setiap hari selalu aja rapat hingga kedekatan kami semakin nyata. Tapi berhubung lokasinya di swalayan, aku juga harus menjaga image agar hal ini tidak sampai ke telinga atasanku. Sering pada jam makan aku memberinya cemilan ato makanan tambahan, dari sikapku itulah, timbul rasa simpati Yuni terhadapku.

Jumat sore itu, ku dekatin Yuni seraya berkata ”Yun, pulang nanti ku antar ya….” Dan Yuni pun mengganguk setuju. Bayangkan, rasanya sudah ga sabaran menanti jam pulang kerja karena di otak-ku sudah tersusun beberapa rencana mantap, he..he… Gak tau kenapa belakangan ini selalu membayangkan mulusnya tubuh Yuni, ga tahan pengen bngt menikmatinya.

Jam yg ditunggu pun akhirnya tiba, bergegas aku turun ke basement bawah mengambil motor kesayanganku. Kutunggu Yuni di pinggir jalan pas pintu keluar dari mall. Ga lama ku liat Yuni keluar bareng teman-nya 3 orang, dan begitu melihatku, dia pamitan duluan ama temennya di barengi canda teman-temannya yang usilin Yuni.

Kuberikan helm dan Yuni segera melompat duduk di sadel belakang sambil berpegangan pinggangku. “Yun, kita langsung pulang ato mau jalan2 dulu sambil cari makan?” kataku kenceng. Itu sih hanya pura-puraku saja, padahal udah banyak rencana di otakku ini, hehhee.

Ternyata jawaban Yuni bertepatan dengan keinginanku. ”Kita jalan2 aja dulu baru ntar malam-an makannya ya”. Aroma wangi di tubuhnya serasa menimbulkan nafsuku, sehingga kupacu motor-ku semakin kencang. Yuni memeluk pinggangku sehingga menempellah buah dadanya yang kenceng padat di belakang punggungku. Celanaku makin sesak.

Sengaja aku membawanya jalan ke pinggiran kota, biar segala rencanaku rampung. Setelah puas keliling, akhirnya sampailah kami di rumah makan yang bernuansa klasik dimana rumah makan tersebut mempunyai alun2 seperti pondok pribadi, jadi apa yang akan kulakuin nanti lebih privacy dan tertutup dari pandangan orang karena pondoknya memang bersekat.

“Kamu pesan apa Yun?” kataku mesra. “Yuni pesan pecel lele aja bang”. Aku pun segera memesan pada pelayannya. Apa aja yang mau ditambah, kutambahkan aja sayuran laen biar banyakan, karena setelah makan nanti, aku juga mau makan lagi, tapi tentu makan menu yang ISTIMEWA nantinya, ha..ha… Karena sudah laper banget, kami makan dengan lahapnya sambil sekali kali kusuap nasi ke mulut Yuni. Awal-nya dia keliatan malu, tapi akhirnya dia tertawa geli.

Selesai makan kami duduk ngobrol dan perlahan tapi pasti arah bicaraku memancing ke arah sex sambil tanganku merangkulnya. Perlahan kucium bibirnya, hmmm, lidahku menjelajah ke dalam dan melilit lidahnya. Yuni membalas dengan panasnya, sehingga penisku makin mencuat rasanya, akhhh, Yuni mendesis nikmat.

Semakin kuberanikan diri dengan memasukkan tanganku ke dalam bilik baju seragam-nya dan kuraba payudaranya yang padat sekal. Yuni merintih nikmat merasakan belaianku pada payudaranya. Kusingkapkan BH-nya dan perlahan memelintir putingnya, ssshh… Yuni makin merintih. Aku semakin ga tahan. Ku keluarkan penisku yang sudah mengacung tegak dengan diameter 4cm panjang sekitar 17cm.

Yuni terkejut sekali ketika melihat penisku yang mengacung tegak itu. “Ihh, gede banget punya abang, takut Yuni bang. Yuni blm pernah liat yang besar banget bang” kata Yuni. “Gak apa apa kok, Yun. Biasa aja lagi hehehe.” Aku menjawab sekenanya.

Kembali kurangsang Yuni dengan ciumanku, perlahan ke telinga dan turun ke leher. Ku kecup pelan penuh perasaan dan Yuni semakin mendesah. “akhhh.. bang… sstttttt, ouugghh….” Yuni semakin gak tahan. Perlahan kuraba pahanya yang terbuka dan segera jariku mendarat di ujung selangkanganya.

CD-nya masih belum kuturunkan, cuma jariku hanya mengesek belahan vagina-nya. Yuni mendesis lirih membuat aku semakin bergairah. Ada lendir basah mengalir merembes keluar. Yuni semakin ga tahan sehingga tangannya menggengam penisku dan mengocok-ngocoknya. Tiba-tiba kuhentikan serangan ku sehingga membuat Yuni terpana heran, nafsunya yg udah di ubun-ubun terhenti seketika.

“Ada apa bang?” Tanya Yuni memelas.
“Sebentar ya say, jangan disini, bahaya, hehehe..” Jawabku.

Yuni baru tersadar kalo kami masih di pondok rumah makan.

“kita pulang aja ya bang, Yuni takut kemalaman dan jujur Yuni belum pernah melakukan yang seperti tadi. Yuni takut bang.” Pinta Yuni. “Ok dech, kita pulang aja ya say.” kataku membisik di telinganya.

Dalam hati aku merasa tanggung dan ku teruskan rencanaku. Kami merapikan pakaian kami masing-masing dan berjalan keluar. Setelah menghidupkan motor-ku, kami melanjutkan perjalanan pulang, dan jam sudah menunjukkan pukul 21,20. Di tengah perjalanan,aku berpura-pura sakit perut.
“Aduh say, sakit banget perutku habis makan tadi, aduh, ini sepertinya ga bisa lagi bawa motor”. Yuni kebingungan melihat sikapku yang menahan sakit. “Kita cari tempat istirahat bentar ya say, abang ga tahan lagi sakit banget perutnya” Yuni berkata, ”Iyaa, udah bang kita cari tempat istirahat dulu, ntar kalau sakitnya ilang, baru jalan lagi.” Aku bersorak girang dalam hati siasatku berhasil ternyata.

Ku pacu motorku ke arah motel yang ga jauh lagi lokasinya dan segera mengambil kamar. “Kita istirahat sebentar ya say, gapapa, jangan kuatir, ntar ga sakit lagi kita segera jalan ya say..” Yuni hanya menganguk pelan karena khawatir dengan sakit ku.

Di dlm kamar aku segera merebahkan badan di tempat tidur sambil berpura-pura merintih memegang perutku, dan Yuni semakin kuatir aja rasanya meliahat keadaanku. Kupanggil Yuni mendekat dan kuminta dia mengelus elus perutku supaya agak reda sakitnya dan Yuni menurutinya. Enak banget pijitan Yuni, sehingga mataku merem melek jadinya.

Tiba-tiba aku bangkit dan merangkul Yuni. Yuni terkejut sekali dan langsung ku dekap tubuhnya sambil ku cium bibirnya. Yuni gelagapan sambil membalas ciumanku dan perlahan kembali kurangsang dan kucumbu Yuni habis-habisan. Kubuka kancing baju Yuni bagian atas dan kubelai dadanya segera. Ku cium perlahan putingnya dan sekali sekali kusedot.

Sshhh…. Yuni mendesah nikmat. Tanpa sadar kubuka seluruh pakaianya dan CD-nya sambil trs ku jilat lembut dadanya. Ku buka lebar kakinya mengangkang dan pelan-pelan ku elus lembut. Memeknya udah basah banget, licin lagi. Aku berkata kepadanya kalau aku suka bau memeknya Yuni. Yuni hanya tersenyum lirih.

Perlahan tapi pasti aku pun mengeluarkan Penis ku yang lumayan besar, den menyodor ke arah mulut nya. Dia malu-malu tapi mau menghisap penisku, dengan nikmat yang tak terhingga aku pun mengatakan kepadanya kamu sangat luar biasa Yuni.. aahhh…. Sudah puas dengan kuluman bibir nya, aku pun beranjak bangun dan meraih tas kecil yang aku bawa.

Ku keluarkan beberapa bungkus kondom berwarna hitam yang memang sudah aku persiapkan untuk situasi seperti ini. Sengaja aku beli banyak dan yang katanya bisa bikin tahan lama, karena aku ingin menikmati tubuh Yuni sampai pagi.

Selesai memasang kondom, aku kembali mengelus memek nya yang begitu putih mulus dengan bulu yang jarang-jarang dan perlahan aku masukan penisku ke memeknya. “Aaahh sakit banggggg, pelann pelannn….” Teriak Yuni lirih. Dengan penuh kasihan, aku pun menggoyangkannya pelan. Sudah masuk separuh penisku ke dalam memek Yuni.

Raut wajah Yuni mulai berubah dari menahan sakit jadi menahan enak di selangkangannya. Aku pun dengan gairah yang sangat besar mulai menggoyangkan kembali penisku ke dalam memek Yuni. “Aahhhh, aaaahhh enak banggggg…. Aahhhhh terus banggg…. terusss…..” Racau Yuni.

Sambil menggoyangkan penis, aku pun menyibukan diri mengulum dan menghisap habis toket Yuni yang menggoda. Aku gigit gigit kecil putingnya sambil tanganku meremas toket yang sebelahnya. Yuni semakin menjadi-jadi. Dijambaknya rambutku dengan kencang. “Aaahh, bang Daniiiii. Enaaaaakkkkk…..” Keringat bercucuran di badan Yuni. Terlihat ia begitu menikmati goyangan penis aku di memeknya. Aku pun semakin cepat menggenjot memek Yuni yang terasa begitu enaknya.

“Bang, Yuni mau pipis bangggg….” Rintih Yuni. “Pipisin aja, say. Gapapa kokkk…” balas ku. Terlihat tubuh Yuni mengejang, matanya terbelak dengan mulut yang menganga menahan rintihan. “Yuni keluar, bangggg…. Enakkk bangggg!” Teriak Yuni sambil menarik tubuhku agar penisku masuk semakin dalam ke memeknya yang berkedut kencang itu.

Nafas Yuni tampak tersengal-sengal. “Bang, itu tadi apa bang? Kok enak banget bang?” Tanya Yuni dengan lemas. “Itu namanya orgasme, say. Enak kan?” Tanya ku. “Mau lagi gak?” Yuni mengangguk pelan. Tapi kali ini Yuni langsung bangkit dari tidurnya. Ia mendorong aku supaya tidur di kasur. Entah setan apa yang merasukinya, Yuni yang polos mendadak jadi liar. Yuni duduk diatas penis ku dan mengarahkan penis ku kedalam memeknya.

Blesssss, begitu penisku masuk seluruhnya ke dalam memek Yuni, Yuni terbelak dan langsung menaik turunkan pinggulnya supaya penisku dengan leluasa keluar masuk memeknya yang enak itu. “Uhhhh puasin Yuni, banggg, puasin Yuniiii. Yunii sukaaaa…..” Teriak Yuni. Aku pun menikmati setiap desahan dan genjotan memeknya di penisku. Sampai 10 menit Yuni menggenjot dan ternyata Yuni akan segera mendapatkan orgasme lagi.

“Bang, Yunii keluar lagi banggggggg…. Arrggggghh mppphh sssshhhh… aaaaaaaaaarggggg” Ceracau Yuni. Seketika Yuni menggelinjang, tubuhnya yang bercucuran keringat langsung jatuh lemas diatas pelukanku. Sayangnya aku belum mau keluar juga. Kemungkinan keinginan aku menikmati Yuni sampai pagi bisa tercapai kalau begini hehehe.

Aku mengambil alih lagi posisi diatas. Yuni yang sudah tidak sanggup berkata dan berbuat apa-apa tidak lagi aku pedulikan. Sejurus cepat aku masukan kontolku ke dalam memek Yuni lagi. Ku genjot dengan cepat supaya aku bisa keluar. “Aaaahhh, banggg, lemes bangggg…” Rintih Yuni memelas.

Aku tidak peduli, aku hanya memikirkan bagaimana caranya agar penis ini bisa mencapai klimaksnya. Aku genjot terus memek Yuni yang berkedut semakin cepat. Begitu enak rasanya desakan memek Yuni pada penisku yang keluar masuk didalamnya. Akhirnya, aku merasakan gelombang dorongan dari dalam penis yang memaksa keluar. Semakin mendekat, dengan cepat aku cabut penis dan kondom yang terpasang.

Langsung aku arahkan penisku ke wajah Yuni, dan crottt crottt aaargghhhhh. Lima semprotan sperma dalam jumlah banyak memenuhi wajah dan mulut Yuni yang terbuka karena menahan nikmat dari orgasme sebelumnya. Yuni kaget begitu menerima spermaku yang banyak di wajah dan mulutnya. Tapi, bukannya marah, Yuni malah menjilat semua sperma dan menelannya ke dalam mulut.

“Bang, enak ternyata bang… Sini bang…” Yuni meraih penisku dan menjilatnya, membersihkan sisa sisa sperma yang tertinggal. “Gimana, Yuni. Suka kan?” Tanya ku lagi. Yuni mengangguk manja masih sambil sibuk menghisap penisku.

Malam itu aku terus menikmati tubuh Yuni berkali-kali sampai pagi. Kitapun bolos kerja keesokan harinya karena badan yang terasa rontok karena permainan kami yang begitu liar. Yuni yang kalem pun berubah menjadi Yuni yang haus penis dan sperma. Tak jarang kami mencuri waktu dan tempat hanya untuk saling memuaskan diri masing-masing.

Pernah juga kami melakukannya di gudang barang setelah pulang kerja dan toko sudah tidak ada orang lagi. END


NAFSU LIAR YANG KURASAKAN KETIKA ML DENGAN ISTRI DAN MANTANKU

ini aku alami waktu berlibur di kota S bersama istriku. Saat itu aku ketemu mantanku waktu kerja di kota itu. Namanya Maya, sebut saja demikian. Aku dan istriku waktu itu menginap di hotel ‘S’, kami berdua sudah hampir 3 hari menginap untuk sedikit refresing dari kota J.

Hari keempat setelah usai makan malam, aku dan istriku mulai iseng seperti biasa suami istri saling cium, saling hisap walaupun dengan pakaian setengah telanjang, namun nafsu liar kami berdua tidak ada habis-habisnya (maklum tiap hari pikiran ini dipenuhi pekerjaan kantor, jadi wajar kalau tiap hari waktu liburan kami senantiasa berhubungan).


Kata teman-temanku aku punya libido seks tinggi atau nafsu liar, makanya istriku kadang-kadang tidak kuat meladeni diriku di ranjang. Tengah asyik-asyiknya kami penetrasi pintu kamar hotelku diketuk, aku langsung beranjak tanpa mempedulikan istriku yang sudah ngos-ngosan tidak karuan.

Betapa terkejutnya aku waktu kubuka pintu, sesosok badan montok berdiri di depanku dengan celana jeans ketat dan kaos putih ketat terawang. Aku hampir terpesona “Maya..” kataku setengah gugup. “Ayo masuk,” pintaku, tanpa sadar aku sudah setengah telanjang (walau hanya memakai celana pendek waktu itu). Dia mengikutiku masuk ruangan hotel, istriku pun tengah rebahan dan hanya ditutup oleh selimut hotel.

“Ini Maya, Mah kenalin,” mereka pun saling berjabat tangan.
“Oh, kalian sedang asyik yah, maaf kalo aku mengganggu?” kata Maya kemudian.

Kami pun agak kikuk, namun Maya dengan santai pun berkata,

“Lanjutin aja, cueklah kalian kan sudah suami istri, ayo lanjutin aja!”

Aku dan istriku heran melihat hal itu, namun dengan sedikit kikuk tanpa aku pikirkan siapa dia, aku mulai lagi penetrasi dengan istriku (walaupun agak canggung). Kulumat bibir istriku, turun ke bawah di antara dua payudara nan indah yang kumiliki selama ini (ukurannya sih 34B) kujilat-kugigit puting susu istriku, dengan terpejam istriku mendesah,

“Aaahh.. aahh..” dia pun tidak memperdulikan sekelilingnya juga termasuk Maya.

Mulutku mulai turun ke arah di lubang kemaluan istriku dengan tangan kanan dan kiri meremas-remas kedua payudaranya. Kujilati lubang kemaluan istriku, dia pun mulai bergoyang-goyang. “Mas.. itilnya.. aahh enak.. Mas.. terus..” Aku sempat melirik Maya, dia pun melihat adegan kami berdua seakan-akan ingin ikut menikmatinya.

“Mas, ayo mulai.. aku.. udah nggak.. kuat.. nih..” lalu penisku yang sudah mulai tegak berdiri mulai masuk ke lubang vagina istriku, “Bleess.. sleepp..” begitu berulang-ulang, tiba-tiba tanpa aku sadari Maya sudah melepas semua penutup tubuhnya, dia beranjak dari tempat duduk dan mendekati istriku, dilumatnya bibir mungil istriku. Edan! pikirku, namun ini memang pengalaman baru bagi kami berdua dan lebih ada variasinya.


Istriku pun ternyata membalas ciuman Maya dengan bergairah, tangan Maya pun asyik memainkan puting susu istriku. Hampir satu jam aku naik-turun di tubuh istriku, dan tubuh istriku mulai mengejang “Mas.. aku.. ke.. lu.. aagghh..” Tubuh istriku tergeletak lemas di ranjang, Maya tahu kalau aku belum sampai puncak, ditariknya diriku agar duduk di tepi ranjang, dengan penis yang masih tegak dan basah oleh sperma istriku.

Maya mulai menjilati penisku dengan bergairah, “Enak Mas cairan istrimu ini,” katanya. Istriku yang melihat hal itu hanya senyum-senyum penuh arti, Maya masih dengan bergairah mengulum-ulum penisku yang panjang dan besar itu, “May, aku pengen..” Dia tahu apa yang kuminta, tanpa bertanya pada istriku Maya naik di antara kedua kaki, rupanya lubang kemaluannya sudah basah melihat adeganku dan istriku tadi.

Lalu “Bleess..” penisku sudah masuk ke vagina Maya. Istriku melihat itu hanya terdiam, namun kemudian dia bangkit dan mendorongku sehingga aku di posisi terlentang di ranjang. Ia mulai naik ke tubuhku dengan posisi lubang vaginanya tepat di atas kepalaku.

“Jilati Mas..” pintanya manja. Aku mulai menjilati lubang kemaluan istriku dan klitorisnya yang indah itu, istriku dengan posisi itu ternyata lebih bisa menikmati dengan Maya, mereka saling berciuman dan posisi Maya pun naik-turun di atas penisku.

Istriku dengan bergairah melumat kedua puting payudara indah milik Maya, setelah setengah jam tubuh Maya mengejang, “Mas.. aku.. mau.. ke.. aahh..” cairan panas menerpa penisku, begitu pula aku sudah ingin mencapai puncak dan tak tahan lagi spermaku tumpah di dalam lubang vagina Maya.

Maya kemudian beringsut dari tempat tidur, dia berjalan ke arah tas yang ia bawa tadi, lalu mengeluarkan sebuah benda coklat panjang dengan tali melingkar, itukah yang dinakan “dildo”, aku dan istriku baru tahu waktu itu.

Maya mulai mengenakan dildonya, persis seperti laki-laki, dia berjalan ke arah istriku yang sejak tadi rebahan di sampingku. Maya mulai beraksi, dia menciumi istriku dengan bergairah, melumat puting susu istriku yang tegak, turun ke vaginanya, dijilatinya dengan puas, klitorisnya dimainkan dengan ujung lidahnya, istriku tak tahan dia mendesah-desah kenikmatan.

“May.. terus..” Maya kemudian melepas vagina istriku yang tadi dijilat dan digigitnya, dia naik di atas tubuh istriku, lalu tangannya membimbing dildo yang dia pakai tepat di atas lubang vagina istriku, dengan sekali tekan masuklah dildo itu,

“Aauugghh..” teriak istriku.
“Enak Mas.. lebih enak dari punyamu..” katanya, aku hanya tersenyum.

Maya seakan bergairah sekali dalam permainan itu, seakan-akan dia seorang laki-laki yang sedang menyetubuhi wanita, istriku pun menikmatinya. Aku sudah tidak tahan melihat adegan itu, tanpa minta ijin dulu dengan posisi membelakangi Maya aku melihat warna merah indah vagina milik Maya terpampang di depanku. Dengan sekali genjot penisku sudah masuk ke lubang itu, “Bleess..” Mata Maya sampai terpejam-pejam menikmati itu.

Setelah beberapa lama tubuh istriku tampak mengejang dan,

“Ahh.. May.. sayang..”

Dia lemas untuk kedua kalinya. Maya tiba-tiba menahanku, sehingga aku terdiam, dia bangkit berdiri dari posisi di atas istriku, dia mendorongku ke tempat tidur, dia melepas dildonya dan naik ke tubuhku, dia mulai lagi dengan posisi seperti awal tadi, wow nikmat sekali. Istriku bangkit dari ranjang, dia iseng mengenakan dildo yang dikenakan Maya tadi, lalu berjalan membelakangi Maya, istriku melihat dengan indah pantat Maya yang putih mulus dan halus itu.

Dibelainya dengan lembut, dia mendorong tubuh Maya sehingga terjerambab, dengan posisi itu kami dapat saling berciuman dengan bergairah. Istriku lalu mengambil posisi, dengan perlahan-lahan dia memasukkan dildonya di dubur Maya (dia ingin anal seks rupanya dengan Maya), dengan gerakan lembut dildo itu masuk ke dubur Maya, Maya pun berteriak,

“Aagghh sa.. kit..”

istriku pun berhenti sebentar, lalu dengan gerakan maju-mundur secara pelan dildo itu akhirnya lancar masuk ke dubur Maya. Mata Maya pun sampai terpejam-pejam,

“Mas.. aku.. udah.. nggakk.. ku.. at.. la..” kembali cairan panas menyerang penisku.

Istriku sudah berhenti memainkan dildonya takut Maya menderita sakit. Tubuh Maya terbaring di ranjang sebelahku, istriku yang nafsu liar nya masih menggebu langsung menyerangku, dia dengan posisi seperti Maya tadi mulai naik-turun dan tanganku pun tak ketinggalan memilin kedua puting susunya.

Setelah hampir satu jam kami bergumul, akhirnya klimaks kami berdua sama-sama mengeluarkan cairan di dalam satu lubang. Istriku kemudian beringsut, dia ingin mengulum penisku yang masih tegak berdiri dan basah oleh cairan kami berdua, Maya pun tak ketinggalan ikut mengulum-ngulum penisku. Betapa nikmatnya malam ini, pikirku.

Akhirnya kami bertiga tertidur karena kecapaian dengan senyum penuh arti semoga permainan ini dapat kami teruskan dengan didasari rasa sayang bukan karena nafsu liar semata di antara kami bertiga. END



Agen Poker Terbesar - Mertua Ngentot Menantu Sampai Puas

Agen Poker Terbesar - Mertua Ngentot Menantu Sampai Puas Hari sudah mulai malam, aku baru saja selesai mandi dan duduk di meja rias dadan ...